Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Bisa Naik Feeder (Angkot) Teman Bus Batik Solo Trans ke Goa Maria Mojosongo dengan Gratis


Jika DKI Jakarta bisa dikatakan sebagai kota dengan integrasi transportasi terbaik se-Indonesia, maka saya bisa mengatakan Solo adalah runner-up-nya.

Alasan ini saya kemukakan karena saya hampir tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk bepergian di kota ini. Semuanya nyaris saya bayar dengan Rp. 0 alias gratis. Saya hanya perlu membawa kartu e-money atau orang sering menyebutnya sebagai kartu tol untuk berputar-putar di Kota Solo.

Keberuntungan saya ketika berlibur sekaligus urusan dinas di Solo ini karena saat ini layanan Teman Bus sudah hadir di kota ini. Layanan dari Kemenhub ini menyubsidi transportasi umum di beberapa kota sehingga para pekerja angkutan umum seperti sopir menjalankan kendaraannya sesuai SOP. Mereka tak lagi ngetem untuk menunggu penumpang.

Layanan Teman Bus yang Sangat Membantu

Dampak yang dirasakan akan sangat besar. Masyarakat sangat terbantu dengan kehadiran transportasi umum yang menjadi kebutuhan mereka. Para sopir tidak lagi pusing memikirkan setoran dan kesejahteraan mereka meningkat. Kemacetan pun bisa ditekan sehingga akan mengurangi hilangnya jam selama perjalanan.

Solo menjadi salah satu kota yang paling saya suka terkait dengan layanan Teman Busnya. Lantaran, kota ini tidak hanya memiliki jaringan bus tetapi juga feeder atau pengumpan. Layanan ini merupakan layanan angkot yang dibuat sedemikian rupa sehingga pola operasionalnya sama dengan layanan bus BTS.

Baca juga: Bus Malang City Tour Jalan Lagi! Begini Cara Naiknya!

Feeder Batik Solo Trans (BST) – begitu namanya – akan melayani penumpang secara kontinyu. Sopir akan terus berjalan dan hanya berhenti di halte yang ditentukan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Jika tidak ada penumpang yang turun atau naik, maka feeder BST hanya akan berhenti selama beberapa detik. Tak ada kamus ngetem atau molor seperti pada angkot konvensional.

Tidak hanya itu, rute feeder BST menjangkau hampir seluruh wilayah Kota Solo. Layanan ini menjangkau jalan-jalan berukuran kecil yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan besar seperti bus. feeder BST juga melalui beberapa tempat wisata di Kota Solo yang cukup populer. Entah wisata religi, wisata sejarah, atau wisata kuliner dan belanja. Pendek kata, jika mau ke Solo, dengan modal membawa e-money dengan saldo berapa pun, rasanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan transportasi.

teman bus solo
Seorang simbah yang membawa e-money untuk naik Teman Bus Solo

Salah satu tempat wisata yang bisa dituju dengan feeder BST adalah Goa Maria Mojosongo. Saya tak tahu apa bisa menyebut tempat suci umat Katolik ini sebagai tempat wisata yang jelas tempat ini cukup penting. Kala saya ingin bertemu rekan saya di Solo, ia meminta saya untuk datang ke Goa Maria. Kebetulan saya memang penasaran dengan tempat tersebut dan rekan saya sedang beribadah pagi di sana.

Perjalanan ke Gua Maria dengan Feeder Teman Bus

Lalu, saya pun mempelajari peta integrasi transportasi di Kota Solo untuk menjangkau Goa Maria Mojosongo. Puji Tuhan, saya beruntung karena dari penginapan saya di sekitar Pasar Triwindu, saya bisa naik feeder BST ke Goa Maria Mojosongo.

Kalau melihat peta, saya harus naik feeder BST koridor 9 dari depan Pasar Triwindu menuju Taman Jayawijaya. Dari taman tersebut, saya harus berganti feeder BST koridor 8. Nah, saya hanya perlu naik feeder BST koridor 8 ini dan turun di gang depan Goa Maria Mojosongo.

teman bus solo
Halte di depan Pasar Triwindu

Ketika naik, memang tak banyak penumpang yang berbarengan dengan saya. Hanya seorang ibu paruh baya dan seorang mas-mas. Keduanya sudah siap dengan kartu e-money mereka. Sang sopir biasanya meminta kartu e-money penumpang ketika berhenti pada halte setelah penumpang tersebut naik agar tidak mengganggu konsentrasinya saat mengemudi.

Baca juga: Feeder Teman Bus Solo Contoh Keberhasilan Revolusi Angkot

Penumpang yang duduk di bagian belakang biasanya mengoperkan kartu e-money pada penumpang yang duduk di dekat sopir untuk memudahkan proses transaksi. Kegiatan ini juga menjadi cerminan gotong royong sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Jadi, adanya tekonologi baru semacam ini malah membuat nilai-nilai luhur bangsa tidak pudar. Dari yang dulu awalnya mengoperkan uang tunai saat naik angkot, kini berganti dengan mengoper kartu e-money. Bentuk boleh beda, semangat gotong royong harus tetap sama.

Dari Pasar Triwindu, feeder BST lalu mengarah ke Puro Mangkunegaran. Obyek wisata ini juga bisa dijangkau dengan feeder BST. Sayangnya, tidak banyak orang tahu dan mau menggunakan feeder BST ketika akan ke Puro Mangkunegaran. Semoga saja KGPAA Mangkunegara X yang baru saja naik tahta bisa mempromosikan istananya untuk bisa dijangkau dengan BST. Bukankah akan memberi dampak positif juga terhadap Puro Mangkunegaran? Saya yakin dengan usia KGPAA Mangkunegara X yang masih muda dan melek teknologi tidak sulit untuk mempromosikan layanan buy the service ini untuk peningkatan promosi wisata.

Selepas melewati kompleks Puro Mangkunegaran, feeder BST koridor 9 yang saya naiki melaju ke arah Pasar Legi. Salah satu pasar besar di Solo ini menjadi titik konsentrasi penumpang feeder. Saya sering melihat simbah-simbah yang pergi maupun pulang dari pasar membawa e-money mereka.

Perjalanan dengan feeder

Mereka sangat terbantu sekali dengan adanya feeder BST maupun bus Batik Solo Trans. Walau mereka tahu bahwa saat ini masih gratis, mereka sangat taat peraturan. Fenomena ini begitu terngiang di hati saya lantaran dengan adanya buy the service, tak hanya mengubah oprasional angkutan umum, tetapi juga perilaku penumpangnya.

Akhirnya, saya sampai di Taman Jayawijaya. Saya pun turun dan berpindah ke feeder BST koridor 8. Namun, armada feeder BST yang sedianya akan saya naiki masih sepi. Tak tampak sopir dan penumpang lain. Ternyata, saya harus menunggu selama beberapa menit karena waktu keberangkatan belum tiba. Sang sopir tampak minum air putih dan baru selesai sarapan.

Meski begitu, ternyata waktu tunggunya tak lama. Saya lihat jam di ponsel hanya sekitar 5 menit saja. Bagi saya waktu tunggu tersebut tidak lama. Bandingkan dengan angkot konvensional yang bisa sampai setengah jam lebih. Saya kebarengan dengan seorang bapak tua yang juga akan ke Goa Maria.

Hanya perlu waktu sekitar 7 menit saya sampai di depan gang Goa Maria. Saat turun, saya melihat seorang ibu-ibu yang juga naik. Kalau saya perhatikan, penumpang yang naik feeder BST ini mlintu kata orang jawa. Tidak banyak tapi selalu terisi. Entah satu dua orang atau bahkan sampai 5 orang. Memang tidak sampai terisi penuh penumpang. Begitu ada penumpang yang turun, tak lama kemudian ada penumpang yang naik.

Baca juga: Beberapa Kemudahan Naik Teman Bus Solo

Saya harus menyeberang dulu dan berjalan kaki sekitar 400 meter untuk sampai ke Goa Maria. Jarak yang tak terlalu jauh tetapi medan jalannya cukup curam karena goa ini berada di perbukitan. Ketika berjalan, saya berpapasan dengan rombongan umat Katolik yang baru saja berziarah. Mereka ternyata juga naik feeder BST untuk menjangkau tempat ini. Rata-rata para peziarah yang datang ke Goa Maria Mojosongo dengan feeder BST adalah orang Solo atau sekitar Solo seperti Kartasura, Sukoharjo, dan lain sebagainya.

Sampai di Gua Maria

Baru berjalan beberapa saat, saya sudah melihat patung Bunda Maria dan Santo Yosef – dua pribadi yang diagungkan oleh umat Katolik – di depan saya. Suasana sejuk langsung menghampiri saya. Lantaran saya seorang muslim, maka saya tidak masuk ke dalam goa. Saya menunggu rekan saya selesai dengan ritualnya. Ia memang senang datang ke sini ketika pikirannya sedang galau.

Teman Bus Bermanfaat bagi Masyarakat Solo

Saya pun duduk di dekat pos satpam dan tak lama rekan saya pun muncul. Kami pun berbincang sebentar dan memutuskan untuk berjalan kembali ke arah Stadion Manahan untuk kulineran. Menurutnya, ia juga terbantu dengan adanya feeder BST ini, ia pergi dan pulang dari rumahnya di Singosaren juga menggunakan feeder BST. Kalau ia datang terlalu pagi, maka ia akan naik ojek online dulu dan baru kembali pulang dengan feeder BST. Menurutnya, feeder BST sangat memudahkan dan membuat orang juga mau jalan kaki. Menyehatkan juga kan?

teman bus solo
Halte Teman Bus solo di sekitar RS dr. Oen

Untuk menuju Goa Maria Mojosongo ini, selain dari Puro Mangkunegaran, kita juga bisa dari arah Balaikota, Terminal Palur, UNS, Keraton Kasunanan, Pasar Klewer, maupun Kartasura. Yang terpenting adalah kita naik dulu rute bus Batik Solo Trans Koridor 4 yang ke arah Terminal Tirtonadi.

Kita bisa turun di Halte Kandang Sapi atau dekat RS Oen dan beralih ke feeder BST koridor 8. Saat naik, silakan berkata pada sopir bahwa kita akan turun di Goa Maria. Mereka biasanya akan memberi tahu kita jika tujuan kita sudah dekat. Jangan lupa bawa e-money, payung atau topi serta air mineral karena kita harus berjalan kaki sebentar.

Semoga saja, banyak warga dari luar Kota Solo, terutama yang beragama Katolik yang mengetahui cara naik feeder BST ke Goa Maria Mojosongo. Rekan saya mengatakan setelah beribadah di Goa Maria lalu dilanjutkan berjalan kaki dan naik feeder BST, rasanya hatinya semakin damai.

 

 

 


Post a Comment

Next Post Previous Post