Mekdi, Andalan Generasi 90an dalam Memilih Restoran Cepat Saji

Mekdi Kayutangan Malang
Mekdi Kayutangan Malang

 

Manalagi, selain di Mekdi.....

Walau tidak semua generasi 90an sepakat, saya bisa mengatakan bahwa Mc Donalds atau Mekdi masih menjadi primadona generasi angkatan saya dalam memilih makanan cepat saji.

Apa pasal?

Mekdi adalah ikon restoran cepat saji yang sudah mendarah daging bagi Generasi 90an atau sebelumnya. Saking mendarah dagingnya, saat masa PSBB di Jakarta beberapa bulan lalu, kita mendengar berita bahwa terjadi euforia yang saat itu dilarang ketika Mekdi Sarinah Jakarta akan ditutup. Ratusan orang, terutama generasi 90an berkumpul dan bernostalgia mengenang restoran tersebut yang akan mengakhiri usahanya.

Meskipun saya kurang setuju dengan apa yang dilakukan orang-orang tersebut, tetapi saya paham sekali bagaimana kenangan yang terlukis dalam benak mereka akan Mekdi. Saya pun juga mengalami nostalgia yang amat dalam dengan restoran yang sangat ikonik dengan huruf M ini.

Tagline “Manalagi Selain di Mekdi” begitu terngiang di sanubari. Bagi saya yang masih duduk di bangku SD, Mekdi adalah sebuah prestise yang tak bisa terjangkau dengan mudah. Jika disejajarkan, Mekdi sama prestisenya dengan baju dan sepatu yang memiliki lampu, mainan Tamagochi, atau pun sepeda Wim Cycle yang tak semua anak bisa menikmatinya.

Saya memang tak bisa sering makan di Mekdi saat itu. Namun, setiap akhir caturuwlan, ayah dan ibu saya gemar sekali memberikan hadiah makan di Mekdi kalau nilai rapor saya baik. Yah sama seperti tipikal orang tua yang sering memberikan reward. Kadang, reward ini tak saya dapat ketika kondisi ekonomi orang tua saya tidak memungkinkan untuk mengajak saya makan di Mekdi. Terlebih, saat krisis 1997-1998 melanda.

Saya masih ingat, karena sudah saatnya caturwulan dan nilai saya lumayan baik, ayah saya mengajak saya ke Mekdi tetapi hanya untuk membeli ice cream yang saat itu seharga 900 rupiah saja. Asli, saya senang sekali walau hanya duduk sebentar untuk bisa menikmati es krim yang kini harganya sudah hampir 10.000 rupiah itu.

Saya lebih beruntung ketika almarhum Bude saya kerap mengajak para keponakannya - termasuk saya - makan di Mekdi saat hari tertentu, semisal Takbiran Idul Fitri atau malam tahun baru. Mulai saat itu, saya memiliki beberapa mainan hasil dari membeli paket Happy Meals. Koleksi Tarzan dan Dalmation adalah dua koleksi yang saya ingat pernah saya miliki.

Di sekolah, ada salah satu teman saya yang cukup berada bahkan memiliki kartu anggota Mc Kids. Kartu ini berupa kartu langganan yang memberikan fasilitas diskon makan dan majalah bulanan. Ia kerap membawa majalah bulanan bergambar Ronald dkk ke sekolah. Selain majalah, ia juga kerap memamerkan berbagai pernak-pernik yang ia dapat seperti tas, buku, penggaris, dan pensil yang berlogo Mekdi.

Saat SMP dan SMA, entah apa alasannya, saya malah jarang sekali ke Mekdi. Kalau pun ke sana, itu lebih sering ditraktir ulang tahun teman atau pun lagi-lagi diajak oleh almarhum Bude saya. Pun saat kuliah yang rasanya Mekdi adalah restoran tak terjangkau oleh kantong mahasiswa seperti saya. Makanya, saat saya ke Mekdi saat ini dan sering melihat mahasiswa yang mengerjakan tugas di Mekdi, sungguh saya kagum.

Nah, entah alasan pelampiasan atau apa, semenjak bekerja dan memiliki uang, pergi ke Mekdi adalah sebuah rutinitas kalau tidak bulanan ya dua atau tiga bulan sekali. Meski banyak restoran cepat saji lain seperti Burger King, KFC, Wendys, CFC, AW, atau pun Richeese Factory, bagi saya Mekdi tetaplah pilihan.

Selain nostalgia zaman dulu yang seakan sulit sekali untuk bisa ke Mekdi, saya masih merasa ayam goreng di Mekdi  adalah yang terbaik. Saya sepakat dengan beberapa food vlogger jika ayam goreng Mekdi adalah yang paling juicy. Paling besar dan lega serta porsinya paling lega dibandingkan restoran cepat saji lain.

Ayam Mekdi adalah yang paling juicy


Mengenai harga, menurut saya Mekdi juga masih murah. Saya tak sampai merogoh kocek lebih dari 35.000 untuk makan seporsi ayam lengkap dengan minumannya. Itu sudah dapat bagian dada mentok yang amat besar. Kalau di restoran cepat saji lain, saya biasanya agak kecewa karena lebih banyak tepungnya atau malah harganya yang bisa mencapai 40 ribu rupiah. Entah hitungan saya ini salah atau bagaimana, yang jelas bagi saya makan ayam goreng di Mekdi tetaplah yang paling lega.

Untuk menu lain seperti Burger, memang Mekdi kini menurut saya masih kalah dengan Burger King atau AW. Kalau sedang niat makan burger jujur saya lebih memilih di Burger King. Whooper milik Burger King bagi saya masih jauh lebih enak dibandingkan Big Mac Mekdi.

Walau demikian, saya ternyata penggemar burger Mekdi yang disajikan di pagi hari. Beberapa diantaranya adalah Mc Muffin yang biasanya satu paket dengan hash brown yang renyah itu. Maka, kalau saya ingin memakan burger di Mekdi, biasanya saya memilih datang di pagi hari dibandingakan siang atau malam karena menu muffinnya bagi saya juara.

Mc Muffin, I'm Lovin It

Oh ya, salah satu alasan saya memilih Mekdi adalah mereka tetap menggunakan mesin mandiri yang bisa digunakan pembeli untuk memesan menu. Jadi, bagi saya ini lebih praktis dan pembeli bisa leluasa memilih menu yang mereka inginkan. Mereka juga bisa memperkirakan harga makanan yang sudah termasuk pajak sehingga tidak sampai kaget dengan harga yang harus di bayar.

Pada restoran cepat saji lain, saya kerap kaget ketika harga yang harus saya bayar ternyata melebihi ekspektasi saya. Lantaran, harga yang tertera di layar kasir adalah harga untuk menu medium sedangkan saya memilih menu large. Yah salah saya juga sih tetapi dengan mesin mandiri, kondisi tersebut bisa diminimalisasi.

Kala bakar-bakar uang yang dilakukan oleh dompet digital beberapa waktu lalu, Mekdi juga jadi jujugan saya. Tiap minggu ada saja promo menarik berupa diskon hingga 25 ribu rupiah. Walau kini jarang, tetapi kadang saya tetap menemukan diskon tersebut dengan membayar melalui kartu debit. Lumayan jika ingin membelikan menu Mekdi untuk keluarga.

Habis makan jangan lupa dibersihkan sendiri ya...

Oh ya, mengenai restoran Mekdi mana yang paling sering saya kunjungi, jawabannya adalah Mekdi di Kota Surabaya. Saya jarang ke Mekdi di Jogja karena tidak ada transportasi yang mendukung. Saya cukup menghindari Mekdi di Malang karena biaya parkirnya cukup mahal. Mekdi di Sarinah Malang mematok parkir 4.000 rupiah untuk motor. Saya kok awang-awangen. Kalau di Malang, saya memilih Mekdi di Watu Gong atau yang baru di Sulfat yang parkirnya 2.000 rupiah saja. Mekdi Basuki Rahmad yang dekat dengan Tunjungan Plaza dan Mekdi Delta Plaza adalah dua restoran Mekdi yang paling sering saya kunjungi di Surabaya.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat iklan Mc Do (Mekdi Filipina) yang menayangkan ajakan untuk membeli dalam Drive Thru sebagai kampanye social distancing. Namun, kali ini penggunaan kata Drive diganti dengan Ride Thru. Dalam tayangan iklan tersebut, fasilitas ini tidak hanya bisa digunakan untuk mereka yang bermobil saja. Melainkan, seluruh pengguna jalan bisa menggunakannya, seperti pesepeda, pemotor, pengguna skate board, pengendara becak, bahkan hingga kusir kalesa (dokar). 


Iklan ini bagi saya menarik karena kini Mekdi ingin mempersepsikan dirinya bahwa makanan di dalam menunya bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sebuah hal yang cukup sulit dilakukan mengingat selama ini konotasi Mekdi adalah restoran bagi kalangan menengah ke atas. Walau demikian, usaha ini saya acungi jempol karena mereka juga sedang berjuang menghadapi wabah covid-19. Mereka pun mengusung tagline:

Anuman ang ride mo feel good ka dito.

Apapun yang kamu kendarai, yang penting kamu merasa nyaman di sini.


Nah, bagaimana dengan Anda, kapan terakhir kali ke Mekdi?      

12 Comments

  1. Wah ini tempat makan sudah berumur tapi masih segar bugar sampai sekarang..

    ReplyDelete
  2. Waaah jangan ditanya mas, saya hardcore fansnya McD hahahahaha, ini salah satu comfort and easy food untuk saya kalau lagi biztrip pun, pasti carinya McD di negara tersebut, mana mereka selalu punya menu lokal seperti McD Indonesia yang ganti-ganti setiap bulannya, jadi saya penasaran untuk terus coba 🤣 Ehya McD Filipina tuuuh agak beda, mereka punya saus mushroom which is rasanya endoooool bangattts! Mas sudah pernah coba? Mungkin nanti perlu coba, you will love it, mas 😆

    Fave saya, untuk menu McD Indonesia ada series sambal bawang, terus menu Jepang, habis itu menu Korea, dan nasi Uduk, huhuhu suka semuanya. Wk. Untuk basic, yang paling saya suka adalah McSpicy burger (pakai ayam), legiiiiit 🤣 Bersama McFlurry oreo, hohoho 🙈 -- mas Ikrom tega, habis baca post ini, saya jadi lapar 🤤

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya simple si menurtuku konsep mekdi dan bikin pengunjung betah ya mbak...

      dan menu lokalnya emang ganti ganti plus variatif...

      wah belum jadi nyesek mbak gegara coroces aku gagal ke PH padahal udah mupeng sama Mekdo atau Jolybee wkwkw ya udahlah...

      iya menu nasi uduknya unik lo mekdi itu lumayan enak
      aku juga suka pie applenya enak banget

      Delete
  3. Aah nangis.. Sekarang tinggal di kota Kabupaten yg ga ada gerai McDnya. Padahal dulu ngekos Deket banget sama Mall jd kalau dana mepet malah pilih beli paketan mcD atau yg satu laginya itu..

    Ih, kreatif ya MdDo Filipina , yg di Jogja bisa ngikut tuh pakai andong hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kalau pas ke kota cus ke Mekdi mbak
      buat ngobatin kangen heheh

      iya kreatif banget ya mereka...

      Delete
  4. MCD... HaaaHaaaa jadi inget zaman2 jadul.🤣🤣 Bisa bawa pacar ke MCD udah sesuatu yang waah dan fonomenal kala itu..🤣🤣🤣

    Sampai2 mau janjian ketemu cewek pasti MCD tenpat yang enak bahkan sampai hafal aku paket2nya serta harganya.🤣🤣🤣

    Bahkan sewaktu MCD Sarinah tutup waah seperti ada yang hilang dikawasan jalan Thamrin sampai jalan Jaksa kebon sirih..😊😊

    Yaa meski telah banyak makanan sejenis yang mirip MCD tetapi tidak ada yang selengendaris MCD yaa mas..🤣🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener ya mas wah banget ya hahahahahha
      wih sampe apal menunya sering banget dong berarti kentjan di sana hehe

      aku dulu pas ke JKt masih ada tapi belum sempat ke sana cuma liat dari TJ
      suasananya kayaknya syahdu tuh Mekdi

      iya bener Mekdi emang legendaris banget

      Delete
  5. Aku juga salah satu penggemar Mcd karena menu recehannya banyak sekali pilihannya. Jadi jika lagi ingin ngemil-ngemil, Mcd jadi salah satu tempat tujuanku 😁

    Waktu aku kecil, aku juga merasa bahwa makan Mcd adalah suatu kemewahan karena jarang-jarang juga bisa makan Mcd. Saat SMA, udah mulai sering nongkrong di Mcd tapi untuk beli Mcflurry atau menu receh lainnya karena untuk seporsi ayam dan nasi, harganya masih lebih tinggi dari uang jajanku saat itu 😂
    Barulah setelah bisa cari uang sendiri, aku sama seperti Kak Ikrom, balas dendam dengan jadi rajin ke Mcd 🤣 tapi serajin-rajinnya itu 1 bulan 1-2x atau selang beberapa bulan 1x 😂
    Belakangan ini karena Mcd sering ada menu baru atau promo, aku jadi agak lebih rajin ke Mcd. Apalagi begitu Mcd mengeluarkan varian spicy chicken, Si Prikitiew suka sama varian itu sehingga aku dan dia jadi sering juga ke Mcd setelah tahun-tahun sebelumnya sempat hiatus ke Mcd karena doi nggak suka ayam Mcd 😂
    Btw, aku malah suka burger Mcd lho, apalagi kentangnya hahaha. Ngangenin rasanya 😆 tapi jangan dibandingi sama Carls Jr. Karena rasanya jelas jauh wkwkwk namun demikian, Mcd tetap ada di hati karena banyak kenangan di sana 😆
    Thanks for bring back the memories, Kak Ikrom 🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak kayak mevvah banget ya
      aku kalau SMA malah engga soalnya gapunya uang wkwkw
      kuliah sesekali aja si tapi masih gaberani takutnya mahal
      nah bener pas udah kerja rasanya pelampiasan wkwkw walau engga sering amat si

      wah aku malah belum pernah ngerasain carls soalnya harus ke surabaya dulu baru ada

      kentang mekdi juga enak si tapi aku sukaan hash brown rasanya nendang banget hehe

      iya rasanya back to memories banget ya mbak lia

      Delete
  6. Sayaaaa pecinta mekdi banget, saking saya lebih dulu kenal mekdi, dulu tuh sering banget ditraktir temen lantaran mereka minta dikerjain soalnya, dan bayarannya paket mekdi waktu itu di bawah 10 ribu ya atau 10 ribu ya harganya, hahaha.

    Sekarang jarang makan mekdi, maklum mamak ngirit (bilang aja pelit, hahaha).
    Selain itu, karena ayam goreng lokal juga banyak yang murah dan enaknya juga pas.

    Jadi kalau mampir mekdi tuh dijamin cuman pengen ngadem, atau mau makan eskrim.
    Kalau eksrim mah nggak usah ditanya, tak ada yang mengalahkan nikmatnya egym mekdih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah enak banget mbak bayarannya Mekdi hihi

      hahahaha iya si sekarang apa apa mahal
      apalagi kalau buibu ya mbak harga segitu bisa buat masak banyak di rumah

      dan bener ayam goreng lokal macam hisana atau sabana 10 ribuan sudah enak

      es krim mekdi juga engga ada duanya emang

      Delete
Next Post Previous Post