Jangan Lupakan Sesajen!

Liburan ke Jogja kemarin adalah liburan yang paling tidak menyenangkan sepanjang hidup saya.

Alasan lebih panjangnya bisa disimak di sini. Tapi, diantara sekian banyak alasan, satu hal yang membuat saya tak bisa benar-benar menikmati perjalanan adalah sang sopir. Gimana enggak, dengan kondisi saya yang sakit berat seperti itu, perjalanan semakin berat lantaran bus melaju dengan kecepatan setan. Sesaki bus mengerem mendadak dan saya sukses melayang dari kursi saya. Padahal, saya sedang akan menuju pulau mimpi yang membuat batuk parah saya semakin menjadi-jadi.


Laju bus yang mengerikan seperti itu tak lain dan tak bukan akibat peran sopir yang sedang berada dalam kondisi tertentu. Ada beberapa penyebab sang sopir melakukan tindakan yang tak membuat penumpang tak nyaman. Beberapa penyebab juga bisa saling berkaitan.

Alasan pertama biasanya sih, masalah waktu. Kadang sopir berburu waktu karena tempat yang dituju sangat banyak. Belum lagi, jika kondisi jalan sedang mengalami hambatan seperti macet parah atau ada perbaikan.

Alasan kedua adalah kurangnya koordinasi antara pihak pengelola bus dengan sopir, juga dengan pihak penyewa bus. Saya sering mengalami tur yang membutuhkan banyak tempat namun jumlah waktunya terbatas. Saat pihak panitia menyewa bus, pemillik bus menyanggupi berbagai rencana kunjungan yang akan dilakukan. Namun mereka tak memperkirakan waktu tempuh dengan baik. Di atas kertas, perjalanan yang direncanakan bisa saja berlangsung dengan mulus, tapi di lapangan? Nah inilah yang kadang menjadi penyebab ketidaknyamanan saya jika ikut tur dengan jumlah kunjungan yang banyak dalam tempo yang singkat.

Alasan ketiga, dan ini juga menjadi alasan klasik adalah kurangnya “sesajen” yang diberikan kepada sopir. Bagaimanapun, sopir dalam sebuah perjalanan bus adalah komponen yang penting. Peran bus sangat banyak terlebih dalam hal keselamatan dan kenyamanan penumpang. Sopir juga manusia, yang memiliki hati dan perasaan. Memang, mereka sudah diberi gaji oleh perusahaan pemilik bus. Tapi, mereka juga ingin diperhatikan lebih. Dalam hal ini, mereka ingin juga merasakan apa yang dinikmati oleh penumpang. Termasuk diantaranya makanan. Pemberian “sesajen” ini juga berpengaruh kepada mood sang sopir dalam berkendara.

Nah maka dari itu, jika kita ingin perjalanan lancar, maka perhatikanlah sang sopir ini. Mulai dari makanan, snack, kopi, dsb. Yah hitung-hitung amal juga. Meskipun kalau kita menyewa bus tak ada pasal tentang memberi sesuatu ke sopir, tak ada salahnya kan berbuat demikian?

Pengalaman paling menyenangkan ikut tur bus adalah ketika saya ke wali limo bersama para ibu-ibu pengajian Jumat Legi. Sopirnya enak sekali menyetirnya. Saya bisa tidur nyenyak padahal kondisi badan juga kurang fit. Saat melihat waktu tempuh yang tak memungkinkan, sang sopir juga menawarkan mengganti tempat tujuan yang lebih dekat. Yang penting para peserta tur masih bisa menikmati perjalanan. Salut.

Terekomendasi

Tapi, meski sudah memberi ”sesajen” yang layak, saya juga pernah merasakan pengalaman yang tak menyanangkan. Saat itu kami sekeluarga besar menyewa bus ke Magelang, tempat saudara jauh. Sang sopir sudah kami beri berbagai macam kebutuhan, seperti rokok, makanan, dll. Tapi, sopir terebut memacu kendaraannya pelan sekali. Sampai-sampai perjalanan Malang-Yogya, yang biasanya ditempuh dalam waktu 8 jam menjadi molor 11 jam. Belum lagi, sang sopir sering berhenti di tempat-tempat tak penting. Padahal kami tak ada yang ingin buang air kecil atau sholat. Rencana kami yang ingin mengunjungi tempat wisata di Magelang menjadi kandas. Hanya satu tempat, rumah saudara di Magelang yang bisa kami kunjungi. Belum lagi, saat pulang sang sopir memaksa kali untuk segera naik, padahal waktu masih belum terlalu malam.

Ini tersangkanya, hehe


Kalau sudah begini, pemilihan perusahaan bus juga penting. Kita juga perlu membuat perjanjian dengan pihak perusahaan agar tujuan kita tercapai. Kita juga bisa memberikan kritik dan komplain saat perjalanan berlangsung. Pihak perusahaan nantinya akan memberi peringatan kepada sopir. Meski sang sopir perlu kita layani, tapi sebagai penumpang, tetaplah kita sebagai raja.

Sekian dan terimakasih.


Post a Comment

Next Post Previous Post