Terpesona Kemegahan Majapahit di Candi Gapura Bajang Ratu (Edisi Jalan-Jalan Lebaran di Mojokerto Bagian 4)

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Candi Bajang Ratu

Kawasan situs sejarah di Trowulan terletak saling berdekatan.


Saat saya selesai dari Candi Tikus, saya pun meminta driver ojek untuk meneruskan perjalanan ke candi selanjutnya yang dekat dengan candi tersebut. Dari Google maps, tampak sebuah candi berukuran cukup besar yang jaraknya tak sampai 2 km. Candi tersebut adalah Gapura Bajang Ratu.

Candi ini berada di Jalan Trowulan-Jatirejo. Dari arah Candi Tikus, kita hanya perlu mengarahkan kendaraan ke arah barat laut. Jarak asli kedua candi ini hanya sekitar 1,1 km saja. Makanya, tak sampai 5 menit, kai sudah tiba di parikiran candi yang dijaga oleh ibu-ibu. Mereka juga bertugas menyeberangkan orang dan kendaraan dari tempat parkir ke pelataran candi.

Sebelum masuk, saya menyempatkan dahulu memfoto kegiatan mereka. Dengan bergeliatnya ekonomi di bidang pariwisata, termasuk di Candi Gapura Bajang Ratu ini, secara otomatis warga di sekitarnya juga mengalami dampaknya. Tak hanya tukang parkir, di sekitar pelataran candi juga ramai oleh pedagang. Pemandangan yang membuat saya bahagia adalah adanya rombongan wisata yang baru saja tiba di candi ini.

Ternyata Pengunjungnya Cukup Banyak

Kedatangan mereka cukup melegakan saya karena akhirnya wisata sejarah di Trowulan ada juga peminatnya. Sepinya kondisi Candi Tikus yang saya datangi sebelumnya membuat saya sedikit pesimis apa masih ada ya orang yang mau ke candi di musim libur lebaran semacam ini. 


Tak perlu waktu lama, saya pun mendatangi loket untuk mengisi buku tamu dan membayar tiket. Harga tiket masuk Gapura Bajang Ratu sama dengan Candi Tikus yakni hanya sebesar 3 ribu rupiah. Buat saya, harga segitu masih sangat murah mengingat perawatan candi yang membutuhkan dana tak sedikit. 

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Mejeng dulu


Baru melangkah beberapa meter, saya kaget karena pengunjung yang meminta saya membantu memfotokan mereka sudah ada di sini. Lah kok cepat sekali sampai, padahal mereka berjalan menggunakan mobil pribadi. Mungkin karena saya keasyikan memotret jalan dan sekililing makanya mereka datang lebih dulu. Kami pun saling menyapa dan kembali ke aktivitas masing-masing. 

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Ikutan mejeng dong


Oh ya, sebenarnya, Candi Bajang Ratu ini lebih tepat disebut sebagai gapura bukan sebagai candi. Gapura ini merupakan pintu masuk sebuah bangunan suci yang dibangun untuk memperingati mangkatnya Raja Jayanegara. Jayanegara merupakan raja kedua kerajaan Majapahit yang merupakan anak dari pendiri Makapahit, Raden Wijaya dan Dyah Petak. Saat rajin melihat sinetron Tutur Tinular di Indosiar dulu, saya masih ingat sosok ini kalau tak salah diperankan oleh aktor Irgi Ahmad Fahrezi.

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Taman yang indah

Sosok Raja Muda Jayanegara yang Melegenda

Sosok raja ini merupakan sosok raja yang banyak sekali mendapatkan pemberontakan dari para pembesar Majapahit. Dari cerita yang saya dapat baik dari buku maupu sinetron tersebut, banyak pembesar Majapahit yang dulu rekan seperjuangan dengan ayahnya karena ia bukan merupakan keturunan Jawa-Melayu, bukan keturunan Jawa murni dari Raja Kertanegara (raja terakhir Singosari). Alhasil, banyak pemberontakan timbul seperti Ronggolawe, Lembu Sora, Nambi, dan Kuti. Tentu, intrik politik kerajaan juga bermain dalam kisah ini. 

Baca juga: Menelisik Kisah Polowijen, Desa Subur Tempat Kelahiran Ken Dedes

Nah, Gapura Bajang Ratu ini merupakan pintu gerbang bagi sosok Jayanegara untuk kembali ke dunia wisnu. Meski begitu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa gapura ini merupakan pintu belakang dari keraton Kerajaan Majapahit. Entah cerita mana yang benar, yang jelas bangunan gapura tersebut gagah berdiri dan ditemani para wisatawan yang sedang foto selfie. 


Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Menjulang tinggi

Saya pun memotret sejenak gapura ini di balik sebuah pohon. Setiap kali ke candi, saya selalu melakukan ritual khusus yakni memotret bangunan candi dari balim dahan pohon. Saya selalu ingin mendapatkan potret candi yang tertutupi sebagian dengan dedaunan di ranting pohin tersebut. Bagi saya, potret semacam itu sungguh cantik sekali bak seorang kontestan kecantikan yang memenangkan Miss Universe. 

Baca juga: Akhirnya! Gedung Songo

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya saya bisa mendapatkan potret yang saya idam-idamkan itu. saya sungguh puas karena ritual saya bisa terlaksana dengan baik. Maka, saya pun melanjutkan ke ritual berikutnya yakni melihat relief dan bahan pembuat candi secara lebih dekat. Untuk melakukan ritual ini, saya harus menahan terik matahari karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Beberapa orang masih tampak asyik membuat Tiktok atau sekadar berfoto selfie. Beberapa orang lain sudah mulai kepanasan dan melipir ke gazebo di taman candi. Saya terus melangkahkan kaki menuju bagian depan dari gapura ini

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Sebagian besar badan candi terbuat dari batu bata.

Saya pensaran mengapa gapura ini disebut sebagai Bajang Ratu. Rupanya, kata “bajang’ sendiri bisa diartikan sebagai bujang atau muda. Sedangkan “ratu” dalam bahasa Jawa lebih cenderung kepada raja. Bajang Ratu berarti raja muda atau raja yang dinobatkan saat masih lajang atau single. Tentu, arti ini tak lain merujuk kepada Jayanegara yang saat dinobatkan menjadi raja masih sangat muda dan single.

Gapura ini memiliki tipe paduraksa atau beratap. Sekilas, bentuknya mirip dengan Gapura Candi Jedong yang saya datangi pada 2017 lalu. Hampir sebagian besar bangunan candi terbuat dari batu bata merah. Hanya bagian tangga saja yang terbuat dari batu andesit. Oh ya, ketinggian candi ini mencapai 41,49 meter! Wah saya jadi ingat Ayuma, Puteri Indonesia 2020 asal Jawa Timur yang tinggi semampai.

Roro Ayu Maulida Puteri…. Sarjana Hukum…Jawa Timur….

Tiap Mahkota dan Kekuasaan Ada Masanya

Saya masih ingat Ayuma yang pernah melakukan photoshoot dengan tema Majapahit. Makanya, saat saya melihat candi ini, rasanya ingin sekali melihat Ayuma berfoto di depan candi ini dengan mahkotnya. Sayang, ia sudah lengser dan menyerahkan mahkotanya ke penerusnya. Dari sini saya belajar bahwa ketika seseorang mendapatkan mahkota atau kedudukan, maka ia harus siap untuk melepaskan kembali jika waktunya telah selesai. Ia harus legowo untuk lengser.

Baca juga: Kisah Candi Gunung Gangsir, Spirit Agronomi di Tengah Industrialisasi

Sama seperti bangunan candi lainnya, Gapura Bajang Ratu ini juga memiliki 3 bagian, yakni kaki, tubuh, dan atap. Ada semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi yang membuatnya unik. Wah saya jadi ingat kembali sayap-sayap yang dikenakan oleh kontestan Puteri Indonesia 2020 saat masuk babak Top 3. Sayap-sayap tersebut membuat mereka tampak anggun. Demikian pula Gapura Bajang Ratu ini yang tampak anggun dipotret dari sisi mana pun.

Candi Bajang Ratu Trowulan Mojokerto
Semoga Ayuma bisa photoshoot di sini

Sama pula dengan bangunan candi Hindu lain, ada relief bathara kala di bagian atapnya. Hanya saja, pada Gapura Candi Bajang Ratu ini, kepala kala tersebut diapit oleh singa, relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan relief bermata satu. Berbagai relief tersebut diyakini sebagai pelindung dan penolak bala. Pada sayap kanan ada relief cerita Ramayana dan pahatan binatang bertelinga panjang.

Akhirnya, saya puas menjelajah Gapura Candi Bajang Ratu ini. Saya melipir sejenak ke gazebo untuk minum. Keringat saya masih bercucuran tetapi rasanya bahagia sekali. Akhirnya saya bisa sedikit demi sedikit menggabungkan kronik sejarah Majapahit yang saya pelajari sejak zaman SD.


Post a Comment

Next Post Previous Post