Beberapa Cara Agar Tidak 'Krik Krik' Saat Njagong Bersama Bapak-Bapak

Ilustrasi ronda malam. - Hipwee

Serius, saya itu paling males kalau njagong alias berada dan berbincang dalam satu event bersama bapak-bapak.

Membayangkan saja saya sudah mual. Salah satu alasannya, saya itu anti sekali dengan namanya rokok. Membaui asap rokok barang beberapa kebul saja rasanya sudah pusing. Belum lagi obrolan dan jokes bapak-bapak yang garing. Aduh, rasanya saya ingin sekali segera menjauh dari komunitas bapak-bapak terutama yang doyan berdagang sampai malam.

Namun, dalam perjalanan waktu, saya pun akhirnya juga menjadi bapak-bapak. Panggilan Mas pun mulai luntur dan kini lebih banyak dipanggil Pak. Alhasil, saya pun mau tak mau harus ikut ambil bagian dalam komunitas Bapak-Bapak.

Perlahan tapi pasti, saya harus mulai membiasakan diri untuk bisa bergabung dengan Bapak-Bapak. Terutama, yang usianya di atas 40 tahun. Walau secara generasi ada perbedaan gap yang cukup jauh, tetapi demi menjaga eksistensi dan keberlangsungan hidup, akhirnya saya belajar bagaimana untuk bisa berbaur dengan mereka dan melakukan komunikasi yang baik ketika berkumpul.

Pertama, berusaha tertawa mendengar jokes mereka yang garing.

Pemahaman ini penting saya sematkan dalam diri karena jika menganggap mereka merupakan sosok yang begitu tua dan benar-benar harus disegani, maka kita akan menjadi kaku. Dalam porsi yang pas, mereka masih bisa cair dengan kita hanya saja kita harus lebih peka.

Semisal, ketika mereka melemparkan jokes bapak-bapak yang sebenarnya bagi saya kurang lucu, tetapi saya mencoba menikmatinya. Mungkin itulah cara mereka agar tidak stress dan mencairkan suasana.

Jokes bapak-bapak itu punya ciri berupa plesetan kata-kata yang dibuat sedemikian rupa. Nah, saya kerap ikut tertawa bersama mereka meski dalam hati mengatakan:

“Ini apa sih?”

Makanya, saya pun juga mencari jokes milenial yang sekiranya juga garing. Jokes ini banyak berseliweran di Twitter. Saya pun sering ikut nimbrung dan memberikan pertanyaan receh. Alhasil, beberapa diantara mereka pun merasa kalau jokes saya juga garing tetapi ya mencoba untuk menertawakan jokes tersebut. Intinya, sebenarnya kalau kita merasa kuper duluan maka kita akan kaku. Anggap saja mereka juga punya sisi anak-anak sama seperti kita.

Kedua, pahami topik apa yang mereka sukai

Jika bapak-bapak, tentu topik sepak bola dan politik adalah topik utama. Topik sepak bola menjadi topik wajib ketika bapak-bapak kumpul. Mulai Liga Indonesia yang menyedihkan, Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Jerman, sampai Piala Dunia. Masalahnya, saya itu tidak begitu suka sepak bola dan tidak begitu mengikuti perkembangannya.

Saya pun sering manggut-manggut saja dan mencoba mencerna apa yang mereka katakan. Meski jujur, saya cukup tersiksa tetapi lama-lama saya mulai menikmati ketika ada beberapa bapak yang berdebat masalah sepak bola. Perdebatan ini sering disebabkan misinformasi seputar sepak bola.

Biasanya sih mereka berdebat karena membaca dari cuplikan berita yang belum tentu kebernarannya. Di sinilah saya mencoba berperan dalam mencari informasi yang valid. Terutama, jika informasi tersebut seputar sepak bola luar negeri yang lebih afdol jika mencari berita dari media berbahasa asing.

Dari sini saya akhirnya sedikit paham dan mengikuti apa yang mereka sukai. Walau hingga sekarang saya masih belum begitu menyukai sepak bola terutama Piala Dunia, tetapi ketika mereka ngobrol saya mengusahana untuk ikut ambil bagian dalam obrolan.

Ketiga, mendengarkan apa yang mereka sampaikan

Dalam komunikasi dengan siapa pun, tentu menjadi pendengar yang baik adalah kunci. Ketika bersama bapak-bapak, mendengarkan cerita mereka juga sangat penting agar bisa tetap eksis di dalam komunitas mereka. Walau kadang cerita yang mereka utarakan membosankan dan bikin ngantuk, tetapi tetap saja mereka akan senang jika didengarkan.

Biasanya, cerita seputar pengalaman bekerja menjadi cerita utama. Mereka kerap bercerita petualangan masa muda yang bekerja dari satu kota ke kota lain. Saya cukup senang ketika mereka membandingkan keadaan masa lalu dan masa kini, terutama mengenai harga barang. Kadang, saya terkejut dan kepo mengapa pada zaman dulu bisa semurah itu.

Dibandingkan berbicara mengenai sepak bola, saya akan lebih mudah ikut ambil bagian mengenai topik ini. Saya pun memancing obrolan dulu yang berkaitan dengan pengalaman mereka. Salah satu contohnya adalah saya menceritakan bagaimana transportasi umum di Surabaya sekarang. Biasanya, mereka akan menimpali dengan pengalaman mereka bekerja dulu.

Terakhir, berusaha untuk meningkatkan kekompakan.

Harus diakui, dalam kaitannya merencanakan sesuatu, saya malah lebih sreg jika melakukannya bersama bapak-bapak. Dibandingkan dengan rekan sepantaran atau yang di usianya di bawah saya, mereka tak begitu ambil pusing dengan berbagai pilihan. Asal mudah, murah, dan nyaman.

Semisal mengenai acara makan-makan atau pergi mancing. Jarang sekali saya menemukan bapak-bapak di sekitar saya yang rewel dengan berbagai kriteria. Beda dengan rekan nongkrong yang bisa berminggu-minggu untuk mencari satu tempat eksotis demi nongkrong. Ujung-ujungnya ketika sampai di lokasi ada yang tidak cocok.

Melakukan kegiatan bersama dengan bapak-bapak lebih simple karena mereka tak begitu memiliki banyak ekspektasi. Makanya, kegiatan tersebut bisa berlangsung dengan cepat.  Satu hal yang tak boleh ketinggalan hanya masalah konsumsi rokok yang harus terus mengebul setiap saat. Apapun acara dan makan-makannya, rokok tetap jadi yang utama.

Itulah beberapa cara agar berkumpul dengan bapak-bapak tidak menjadi hambar. Kalau dipahami lagi, sebenarnya kita memang bisa bergaul dengan berbagai rentang usia, asal bisa menempatkan diri dengan benar.

3 Comments

  1. Makasih buat tipsnya Mas, mantap juga nih.
    Mana tau ntar terjebak di tongkrongan bapak-bapak, biar nggak garing. 😂

    ReplyDelete
  2. topik yg gak pernah absen dlm perbincangan bpk2 ya memang bola... sedangkan saya gak hobi bgt dgn bola. trs gmn donk... hmmm

    ReplyDelete
  3. wekwkwkek...aku kok ya senyum baca iki yo mas ikrom...memang dalam bermasyarakat selalu nemu berbagai macam karakter dan watak ya termasuk dalam hal ini bapak bapak. Bapak bapak yang nyenengin tuh yang modelnya wise, humble dan ngayomi, serta enak diajak sharing buat kita yang masih muda, mau berbagi pengalaman tapi dengan cara yang kebapakan dan melindungi.....senajan rokoke ngebul yo ama wedangan kopi...

    tapi pernah juga sekali seumur hidup nemu modelan bapak bapak sing ketoke pingin dihormati banget, pengene selalu diajeni dan ga mau kalah ama yang muda...padahal ya umur udah sepuh lah...mungkin seumuran ama paklekku...misale kita ngelakuin sesuatu...eh besokannya ada yang kayak ga mau kalah gitu terus seperti melu-melu apapun yang kita lakukan hwahahhahah...tapi ya namanya juga tiyang sepah...kita yang lebih muda mending memaklumi atau ngalah ...atau iya iyain aja biar seneng...ya namanya juga kehidupan bermasyarakat pasti ga selamanya ketemu yang sreg..tapi kebanyakan alhamdulilah nek lingkunganku bapak bapake pada apikan sih hihihi...

    ReplyDelete
Next Post Previous Post