Fenomena Wong Edan Berkeliaran dan Meresahkan

Ilustrasi ODGJ. - Dok Sumut Post

Masalah Kesehatan mental di Indonesia memang sangat tidak bagus.

Tak hanya asumsi mengenai mereka yang punya masalah ini yang kerap dianggap gila, orang yang sudah terbukti memiliki gangguan jiwa berat pun tetap tidak bisa mendpaatkan penanganan yang benar. Bahkan, mereka kerap berada bebas di masyarakat dan mengganggu kehidupan sosial.

Salah satu yang sempat viral kemarin adalah seorang pria berinisial YA mengamuk di Stasiun Manggarai. Stasiun tempat transit KRL yang menjadi uji kewarasan tersebut adalah awal mula terbukanya tabir pria yang dianggap ODGJ tersebut. Saat itu, ia marah besar karena bersenggolan dengan penumpang lain dan kemarahannya sangat mengerikan.

Setelah itu, ia kedapatan marah di beberapa tempat lain di Jakarta. Mulai Halte Transjakarta, tempat pameran mobil, hotel, dan lain sebagainya. Ia juga pernah terlihat marah di sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya. Waduh, saya langsung jiper takut kalau tiba-tiba bertemu yang bersangkutan di transportasi umum atau tempat lain.

Masalahnya, ia tak main-main kalau sedang marah. Segala rupa orang dibabatnya habis. Baik yang menurutnya salah atau tidak. Ada cerita mbak-mbak yang kebetulan sedang berada di restoran cepat saji saat ia marah-marah. Kata mbaknya, ia marah tak jelas dan mau memukul siapa saja yang ada di dekatnya.

Jujur, narasi tentang orang gila yang marah menjadi narasi yang menakutkan bagi saya. Bisa jadi, saat kecil dulu, saya punya 3 tetangga dewasa yang juga ODGJ dengan kemarahan luar biasa. Ada yang membawa parang, ada yang suka memukul pintu dan jendela, ada pula yang suka mengejar anak kecil.

Sejak saat itu, otak saya selalu merasakan sensasi hebat ketika bertemu dengan ODGJ. Terkahir kali saya bertemu dengan ODGJ yang membahayakan saat akan putar balik di Pasar Singosari Malang. Di saat konsentrasi akan putar balik dengan motor, tiba-tiba dari sisi sebaliknya muncul ODGJ membawa pistol mainan besar.

Ia mengarahkan pistol tersebut ke arah saya sambil mengejar saya. Meski naik motor, tetap saja saya tak bisa leluasa bergerak karena menunggu antrian kendaraan lain. Saya panik dong dan ikut berteriak. Untung saja, kendaraan segera sepi dan saya bisa tancap gas. Dari kaca spion, saya bisa melihat ia juga menggangu pengguna jalan lain bahkan hampir tertabrak mobil.

Fenomena seperti ini memang meresahkan dan membahayakan nyawa. Mirisnya, keluarga dari ODGJ tersebut biasanya lepas tangan. Mereka menganggap para ODGJ sudah dewasa dan sudah tidak menjadi tanggung jawab mereka lagi. Kalau pun sudah dimasukkan ke RSJ, mereka kerap kabur atau saat sudah di rumah putus meminum obat. Alhasil, keluarga seakan sudah malas dan pasrah dengan keadaan.

Namun, mereka tak berpikir kalau keberadaan mereka dengan kondisi seperti itu di masyarakat malah membahayakan. Namanya juga wong edan ya akan melakukan hal-hal di luar nalar. Menyerang orang dengan pistol mainan di tengah jalan adalah salah satunya.

“Yah namanya orang gila. Harap dimaklumi”.

Hello, saya sudah hilang keseimbangan dan hampir ditabrak pengendara lain akibat ulahnya. Kalau saja kondisi jalan sudah agak sepi saya bisa kena pistol mainan tersebut wong ia sudah sangat dekat dengan saya. Makanya, pemakluman seperti ini bagi saya malah menjadi bumerang dan membahayakan. Satu dua orang dimaklumi lama-lama jalanan dan tempat umum banyak orang seperti itu.

Tak hanya itu, tentu mereka punya hak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Mereka berhak mendapatkan penghidupan yang layak dan pekerjaan yang bagus. Pemahaman ini sering menjadi pemahaman yang tidak dimiliki oleh masyakarat dan menganggap mereka adalah warga kelas tiga.

Nah, dari kasus ini, rupanya kini fenomena ODGJ tak melulu terlihat kumuh dan buruk. Beberapa kasus seperti di atas menyiratkan kini mereka mampu berpenampilan seperti orang biasa. Bisa naik angkutan umum, memesan makanan, memesan hotel, dan lain sebagainya.

Barulah, jika mereka sedang kumat atau ada pemicu yang menyebabkan tantrum, maka mereka bisa melakukan hal berbahaya. Saya tenrganga mendengar cerita YA yang juga sempat membunyikan klakson mobil yang dipamerkan dan meludahi satpam. Rekaman video pun juga memperlihatkan ia susah untuk dikendalikan padahal awalnya terlihat seperti orang biasa.

Fenomena lainnya adalah obsesi terhadap sosok yang diidamkan. Seperti kisah YA yang sangat terobsesi dengan seorang dokter gigi cantik. Entah karena cintanya bertepuk sebelah tangan atau apa, yang pasti ia begitu terobsesi sampai merusak tempat praktik sang dokter. Ia juga mengunggah foto sang dokter diselingi kata-kata kekecewaan. Memang, salah satu penyebab gangguan jiwa adalah kekecewaan yang teramat sangat akan sesuatu.

Yang saya tak habis pikir, ternyata polisi sempat akan menangkapnya saat ia marah-marah dan menganggu kenyamanan di sebuah hotel. Dengan nada marah, ia malah mengancam balik polisi tersebut  karena memiliki kenalan entah siapa. Ia pun kemudian dilepaskan karena dianggap memiliki masalah kejiwaan.

Barulah kemarin saat viral di media sosial dan banyak laporan dari masyarakat mengenai aksi yang dilakukannya, polisi pun menangkapnya. Meski begitu, ia langsung memberikan surat keterangan kalau dia sedang menjalani pengobatan jiwa. Artinya, dia sadar bahwa ia sedang mengalami ganggaun jiwa tetapi juga sadar tidak menjalani pengobatan tersebut dengan benar. Inilah yang menjadi kekesalan netizen selama ini.

Fenomena unik lainnya adalah beredarnya chat antara dirinya dengan sang dosen. Kebetulan, ia adalah mahasiswa S2 di sebuah PTN. Sang dosen memberi tahunya bahwa pihak kampus sementara memberikan cuti padanya agar berobat kejiwaan sampai tuntas.

Dalam chat tersebut, tampak ia memberi banyak alasan dan tidak mau diberikan cuti. Namun, dengan telaten sang dosen memberikan pengertian. Saking telatennya, dosen tersebut seperti wali kelas SD yang memberikan petuah pada muridnya. Saya sampai geleng-geleng kepala membaca pesan dari ibu R, sang dosen yang namanya juga ikut trending. Betapa sabarnya ibu R yang membuat YA akhirnya manut. Bagi saya, dalam kasus ini ibu R adalah pahlawan. Tidak banyak dosen dan pendidik di PT yang mau melakukan hal tersebut.

Entah bagaimana Nasib YA kini yang jelas untuk sementara waktu dunia transportasi dan tempat umum di Jakarta serta kota besar aman dari gangguannya. Meski begitu, masih banyak YA lainnya di sekitar kita yang juga meresahkan. Tugas kita adalah menggandeng mereka agar mau berobat dan tentu peran dari pihak terkait seperti Dinas Sosial sangat penting.

 

2 Comments

  1. sejak kecil saya takut sama odgj karena sering ditakut takutin sama orang. jadi kalau ada odgj kesannya takut, bakal diapa apain. tapi sebenarnya kasihan juga.

    ReplyDelete
  2. sewaktu kecil pun sebenarnya takut juga sama odgj. karna kurang lebih dgn penampilan nya yg sering telanjang dada, sehingga tiap kli ktmu org sperti itu akan selalu menghindari tatapan mata.

    utk kasus si YA bbrpa wktu emg rame bget pembahasan nya d twitter. yg sama sekali ga masuk akal adalah yaa yg ngaku" akan nikah bahkan membuat grup berisikan dosen buat nanti nya dateng ke pernikahan nya.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post