Prasasti Konten, Sumber Sejarah Hidup yang Tak Akan Pernah Padam

Ilustrasi. historiamag

Ketika kita belajar sejarah dulu, tentu kita akan mengenal suatu benda yang Bernama prasasti.

Benda ini merupakan sebuah batu yang diukir dengan tulisan. Biasanya, tulisan berisi cerita mengenai sebuah kerajaan atau kehidupan dalam masa tertentu. Prasasti ditulis dalam ragam bahasa. Mulai piktograf, Sumeria, dan lain sebagainya. 

Di Indonesia, prasasti biasanya ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa ini merupakan bahasa suci umat Hindu yang masuk dalam rumpun bahasa Indo Arya. Tidak semua orang zaman lampau mau menuliskan apa yang telah mereka alami dalam sebuah prasasti berbahasa Sansekerta. Hanya orang tertentu saja dan bisa jadi terpilih yang mau dan mampu menuliskan prasasti tersebut.

Dari sebuah prasasti, kita bisa belajar banyak mengenai suatu kehidupan. Kita bisa belajar bahwa pada masa tertentu manusia bisa melakukan berbagai hal. Membuat parit, bendungan, membangun candi, atau berperang. Jika tak ada satu pun prasasti yang ditemukan, maka kita akan kesulitan untuk menerka apa saja yang telah dilakukan oleh orang masa lampau.

Masa lampau memang unik. Untuk itulah orang masa kini akan menggali informasi mengenai kehidupan mereka dengan detail. Orang masa kini akan selalu penasaran apa saja yang telah dilakukan oleh orang masa lampau sehingga mereka bisa menghasilkan banyak karya luar biasa. Padahal, jika direnungkan secara saksama, teknologi masa lampau tak secanggih masa kini.

Waktu pun berlalu hingga kita menemukan apa yang telah dilakukan orang masa lampau melalui prasasti. Waktu juga akan berlalu ketika kita bergantian meninggalkan dunia dan ditemukan sejarahnya oleh orang masa depan. Dipelajari kisahnya oleh orang generasi mendatang. Lantas, apa yang bisa kita tinggalkan?

Itulah pertanyaan yang selalu saya renungkan ketika belajar sejarah terutama prasati. Kira-kira, apa yang bisa kita tinggalkan untuk bisa dipelajari orang masa depan?

Tak seperti masa lalu, kini orang mudah meninggalkan sejarah. Jejak digital, yang sering dianggap kejam adalah prasasti yang bisa digunakan oleh orang masa kini untuk bisa dipelajari orang masa depan. Maka, orang berlomba-lomba untuk membuat ‘prasasti’ dalam bentuk aneka konten. Berbagai aneka platform pun digunakan untuk bisa menuliskan sejarah masa kini demi memori masa depan.

Sayang, tak semua orang membuat ‘prasasti’ dirinya dalam bentuk konten yang berguna bagi sekitar. Kebanyakan, konten yang mereka buat adalah konten yang berpusat pada diri sendiri. Egosentris dan tidak menceritakan lingkungan sekitar. Yang penting viral dan menarik perhatian. Tidak akan bisa eksis lama dan bisa saja hilang ditelan zaman setelah berganti tahun.

Padahal, jika kita sudah mendapatkan keistimewaan hidup zaman sekarang dengan berbagai kecanggihan teknologi yang ada, kita bisa membuat prasasti yang akan selalu dikenang hingga masa mendatang. Kita bisa membuat berbagai tutorial yang berguna. Menceritakan kisah perjalanan dengan kearifan lokal atau bahkan membuat suatu karya yang bisa jadi hanya bisa kita lakukan pada masa kini.

Ketika kita membuat berbagai konten tersebut, maka google akan menyimpannya dalam kurun waktu yang lama. Arsip konten kita akan selalu ada meski sudah berusia tahunan. Contohnya, ketika saya mencari video mengenai Pemilu 1997, arsip tersebut masih ada. Saya masih bisa melihat anak-anak dengan riang gembira menaiki truk membawa bendera partai dan memakai ikat kepala.

Entah siapa yang membuat konten tersebut, yang jelas saya bisa bernostalgia akan kejadian itu. Euforia Pemilu 1997 yang merupakan pemilu pertama yang saya alami masih begitu membekas. Saya jadi belajar bagaimana proses demokrasi masa lalu yang kebetulan saya juga sebagai sumber sejarah walau masih sangat belia. Jika tidak ada warisan konten ini, bisa jadi saya hanya mengingat-ingat sekilas kejadian tersebut.

Maka dari itu, sekarang saya sangat semangat membuat konten yang menggambarkan kondisi masa kini, terutama mengenai transportasi. Saya ingin meninggalkan warisan konten bagi masa depan agar bisa diketahui banyak orang.

Saya ingin konten yang saya tinggalkan juga bisa digunakan sebagai pembelajaran agar ada hikmah yang diambil. Seperti, sulitnya menata transportasi umum di Jawa Timur yang hingga kini belum bisa terurai sepenuhnya. Saya ingin konten saya bisa memberi poin-poin penting bahwa butuh proses panjang untuk bisa menata transportasi umum dengan baik. Dengan konten yang saya tinggalkan, saya juga ingin apa yang saya rekam mengenai kondisi transportasi masa kini bisa menjadi pembelajaran yang efektif bagi masa depan untuk tidak terulang lagi.

Warisan tersebut memang sederhana tetapi saya yakin nilainya akan berguna. Saya tidak ingin konten yang saya buat hilang begitu saja ditelan zaman. Maka, saya merapikannya pada laman playlist You Tube saya agar orang-orang bisa mudah menemukan jenis transportasi yang ingin mereka cari.

Satu hal yang masih mengganjal adalah mengenai domain blog saya. Karena pada suatu waktu nanti saya pasti meninggalkan dunia, maka saya masih mencari cara agar domain blog saya tetap lestari sampai kapan pun. Lantaran, banyak blogger yang sudah meninggal akhirnya domainnya tak bisa diperpanjang dan kadang digunakan untuk situs tak baik, semisal situs judi. Makanya, saya ingin mengajak rekan blogger untuk membuat semacam badan yang berisi cara bagaimana blog kita tetap eksis domainnya saat kita meninggal. Hingga saat ini saya belum menemukan solusi atas masalah ini.

Semoga saja ada rekan blogger yang punya ide atas keresahan ini terutama blogger yang blognya sudah TLD. Kalau melihat perjuangan membuat konten bertahun-tahun tiba-tiba saja hilang dan bergnati menjadi situs judi online.

Post a Comment

Next Post Previous Post