Asyiknya Berwisata Petik Jeruk di Tengah Momen PSBB Malang Raya

Jangan lupa pakai masker ya kalau keluar rumah

Halo semuanya, apa kabar? Semoga tetap sehat dan sejahtera ya di tengah pandemi ini.

Sebelum memulai tulisan ini, izinkan saya mengucapkan Maaf Lahir Batin ya. Barangkali ada salah kata atau tulisan di dalam blog ini. Yah namanya manusia biasa kan pasti ada saja kesalahan. Karena saya bukan Tuhan Yang Maha Esa, jadi mohon dimaafkan ya.

Pada kesempatan kali ini, saya akan bercerita mengenai liburan singkat Idulfitri di tengah pandemi covid-19. Lah, katanya di rumah saja kok malah liburan. Apa ada tempat wisata yang buka?

Ya jelas belum. Wisata kali ini saya lakukan bersamaan dengan silaturahmi ke keluarga dekat yang masih satu kota. Kebetulan kota tempat tinggal saya, Malang sedang melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Harusnya sih saya ada di rumah saja. Tetapi, ya karena ajakan orang tua yang tidak mungkin menolak, maka saya pun bersilaturahmi ke keluarga dekat. Berbeda dengan lebaran tahun lalu, kali ini kami hanya beranjangsana ke tiga keluarga dekat yang ya masih dekat dengan rumah.

Salah satu keluarga dekat yang kami kunjungi berada di Desa Kalisongo, Dau, Malang. Dari rumah saya hanya sekitar 15 menit. Daerah ini sebenarnya lebih dikenal dengan Petung Sewu. Sebelum covid, Petung Sewu terkenal akan agrowisata petik jeruknya dan wisata berbasis alam seperti perkemahan.

Dulu, saya ingin sekali merasakan wisata ini tapi belum kesampaian. Eh ndilalah, saat bertamu ke saudara saya yang ada di sana, ternyata beliau sedang mengelola kebun jeruk seluas kurang lebih setengah hektar.


Usaha ini semakin digelutinya lantaran Mas Rudi, saudara saya tersebut terkena dampak dari penutupan pabrik tempatnya bekerja. Jadinya, daripada menganggur dan tak ada penghasilan, lebih baik waktu dan tenaganya digunakan untuk  mengolah kebun jeruk ini.

Ingin menghirup udara segar, maskernya dicopot sebentar

Ternyata, usaha yang dilakukannya tidak sia-sia. Berkilo-kilo jeruk Pontianak sudah berhasil dipanen. Beberapa diantaranya dikonsumsi sendiri dan sebagian dijual di pasar terdekat. Malah, sebelum lebaran kemarin, ada seorang tengkulak yang berniat untuk memborong jeruk yang belum dipanen. Tetapi, lantaran belum masak pohon, jadi tawaran itu ditolak.

Jeruk Pontianak memang menjadi komoditas perkebunan utama di Petung Sewu ini. Lantaran, hawa sejuk tempat ini yang lebih dingin dari Kota Malang membuat jeruk mudah sekali berbuah. Walau sejuk, Petung sewu tidak terlalu dingin dibandingkan denga Kota Wisata Batu. Di sini, suhu rata-rata berkisar 25-27 derajat Celcius.

Adik saya memilih jeruk yang matang

Lantaran sedang berada dalam musim kemarau, maka pengairan tanaman ini membutuhkan perhatian khusus. Penyiraman dilakukan dengan pembuatan cekungan yang dibuat mengikuti bentuk tajuk pohon terluar. Air akan dialirkan melalui parit-parit di setiap sisi alur tanaman sesuai kebutuhan. Makanya, di setiap pohon saya temukan semacam cekungan kecil dan jalan air yang tidak terlalu lebar.

Jeruknya mulai menguning

Pekarangan yang memuat berbagai kebun jeruk terletak di belakang rumah Mas Rudi. Dari depan, tak tampak bahwa ada kebun jeruk yang luas. Ketika saya masuk melalui dapur dan pintu belakang, saya terkejut bahwa pekarangannya sangat luas sekali. Sampai-sampai, saat saya masuk lebih dalam, rumah Mas Rudi sudah tak terlihat lagi.

Ibu saya memamerkan jeruk hasil panen

Lantaran lama berada di rumah dan tidak menemukan kesegaran yang optimal, saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk beriwsata sejenak. Kapan lagi coba dua bulan lebih tidak menemukan sensasi ini. Saking bahagianya, saya bahkan refleks mencopot masker yang saya gunakan terus. Sebentar saja merasakan hawa segar tak mengapa kan? Toh ini pekarangan pribadi dan tidak ada orang lain yang masuk selain Mas Rudi sendiri. Positive thinking saja.

Fatih, sepupu saya gembira dengan jeruk yang dipetiknya

Singkat cerita, saya pun beriwisata petik jeruk singkat sambil berfoto ria. Anggota keluarga lain pun juga. Untunglah pekarangan ini amat luas sehingga kami masih melakukan physical distancing. Ini juga sekaligus sebagai usaha baru untuk melakukan apa yang disebut dengan "new normal". Berwisata sambil menerapkan protokol kesehatan.

Zaki, putra dari Mas Rudi dengan jeruk hasil petikannya

Nah, kami dibekali gunting untuk memangkas ranting jeruk yang sudah siap dipanen. Ciri-ciri buah jeruk yang siap dipanen adalah jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah buah jika dipijit terasa lunak dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, dan warnanya menarik (kuning). Lagi-lagi, karena belum musim panen, cukup sulit untuk mencari jeruk dengan ciri seperti itu. Yang sering saya dapatkan adalah jeruk yang masih hijau dan berbunyi ketika dijentik. Namun, saya malah tetap memetik beberapa jeruk yang belum matang tersebut untuk dijadikan minuman hangat penambah stamina dan daya tahan di musim pandemi ini.

Ayo dipilih yang mana...

Jeruknya enak lho...manis...

Selain tanaman jeruk, ada juga tanaman cabai yang tumbuh subur berselingan diantara pohon jeruk yang tinggi menjulang. Mas Rudi ternyata juga menanam cabai sebagai pengisi lahan yang kosong. Beberapa cabai sudah tampak memerah dan siap untuk disantap bersama gorengan. Selain cabai, beberapa tanaman sawi juga tampak memenuhi pinggiran pekarangan meski tidak terlalu banyak.

Tanaman cabai yang mulai siap panen

Pengalaman  berwisata singkat, murah meriah, dan aman nyaman tersebut membuat saya kembali bersemangat. Sungguh, di tengah berbagai pembatasan besar yang ada, bersua dengan pemandangan hijau seperti ini adalah oase tersendiri. Saya juga semakin sadar, kita juga harus bisa move on dari corona dengan mulai menerapkan langkah serius agar kesehatan mental kita tetap terjaga dengan berwisata. Membantu tenaga medis juga tetap diperlukan.

Hasil panen

Makanya, berwisata di dekat rumah saja adalah salah satu caranya. Entah ke sawah, ke kebun, atau ke sungai yang penting tetap jaga kebersihan dan memakai masker saat berada di jalan dan banyak orang berlalu-lalang. Barulah, jika dirasa tempat itu amat sepi apalagi milik pribadi yang tidak semua orang bisa menjangkaunya, kita bisa menghirup udara segar sejenak. 

Jadi, sudah siap berwisata dengan keadaan new normal?

25 Comments

  1. memang sensasi metik jeruk langsung dari pohonnya sangat luar biasa, sambil menghirup udara segar.

    ReplyDelete
  2. Tulisan dengan cerita yang bagus

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. udah kelar mas
      silakan tapi jangan lupa pakai masker ya

      Delete
  4. waduh hati-hati pak, masih jamane corona

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya makanya ga berani jauh jauh di kebon aja jalan jalannya huhu

      Delete
  5. wahh menikmati keseruan sama keluarga juga nih pak.. saya mau masuk malang sampe ga bisa hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah

      iya kalau bukan plat N suruh putar balik

      Delete
  6. Keren mas meski ditengah Pademi covid 19 dihari raya idulfiti ini masih bisa menikmati lebaran dengan menikmati indahnya kebun jeruk yang sudah mulai matang menggoda.😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul kang satria, kapan kang satria nyusul punya kebun jeruk sendiri, kan punya lahan yang luas di Bekasi.😊

      Delete
    2. wkwkw silahkan nanam mas satria

      Delete
  7. wah seru juga bisa jalan-jalan kekebon jeruk lalu di makan di tempat.

    salam kenal mas

    ReplyDelete
  8. Wah ini jenis wisata favorit saya! Masuk kebun terus metik buah. Beruntungnya dirimu mas, saya udah lama nggak wisata kaya gini. Itu cabenya enak dimakan bareng menjes, kepedesen minumnya jus jeruk pontianak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya alhamdulillah pas dekat dan masih di dalam rumah hehe

      iya cabenya udah pada memerah terus jeruknya bikin es ya hmmm

      Delete
  9. Wau tempatnya asik ya dg ciri khas berudara dingin, memang malang yang selalu.

    Dulu jaman SMA pernah ke selecta beli apel malang klo nggak salah 10 ribu sudah dapat buanyak

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah selecta ya di sana tempatnya buah memang ada pasarnya...

      Delete
  10. Saya dari dulu ingin petik jeruk langsung dari pohonnya tapi belum kesampaian, maklum ngga punya lahan untuk bikin kebun jeruk.

    Alhamdulillah mas Ikrom Zain bisa metik jeruk langsung dari pohonnya ya. Enak banget rasanya.

    Minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir dan batin ya mas Ikrom. Mohon dimaafkan segala salah selama ini dalam ngeblog 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya saya juga engga ada lahan ini punya sodara hehe

      alhamdulillah enak mas

      iya maaf lahir batin juga ya mas

      Delete
  11. Ternyata perawatannya tidak mudah ya
    Apalagi menjelang musik kemarau
    Wah saya jadi penasaran dengan rasanya, bolehlah kirim ke Jakarta
    Satu ton saja :D
    Saking bahagianya, lupa pakai masker :D
    Tak apalah dipekarangan pribadi ini ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas kalau engga pas bisa busuk
      wkwk tar habis corona yaa

      iya emang sengaja ini cuma bentar banget
      sesekali lah engap pakai masker juga dan masih di dalam rumah

      wkwk

      Delete
  12. saya cuma pernah wisata petik apel sama strowberry aja di malang
    kayanya seger yaaa makan jeruk segar di malang yg hawanya dingin... jeruknya dingin juga gk kak kalau langsung dr pohon gitu? hehehe

    ReplyDelete
Next Post Previous Post