Miss Intercontinental, Pageant Tua yang Tetap Minor

Miss Intercontinental 2021
Cinderella Obenita mengibarkan bendera Filipina setelah meraih mahkota Miss Intercontinental 2021.

Perhelatan Miss Intercontinental 2021 baru saja digelar.

Wakil Indonesia, Bella Aprilia Sant alias Bella berhasil masuk ke babak 20 besar. Dengan hasil ini, Bella memecahkan telur placement dan kutukan unplaced Indonesia. Artinya, ia mencetak sejarah sebagai wanita Indonesia pertama yang berhasil masuk ke babak semifinal. Sementara, pemenang Miss Intercontinental 2021 sendiri diraih oleh Cinderella Faye Palasik Obenita dari Filipina. Cindy yang baru menyabet gelar Binibining Pilipinas Intercontinental ini menjadi wanita kedua Filipina yang meraih mahkota di ajang ini.

Hasil yang diraih Indonesia memang cukup memuaskan tetapi masih banyak yang berharap Bella bisa masuk ke babak 5 besar. Terlebih, persiapan Bella yang didukung penuh oleh Super Duper Mega Bintang Ivan Gunawan bisa dibilang habis-habisan. Bella sudah mengikuti berbagai kelas dan melakukan ratusan photoshoot demi membawa nama baik Indonesia. Sayang, ia harus terhenti di babak 20 besar.

Walau hype ajang ini sudah naik, banyak yang menganggap Miss Intercontinental akan tetap menjadi kontes kecantikan minor dan tidak masuk ke dalam jajaran grand slam pageant. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi?

Berawal dari Kontes Pariwisata Negara Aruba

Banyak yang tidak tahu, bahwa Miss Intercontinental sudah ada sejak 50 tahun lalu. Kontes ini merupakan salah satu kontes tertua setelah Miss Universe, Miss World, dan Miss International. Miss Intercontinental pertama kali diselenggarakan pada tahun 1971 dengan nama Miss Teenage Intercontinental. Pada tahun 1979, ajang Miss Teenage Intercontinental berubah nama menjadi Teen Intercontinental dan akhirnya menjadi Miss Intercontinental pada 1982 hingga sekarang.

Baca juga: Send-off, Tak Sekadar Tradisi Mengantarkan Kontes Kecantikan

Mulanya, ajang ini digunakan sebagai promosi wisata negara Aruba. Negara ini adalah wilayah dependesi (wilayah belum merdeka) bagian dari Belanda. Negara Aruba bersama Curacao dikenal sebagai negara dengan pariwisata yang indah. Untuk itu, ajang Miss Intercontinental mulanya diselenggarakan agar banyak turis datang ke negara tersebut.

Nah, ternyata kontes ini diminati oleh pemirsa televisi terutama yang gemar menonton acara kontes kecantikan atau Miss-Missan. Akhirnya, banyak negara yang mau menjadi tuan rumah Miss Intercontinental. Ajang ini pun tak lagi digelar di Aruba sebagai induk organisasi tetapi berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tercatat, ada beberapa negara yang sering menjadi ruan rumah seperti Jerman, Nigeria, Venezuela, Filipina, dan Tiongkok.

Amerika Serikat dan Venezuela Berbagi Banyak Mahkota

Meskipun didirikan di Aruba, tetapi negara ini belum pernah sekali pun memenangkan ajang Miss Intercontinental. Dua negara yakni Amerika Serikat dan Venezuela adalah negara dengan gelar terbanyak. Keduanya memenangkan mahkota Miss Intercontinental sebanyak 5 kali. Amerika Serikat menjadi kampium pada 1973, 1979, 1982, 1994, dan 2011. Sementara, Venezuela menjadi juara pada 1974, 2001, 2005, 2009, dan 2012. Venezuela memang begitu perkasa pada era 2000an tak hanya pada ajang Miss Intercontinental saja.

Empat negara lain, yakni Rusia, Brazil, Jerman, dan Puerto Riko sama-sama pernah meraih tiga gelar mahkota. Sementara, beberapa negara lain seperti Filipina, India, Kolombia, dan Meksiko yang dikenal kuat dalam kontes kecantikan pernah memenangkan ajang ini sebanyak dua kali. Negeri Gajah Putih Thailand juga pernah sekali meraih mahkota Miss Intercontinental pada 2014.


Lisensi Miss Intercontinental Indonesia yang Baru Saja Berpindah

Walau sudah lama diselenggarakan, nyatanya Indonesia baru tampil di ajang Miss Intercontinental pada tahun 2014. Saat itu, lisensi Miss Intercontinental Indonesia berada di bawah El John Pageant. El John Pageant tidak memiliki format pasti siapa yang berhak mewakili Indonesia di ajang ini. Kadang pemegang gelar Miss Earth Air, Miss Earth Fire, atau bahkan runner-up Puteri Pariwisata Indonesia yang menjadi perwakilan.

Sejak dipegang oleh El John Pageant, sama dengan Miss Earth, wakil Indonesia selalu unplaced. Alias, gagal masuk ke babak selanjutnya.  Walau demikian, beberapa wakil Indonesia berhasil meraih gelar Best National Costume. 

Baca juga: Mengapa Indonesia Tak Jua Meraih Posisi di Ajang Miss Earth?

Nah, sejak tahun 2020 ini, lisensi dipegang oleh Ivan Gunawan dalam naungan Yayasan Dunia Mega Bintang. Sebenarnya, lisensi ini mulanya dimiliki oleh Gandhi Fernando. Namun, Gandhi dan Ivan akhirnya membuat sebuah kesepakatan bahwa wakil Indonesia di ajang ini diambil dari runner-up ajang Miss Grand Indonesia. Akhirnya, sesuai hasil Miss Grand Indonesia 2020, Bella yang meraih runner-up 1 di bawah Aurra Kharisma ditunjuk sebagai representasi Indonesia di ajang Miss Intercontinental.

Entah bagaimana kelanjutan lisensi ajang ini nantinya, yang jelas Bella sudah mencetak sejarah. Beberapa hari yang lalu, ada kabar burung bahwa Ivan Gunawan akan melepas lisensi ini. Jika ini benar, maka entah siapa yang akan mengambil lisensi Miss Intercontinental. Kalau saya ada uang lebih sih, saya sih mau ambil lisensi. Lalu, ada yang mau saya kirim ke ajang ini?

Konsep Acara yang Masih Kabur

Kembali ke ajang Miss Intercontinental, sebenarnya sejak keikutsertaan Indonesia, belum banyak pageant lover Indonesia yang paham dan mendukung. Barulah, saat lisensi dipegang Ivan Gunawan, maka mulai banyak PL yang mencari informasi dan mengikuti ajang ini.

Baca juga: Dominasi Negara Latin pada Kontes Kecantikan International

Berbagai portal pageant pun menyorot kegiatan Miss Intercontinental. Mulai dari kedatangan peserta, karantina, hingga malam final. Berbagai foto Bella saat tampil di Mesir tempat acara ini berlangsung pun menghiasi setiap hari. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, tak banyak pemberitaan yang bisa diikuti.

Sayangnya, setiap kali mengikuti berita Miss Intercontinetal, kegiatan party setelah dinner hampir selalu mendominasi. Hari ini party, besok party, dan lusa party. Tiap hari tanpa party dan berjoged. Jarang sekali ada kegiatan sosial seperti mengunjungi panti asuhan, daerah wisata, sekolah, atau kegiatan lain.

Kostum nasional Indonesia yang dikenakan Bella di ajang Miss Intercontinental dengan tema Dewi Sri atau Dewi Padi. - Sumber: Yayasan Dunia Mega Bintang

Inilah yang menjadi pertanyaan banyak PL kok acara Miss Intercontinental isinya party melulu? Meski beberapa waktu juga ada kegiatan lain seperti deep interview atau photoshoot, tetapi acara party terlihat seperti mendominasi.

Tidak hanya itu, format kompetisi pun juga berbeda jauh dibandingkan kontes kecantikan lain. Jika biasanya kontes kecantikan ada sesi preliminary competition yang mempertandingkan sesi baju renang dan evening gown, pada Miss Intercontinental sesi tersebut tidak ada. Setelah karantina dan deep interview, acara berlanjut ke malam final.

Pada malam final, format penyisihan pun juga tidak sama seperti kontes kecantikan lain. Mula-mula, finalis akan disaring menjadi 20 besar yang terbagi dalam beberapa kontinen. Artinya, setiap kontinen akan dijatah 4 orang yang berhasil maju ke babak selanjutnya. Bella sendiri menempati peringkat kedua untuk kontinen Asia dan Oseania di bawah wakil Filipina sehingga ia masuk ke babak 20 besar.

Dari 20 besar, nantinya peserta akan disaring menjadi 6 besar. Tidak ada babak 10 besar seperti kontes kecantikan lain. Lima peraih tertinggi tiap kontinen inilah yang akan langsung masuk ke babak 6 besar. Sementara, satu peserta dipilih dari jalur penghargaan power of beauty yang diraih oleh wakil Kanada.

Baca juga: Berapa Harga Lisensi Kontes Kecantikan International?

Tentu, format seperti ini dirasa kurang fair karena ada kontinen seperti Asia banyak memiliki peserta yang layak. Tidak adanya pemangkasan pada Top 10 juga membuat acara kurang seru. Meski begitu, format ini rupanya sudah dilakukan sejak awal pendirian Miss Intercontinental. Yah tiap pageant pasti ada formatnya sendiri-sendiri.

Kurangnya eskposure Miss Initercontinental juga bisa disebabkan kurangnya mereka menarik minat dalam kemasan media sosial. Mereka jarang sekali mengunggah kegiatan atau informasi yang jelas. Tidak seperti Miss Universe atau Miss Grand International yang selalu update, jarang sekali ada unggahan terbaru dari ajang ini. Acara malam final pun juga tidak ditayangkan secara live. Peran pemenang Miss Intercontinental yang belum banyak diketahui juga menjadi salah satu penyebabnya. Apa sih yang akan mereka kerjakan?

Atas alasan itu, ajang ini tetap menjadi ajang minor meski sudah berusia 50 tahun. Miss Intercontinental jauh tertinggal dengan Miss Grand International yang baru berdiri tetapi sudah banyak dilirik. Kekuatan ajang ini masih terpusat pada tempat karantina yang memang bagus dan eksotik. Kira-kira, masihkan Indonesia mengirimkan wakil di ajang ini? 

    

10 Comments

  1. Mungkin karena kemasannya kurang menarik dan juga jarang posting di sosial media membuat ajang Miss intercontinental kurang dilirik, padahal sekarang zamannya sosmed ya.

    Kira-kira kalo mas Ikrom yang pegang lisensi Miss Intercontinental siapa yang mau dikirim ke ajang tersebut? Apakah Mbak Nita.😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa jadi ma ssoalnya engga update banget hahahah
      wah kita tunggu apakah Mbak Nita bersedia untuk turun gunung hehehe

      Delete
  2. Mas Ikrom keren banget ihh sama hal-hal beginian... Aku jadi belajar banyak. hehe. Miss Intercontinental ini aku udah pernah dnger sebelumnya.. cuma nontonnya belum pernah, soalnya di TV atau YT jarang ada promosi gtu ya.. hehe

    Semoga Indonesia next bisa jadi juara.. Amin.. tapi sayang banget ya. kalau pengemasan acaranya kurang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas kurang bergairah ya dan sepi
      promosinya juga kurang

      Delete
  3. aku baru nyadar kalau si Bella dikirim ke ajang ini. Dan ternyata doi masuk 20 besar. luar biasa
    aku kalau liat ivan gunawan yang ingin membesarkan nama indonesia di ajang internasional lewat yayasannya ini takjub aja. Dasarnya juga suka dunia pageant jadi totalitas banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. total banget emang Igun ya mbak
      jor joran banget kalau nyiapin sesuatu

      Delete
  4. jadi mirip tinju ya, banyak juga organisasi besarnya, sama sama punya juaranya masing masing

    ReplyDelete
  5. tuah dan rezeki dia tanpa kira umur

    ReplyDelete
  6. Cocok sih ya kalau dipegang Ivan Gunawan, karena beliau memang totalitas dalam dunia pageant sepertinya, terlebih beliau juga designer plus paham showbiz 😆

    Eh tapi nggak kebayang mas, jika Ivan lepas license-nya terus nggak ada yang ambil alih, berarti Indonesia nggak bisa kirim untuk tahun berikutnya, yah. Sayang banget.

    By the way, mas Ikrom bahasan soal pageant-nya always menarik untuk dibaca sampai kelar, pengetahuan saya juga jadi bertambah. Ditunggu info-info berikutnya, mas 🥳

    ReplyDelete
Next Post Previous Post