Antara Kelas Bisnis, Ekonomi Premium, dan Ekonomi Kemenhub

KA Airlangga
Kereta api Airlangga baru saja melakukan langsiran untuk bersiap berangkat dari Stasiun Surabaya Pasar Turi. Kereta ini adalah salah satu dari kereta api PSO dengan tiket murah yang tersisa.

Dunia perkeretaapian kembali heboh dengan viralnya foto seorang anak yang memasang wajah kecewa di dalam kereta api.

Sang ibu yang mengunggah foto sang anak saat memakai masker tersebut melakukan komplain kepada PT KAI karena jenis kursi yang mereka tempati tidak sesuai dengan ekspektasi sang anak. Padahal, sang anak sudah sangat semangat naik kereta api dan memakai baju kereta api. Pendek kata, ia sudah jadi Railfans sejak dini dan ingin sekali naik kereta api sesuai dengan gambaran yang ia dapatkan selama ini.

Kursi yang nyaman, kabin serasa di pesawat, layar monitor di dalam kabin, hingga kaca kereta yang mulus. Mulanya, mereka memesan tiket kereta api Fajar Utama YK yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Yogyakarta saat pagi hari. 

KA Ekonomi Kemenhub Berhadapan 2-2

Dengan harga tiket sekitar 300.000, mereka berharap paling tidak mendapatkan kursi kelas ekonomi premium. Apa lacur, mereka malah mendapatkan kereta api kelas ekonomi yang menggunakan rangkaian dari Dirjen Kemenhub.

Kereta api kelas ini mirip dengan kereta api kelas ekonomi PSO atau kelas ekonomi jadul. Bedanya, jika kelas PSO menggunakan formasi tempat duduk 3-2, sedangkan kelas Dirjen Kemenhub ini atau sering disebut Non PSO menggunakan tempat duduk 2-2. Dalam satu kereta/gerbong, kelas PSO memuat hingga 106 penumpang sedangkan kelas Non PSO ini maksimal hanya 80 penumpang. 

KA Joglosemarkerto
KA Joglosemarkerto yang tampak sepi tak begitu diminati penumpang. KA relasi Semarang -Solo ini dibanderol dengan tiket 70 ribu rupiah.
 

Walau dibandingkan dengan kereta api kelas ekonomi PSO lebih longgar, tetapi banyak pengguna kereta api merasa jika kenyamanan kelas Non PSO atau Dirjen Kemenhub ini tidak nyaman. Alasannya, bangku penumpang tidak bisa disandarkan. Bangku tersebut tetap tegak 90 derajat sama dengan kelas PSO. Untuk perjalanan jauh, posisi tersebut dianggap tidak nyaman. 

ka ekonomi kemenhub
Meski kurang nyaman, jika kondisi penumpang sepi bisa dibuat selonjoran.

KA Ekonomi Premium yang Kekinian

Dengan harga yang hampir sama, penumpang kereta api cenderung memilih kelas ekonomi premium. Kelas kereta ini mulai beroperasi sekitar tahun 2016 dan secara bertahap menggantikan kereta api kelas ekonomi PSO dan kelas bisnis yang dianggap sudah jadul. Kereta ini juga sering disebut sebagai kereta api “New Image” karena tampilannya yang memang baru, kekinian, dan futuristik.

Rangkaian pertama yang menggunakan kelas ekonomi premium ini adalah Kereta Api Kutojaya Utara. Selanjutnya, ada beberapa kereta lain yang menyusul diantaranya Fajar Utama YK, Senja Utama YK, dan Mutiara Selatan. Walau menggunakan rangkaian baru, banyak pengguna kereta api terutama Railfans mengkritik keberadaan kereta ini yang menggantikan kereta api kelas bisnis. 

KA Maharai ekonomi premium
KA Maharani yang menggunakan rangkaian ekonomi premium

Alasan utamanya adalah sandaran kaki penumpang yang tidak leluasa. Saya sendiri pernah menggunakan kereta ini sebagai teman perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta Kota menggunakan KA Jayakarta Premium. Saya tidak bisa tidur nyenyak karena memang sandaran kakinya sempit. Alhasil, saya mengantuk kala keluar dari Stasiun Jakarta Kota, tidak fokus, dan akhirnya HP saya kejambret. Yah memang belum rezeki sih tetapi akhirnya saya lebih memilih kelas eksekutif jika perjalanan cukup jauh atau naik bus sekalian yang penting bisa tidur nyenyak selama perjalanan.

KA Maharai ekonomi premium
Sandaran kaki ekonomi premium yang sempit

Perlahan tapi pasti, PT KAI mulai mem-premium-kan beberapa kereta kelas bisnis atau kelas ekonomi PSO. Memang, mereka memodifikasi KA New Image yang diproduksi pada 2016 sehingga terdapat tuas pada kursi penumpang agar bisa digeser/direbahkan. Namun, tetap saja saya tidak bisa tidur. Selain sandaran kaki yang sempit, bagi saya busa pada kursi cukup keras. Beda dengan kelas bisnis atau ekonomi PSO. Yang membuat tidak nyaman saya tidak bisa selonjoran jika kursi di sebelah atau di depan saya kosong. Terakhir kali saya naik kereta api kelas ekonomi premium adalah pada awal 2020 saat naik KA Maharani dari Semarang Poncol ke Surabaya Pasar Turi.

Aneh juga saat itu kereta api kelas PSO yang seharusnya menggunakan rangkaian 3-2 malah menggunakan KA ekonomi premium. Memang KAI sering mengganti rangkaian kereta yang beroperasi tanpa pemberitahuan kepada penumpang. Termasuk kepada penumpang yang kecewa tadi. Berdasarkan twit dari PT KAI mereka memberi info bahwa sejak 30 Juni 2022, KA  Fajar Utama YK tidak lagi menggunakan kelas eknomi premium dan diganti dengan kelas Non PSO Kemenhub yang berhadapan 2-2.

Kembali lagi ke topik, memang masalah tempat duduk kereta ini menjadi penting dalam perjalana  kereta api karena menyangkut kenyamanan. Bagi pecinta kelas eksekutif dan berduit banyak tentu tak masalah. Mereka bisa langsung memesan kelas eksekutif bahkan luxury.

Namun, bagi mereka yang berkantung pas-pasan seperti saya, tentu berpikir ulang saat membeli tiket. Lantaran, tiket kelas ekonomi kereta api Non PSO sekarang sudah cukup mahal hanya selisih sedikit dengan kelas eksekutif. Contohnya saja kereta api Singasari  relasi Blitar-Pasar Senen. 

contoh KA ekonomi PSO
KA ekonomi PSO kini lebih banyak digunakan untuk rangkaian kereta api lokal

Kelas ekonomi Non PSO yang duduk hadap 2-2 kereta ini dibanderol dengn harga 305 ribu rupiah. Untuk kelas eksekutif tiketnya seharga 495 ribu rupiah. Sebagai pembanding dengan relasi yang sama, ada KA Matarmaja kelas ekonomi PSO (hadap 3-2) tiketnya sebesar 210 ribu rupiah. Lalu ada KA Brantas kelas ekonomi PSO (hadap 3-2) sebesar 235 ribu rupiah dan kelas eksekutif bertiket 445 ribu rupiah. Tiket paling mahal adalah KA Gajayana kelas eksekutif sebesar 540 ribu rupiah dan luxury sebsar 1,1 juta rupiah.

Kalau sama-sama harus duduk berhadapan, saya sih lebih memilih KA Matarmaja. Selain lebih murah, saya juga merasa sama-sama capai meski jauh lebih sempit. Dulu, saya juga pernah naik KA Majapahit yang kini dihapus dengan konfigurasi duduk 2-2 juga capai selama perjalanan dari Malang ke Pasar Senen. Saat itu tiketnya masih 210 ribu rupiah sedangkan Matarmaja masih sekitar 103 ribu rupiah.

Gambaran Jenis Kelas KA Diperjelas

Nah, yang patut dijadikan catatan adalah banyak masyarakat yang belum paham jenis kereta apa yang akan mereka gunakan ketika membeli tiket. Apakah kelas ekonomi Non PSO Kemenhub, kelas ekonomi premium, atau kelas ekonomi PSO. Kalau menandai kelas ekonomi PSO sih cukup mudah karena konfigurasi kursinya hadap 3-2. Kesulitan biasanya terjadi saat membedakan kelas ekonomi premium dan kelas ekonomin Non PSO Kemenhub. Keduanya sama-sama tergambar dalam konfigurasi 2-2 pada aplikasi pembelian tiket.

Rangkaian KA Harina yang saat itu masih menggunakan kelas bisnis.

Semoga saja nanti PT KAI bisa memberi gambaran lebih jelas mengenai kelas kereta yang akan digunakan pada digunakan. Bisa berupa gambar sederhana pada aplikasi pembelian tiket. Semisal oh ini rangkaian kereta X menggunakan kelas ekonomi premium dan eksekutif dan sebagainya. Tujuannya, agar masyarakat yang masih awam tidak kecewa ketika berekspektasi tinggi mendapatkan kelas tertentu malah mendapatkan kelas lain. Terlebih, mereka sudah merogoh kocek yang cukup banyak. tiket sebesar 300 ribu bagi saya ya lumayan banyak. Uang sebanyak itu jika digunakan untuk membeli tiket bus kelas eksekutif dengan relasi yang sama sudah cukup bahkan mendapatkan servis makan, bantal, dan selimut. 

Selain itu, kelas bisnis yang kini semakin langka juga sebaiknya dijalankan lagi. Masih banyak penumpang kereta api yang sangat nyaman naik kelas bisnis. Harga kelas bisnis yang diantara ekonomi dan eksekutif membuat orang masih tertarik. Kursi yang empuk dan sandaran kaki yang cukup lega juga jadi salah satu bahan pertimbangan. Sayang, kini kelas bisnis sudah semakin langka tergantikan dengan kelas ekonomi yang harganya juga mahal.

 

Post a Comment

Next Post Previous Post