Agar Tidak Berantem Saat Jalan-Jalan Bersama



Kalau boleh dibilang jujur, saya lebih menikmati jalan-jalan sendiri. Ada beberapa hal yang mendasari alasan saya. Pertama, saya bisa pergi ke tempat-tempat yang saya inginkan. Alasan ini didasarkan kadang-kadang saya memilki
tujuan wisata yang cukup berbeda dengan teman-teman. Contohnya, saya cukup gemar mengunjungi candi dan museum. Dua obyek wisata ini tidak cukup digemari teman-teman. Kedua, saya bisa mengatur perjalanan sesuka hati saya. Biasanya saya ingin dapat mengunjungi banyak tempat dalam suatu waktu. Tidak berlama-lama di sebuah tempat wisata. Prinsip ini yang cukup berbeda dengan teman-teman.

Meski begitu, saya juga tak menutup diri untuk untuk jalan-jalan dengan teman. Malah terkadang lebih asyik dan menyenangkan. Selain itu, saya juga bisa menuangkan hasrat berfoto dengan nyaman dibandingkan jalan sendiri. Namun, berjalan-jalan bersama teman juga bukan tanpa kendala. Kendala tersebut adalah kemungkinan adanya gesekan antar teman akibat perbedaan pendapat. Nah yang menjadi lebih krusial, kadang gesekan itu semakin menjadi-jadi dan malah menimbulkan konflik baru. Walah, mau senang-senang kok jadi berantem.

Kejadian berantem saat jalan-jalan pernah saya alami saat akan berwisata ke Gunung Bromo. Saat itu kami sekelas berencana saat libur semester akan ke salah satu gunung favorit di Jawa Timur tersebut. Berbagai persiapan pun direncanakan. Kami akan menginap selama 2 hari 1 malam. Namun, tiba-tiba salah satu teman memutuskan perjalanan hanya akan dilakukan satu hari saja. Kontan saja, keputusan ini banyak ditentang. Terutama bagi teman-teman wanita. Saya juga tak bisa membayangkan bagaimana pergi seharian ke beberapa tempat dengan medan yang tidak mudah.
Singkat cerita kami tetap melakukan satu hari perjalanan. Di saat perjalanan pun konflik masih muncul. Saya rasa itu terjadi karena miskomunikasi saja karena beberapa diantara kami fokus menyetir di jalan raya. Meski begitu, akibat miskomunikasi ini terjadi juga perdebatan panjang. Untung saja, ada beberapa teman yang mampu menengahi. Saya pun mencoba memberi pengertian bahwa niat kita untuk bersenang-senang, bukan untuk berantem.

Jalan-jalan bersama teman, apalagi dengan jumlah yang cukup banyak memang butuh kesiapan ekstra. Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan merencanakan liburan bersama-sama. Mungkin ini sedikit tips yang barangkali bisa dicoba.

Pertama, rencanakan dengan matang perjalanan. Mengingat ini bukan wisata sendiri yang semau kita. Pastikan tempat yang akan dituju benar-benar disetujui oleh peserta meski ini juga cukup sulit. Tapi paling tidak, semua peserta akan merasa senang dan tak menyesal jika pergi ke tempat tersebut. Selain itu, jadwal jalan-jalan juga perlu disusun saat perencanaan. Kapan kita akan pergi ke suatu tempat, akan bisa melakukan apa saja, apa saja yang harus dibawa, dan sampai kapan kita berada di tempat tersebut.

Kedua, bentuklah sebuah panitia kecil. Meski terlihat sepele, ini juga penting. Siapa yang menjadi kepala suku, bandar uang, penyetok makanan, dan sebagainya. Dengan pembentukan panitia kecil ini sedikit banyak memudahkan dalam perjalanan. Misal saat akan membayar tiket, laporan ke petugas tempat wisata, dan sebagainya. Jika hanya pergi dengan kelompok kecil, minimal ada kepala suku yang mengkoordinasi perjalanan.

Ketiga, survei lokasi wisata. Biasanya, dari panitia kecil tadi ada yang bertugas melakukan survei lokasi wisata. Baik turun langsung ke lapangan maupun melalui internet atau sumber lain. Petugas survei ini akan melaporkan setiap perkembangan sehingga para peserta jalan-jalan akan saling berdiskusi membicarakan berbagai rencana yang akan dilakukan.
Keempat, jika acara jalan-jalan ini rutin dilaksanakan secara berkala, seperti setiap tahun, setiap 6 bulan atau bahkan tiap bulan maka sangat disarankan untuk melakukan iuran rutin. Meski ini juga cukup merepotkan, namun juga bisa menjadi berguna saat jalan-jalan dilakukan. Saat ada pengeluaran tak terduga, uang ini bisa digunakan disamping digunakan untuk kepentingan lain.
Kelima, meski kita ingin melakukan apa yang kita suka seperti berfoto dan berenang, namun ingat kita dalam rombongan bukan sendirian. Toleransi terhadap teman juga penting, terutama toleransi waktu. Jika ada teman yang kurang toleran, tegurlah dengan baik. Berilah pengertian bahwa perjalanan yang akan dilakukan masih panjang dan setiap individu harus mengutamakan kepantingan bersama.
Keenam, jika ada sesuatu hal yang tidak sesuai rencana dan dikarenakan sesuatu, janganlah saling menyalahkan. Konflik yang terjadi diawali dari saling menyalahkan. Bukalah sebuah forum singkat untuk menyelesaikan masalah dengan tepat dan cepat. Malu kan kalau saling menyalahkan di tempat umum dan dilihat banyak orang? Di sinilah peran kepala suku sebagai orang yang mampu memimpin saat perjalanan.
Ketujuh, saat akan berangkat dan setelah perjalanan, perhitungan mengenai uang harus jelas. Pasti ada pengeluaran yang harus dilakukan bersama. Laporan keuangan sederhana juga diperlukan agar tidak ada teman yang merasa kurang pas dan nggrundel (berbicara tak enak di belakang).

Kedelapan dan yang paling penting, luruskan niat. Kita jalan-jalan bersama teman bertujuan baik. Mensyukuri karunia Tuhan dan menjalin keakraban dengan teman, bukan untuk hal lain. Selain itu, yang terpenting banyak berdoa dan berhati-hati saat perjalanan.

1 Comments

  1. wkwkwk pas ijik nom biyen memang enake nglayap dewean..mbasan wes mbojo and punya anak...tiap jalan jalan ya pesti ada aja bagian kemrungsunge. Akhire tetapkan niat kalau kami pas jalan berempat, anak bayi balita melu kabeh...wes ah lupakan ngonten, sing penting piknik dan makan di luar. Ntar masalah ngonten gampang, nek pas ga kether bawa bocah atau pas me timean hahahhaha

    ReplyDelete
Next Post Previous Post