Lawang, Tak Sekadar Pintu Gerbang Kota Malang

Seorang pengemis akan mulai beraktivitas menuju Pasar Lawang

Jika Anda datang ke Malang melalui Surabaya atau arah utara – baik lewat jalan tol maupun nontol – pasti akan melewati Lawang.

Lawang adalah sebuah nama kecamatan di ujung utara Kabupaten Malang. Kecamatan ini berada di ketinggian lebih dari 450 meter di atas permukaan laut dan menjadikannya salah satu kecamatan dengan keadaan topografi pegunungan. Sesuai namanya, Lawang adalah pintu masuk utama ke Kota Malang. Hampir sebagian besar perjalanan darat dari luar kota akan melewati Lawang.

Sesuai dengan namanya sebagai pintu masuk, posisi Lawang menjadi amat strategis. Lawang menjadi salah satu kecamatan dengan keramaian yang cukup signifikan. Kota Kecamatan Lawang, yang terdapat pasar, stasiun, rumah sakit jiwa, pusat perbelanjaan, pangkalan militer, dan berbagai fasilitas umum lainnya juga menjadi salah satu wilayah dengan potensi wisata yang tinggi.

Namun, sebelum Jalan Tol Malang-Surabaya dibangun, saya adalah salah seorang yang cukup malas jika melewati Lawang. Tak lain, macetnya kendaraan yang harus saya hadapi ketika pulang dari arah Surabaya. Melewati Lawang adalah sebuah ujian tersendiri.

Perlu waktu tempuh lebih dari 1,5 jam dari Lawang untuk sampai di Kota Malang. Padahal, jika tak terdapat kemacetan, perjalanan hanya perlu memakan waktu tak sampai 30 menit. Itu belum termasuk saat ada acara yang dilakukan oleh warga sekitar seperti bersih desa, karnaval, dan lain sebagainya. Bisa-bisa, saya menghabiskan waktu di dalam bus atau kendaraan lain dengan menonton serial TV di You Tube atau media streaming lain.

Kondisi berubah ketika Jalan Tol Malang-Surabaya sudah diresmikan dan boleh dilewati. Hampir sebagian besar kendaraan melewati jalan tol yang kini sudah bisa masuk ke Kota Malang. Walau ada beberapa kendaraan besar yang masih melewati jalan utama di Lawang, tetapi itu tak sebanyak dulu. Hanya pada saat tertentu saja volume kendaraan cukup padat seperti pada akhir pekan. 

Fly over Lawang yang merupakan batas Malang dan Pasuruan

Sayangnya, dengan volume kendaraan yang mulai menurun, ada cukup banyak kejadian kecelakaan yang terjadi, baik Lawang maupun di perbatasannya dengan Singosari. Seperti beberapa waktu lalu ketika sebuah bus Malang-Surabaya hilang kendali dan menggasak truk, beberapa mobil dan motor sehingga menyebabkan korban jiwa. Kebetulan, saat itu saya sedang dekat dengan lokasi. Suara dentuman kecelakaan karambol yang membuat ngilu begitu keras. Padahal, jarak saya tidak terlalu dekat.

Bisa jadi, kecelakaan yang sering terjadi di perbatasan Lawang, baik dengan Singosari maupun dengan Purwodadi Pasuruan adalah konturnya yang berbukit. Memasuki Lawang, jalanan akan naik hingga masuk ke Kota  Kecamatan Lawang. Nah, saat keluar dari Lawang, jalanan pun akan menurun cukup ekstrem. Jika kondisi jalan sepi, ada saja niatan dalam hati untuk menggeber kendaraan dengan kecepatan setan. Kapan lagi kan mencoba balapan di jalan yang sepi tanpa kemacetan?

Hati-hati di jalan ya....

Akan tetapi, jika membayangkan kembali bagaimana kecelakaan karambol dan kecelakaan lain bisa terjadi, maka pikiran untuk melakukan hal itu akan sirna. Lebih baik menahan diri dan lebih hati-hati meski kondisi jalan sepi. Turunan fly over Lawang yang menuju Pasuruan juga merupakan titik yang sering menjadi spot kecelakaan. Turunan dari fly over tersebut amat curam dan kadang meski kendaraan sudah direm dan dimasukkan gigi yang rendah, kecepatannya masih cukup kencang.

Di balik kisah kecelakaannya, Lawang juga menyimpan beberapa tempat menarik. Salah satunya adalah Hotel Niagara yang sering dianggap sebagai hotel berhantu. Hotel yang sudah digunakan sejak zaman penjajahan ini sering dijadikan ajang uji nyali. Berbagai cerita mistis pun berpunculan seperti adanya hantu noni belanda yang bunuh diri.

Namun, saya pernah sekali masuk untuk mengantarkan teman yang menginap di sana. Walau terkesan mistis, tetapi bangunannya bagi saya eksotis. Saya suka dengan ornamen bangunan bercat pink tersebut. Terlihat tegas dan mencerminkan kegagahan yang telah dimakan usia. Saat saya melihat harga kamar di sana, ternyata hanya sekitar 150 ribu rupiah untuk kamar biasa dan 250 ribu untuk kamar yang ber-AC. Mungkin kapan-kapan saya harus mencoba menginap ya.

Hotel Niagara

Bangunan lain yang membuat saya senang berkunjung ke Lawang adalah Stasiun Lawang. Stasiun ini bisa dikatakan cukup besar jika dibandingkan stasiun lain di Kabupaten Malang. Hampir semua kereta lokal dan jarak jauh dari Malang berhenti di stasiun ini, terutama kereta arah Jakarta seperti Bima, Jayakarta (Songgoriti), dan Jayabaya. Berhentinya kereta api di Stasiun Lawang dilakukan untuk melakukan pemeriksaan rem lantaran kontur berbukit di daerah ini cukup ekstrem yang dilewati.

Stasiun Lawang

Sekitar tahun 2012, pernah ada uji coba KRD Lawang-Kepanjen. Jadi, PT KAI akan membuka rute kereta api di gebang masuk Malang ini menujun daerah lain di Malang. Sayang, ujicoba ini gagal karena rangkaian KRD tidak kuat menanjak jalur Lawang-Singosari yang memang cukup curam. Alhasil, proyek KRD pun dihentikan hingga sekarang. 

Fly over yang bersisian dengan rel kereta api

Walau proyek KRD gagal untuk memecah kemacetan di Lawang, akan tetapi dengan adanya tol Malang-Surabaya kemacetan benar-benar bisa diatasi. Kadang, saya pergi ke saudara di daerah ini. Alhamdulillah, perjalanan cukup lancar dan tak perlu waktu lama untuk menuju tempat tersebut. Lawang pun menjadi pintu gerbang yang menyenangkan kembali. Menikmati sedikit keindahannya menjadi salah satu terapi jiwa yang menyenangkan untuk saya lakukan sekarang.

11 Comments

  1. Salah satu kota yg pengen amat saya kunjungi itu Malang.. jujur, selama ini baru sekali kesana.. hikss

    Wahh jadi pembangung tol membuat Lawang jadi Kemacamatan yg asik buat dikunjungi yah Mas Ikrom..? Tapi bneran yah.. skrang itu ke Surabaya udh full jalan tol.. saya senang banget tiap ke magelang bisa lewat jalan tol terus.. kalau dlu kan keluar masuk kota2 di Jawa Tengah.. heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. hayuk ke malang mas
      iya surabaya sekarang jadi titik poin jalan tol di Jawa Timur
      jadi dari arah timur selatan barat bisa lewat tol ke surabaya

      Delete
  2. Serem banget lah kalo udah liat kecelakaan lalu lintas

    baka kebayang2 berhari-hari

    Anyway suatu hari kalo aku ke malang kita jumpa ya mas ikroommm

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas apalagi kalau kecelakaaan karambol ya
      semoga engga ada kecelakaan lagi

      Delete
  3. lha kan bener...aku biyen wes sering denger kabar sering terjadi laka lantas yo daerah iki deh mas...jaman aku ijik sekolah..apa ya...denger kabar bus banyak yang kecelakaan di situ...pancen rawan sih ya...

    btw bener mas bangunane serasa gagah namun dimakan usia...foto ne ki 'bercerita' tenan mas, apik pengambilan angle e

    tetep ya mas anker...anak kereta destinasi favorit stasiun :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak soalnya jalannya naik turun dan kendaraan besarnya banter banter

      wkwkwk iya aku gatel kalau ada stasiun pengen tak foto

      Delete
  4. hei mas aku gagal fokus sama Hotel Niagara.. sekarang kerjasama dengan pintu merah tah? moga2 nanti kalau ke Malang dan turun di stasiun Lawang nggak dapat hotel yang serem.. hhh
    btw, sedih banget tahun lalu udah siap mau mbolang ke Malang tp auto parno karena korona datang :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sudah sama si merah
      kalau nginep di kotanya aja mbak banyak yg bagus hotelnya

      wahiya auo ke Malang lagi mbak

      Delete
  5. Lawang berarti pintu, bahasa Jawa sama seperti bahasa daerah saya 😆😆😆
    foto nya pas banget di insiden nya ya mas.

    ReplyDelete
  6. Saya pernah tinggal di malang(tahun 2003-2009)sumpah,,gua demen banget sama malang👌👌👍
    Pokoknya sejuta kenangan,sejuta harapan,ada cinta yg tumbuh,,ada cinta yang runtuh😊😊😉😉👏

    ngalam kipa lop

    ReplyDelete
Next Post Previous Post