Mengapa Lagu Gereja Protestan Begitu Enak Dinyanyikan?

Ilustrasi Paduan Suara Gereja Protestan. - dok istimewa

 

Hidup ini adalah kesempatan

Hidup ini untuk melayani Tuhan

Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri

Hidup ini hanya sementara

Petikan lagu tersebut viral beberapa waktu kemarin. Dinyanyikan oleh salah satu member JKT48, Siska saat diundang dalam talkshow NET TV. Mulanya, Siska ditanya mengenai kampus ia menimba ilmu. Ia pun menjawab berkuliah di Universitas Kristen Indonesia.

Sontak, salah satu presenter wanita berterian gembira karena sama-sama Kristen. Nah, tiba-tiba ada suara iringan lagu ini yang dimainkan oleh band di acara tersebut. Alhasil, acara tersebut berubah menjadi kebaktian singkat. Apalagi, Siska mengangkat tangan dan meminta hadirin untuk mengatakan Amin.

Video tersebut viral karena unik dan kocak. Mengapa talkshow tiba-tiba berubah menjadi acara kebaktian. Kadang memang banyak video di Tiktok yang berisi hal-hal lucu ketika kebaktian. Di luar dari konteks tersebut, saya pun merasa beberapa lagu Gereja Protestan cukup easy listening dan enak dinyanyikan.

Kebetulan, lagu tersebut saya dengar hampir setiap pagi. Di tempat kerja, rekan saya yang 90 persen menganut Kristen Protestan memutar sebagai pengantar hari kerja agar semangat. Tentu, dibarengi beberapa lagu rohani Kristen Protestan lainnya.

Saya yang minoritas muslim pun mau tak mau juga mendengarkan lagu tersebut. Namun, ia sengaja memilih lagu-lagu yang liriknya universal. Tidak mengutamakan konsep Trinitas dan Tuhan Yesus. Tujuannya, agar ia dan rekan Protestan lain masih merasa mendapat spirit dari Tuhan Yesus sementara saya yang muslim masih bisa mendengar dan mungkin ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut.

Alhasil, lagu tersebut mengiringi kegiatan kami untuk melakukan berbagai aktivitas persiapan membuak bimbel. Mulai menyapu, menata kursi dan meja, mengelap kaca, menyusun soal, dan lain sebagainya. Lagu-lagu tersebut juga menjadi spirit bahwa ada Tuhan yang menyertai setiap langkah baik kita.

Nah, dengan seringnya mendengar lagu-lagu rohani Kristen Protestan, saya jadi ikut ketagihan mendengarkannya. Tentu, dalam batasan yang liriknya universal seperti tadi. Kalau sudah ada konsep Trinitas dan Tuhan Yesus, maka mohon maaf saya tidak bisa ikut menyanyikannya. Batasan toleransi saya seperti itu.

Makanya, lagu-lagu seperti tadi juga diputar saat di dalam mobil bersama teman-teman. Terutama, saat terjebak kemacetan, terutama di Perempatan Gedangan. Panas, gerah, sumpek, danhal-hal tak menyenangkan lainnya terasa lebih ringan setelah mendengar lagu-lagu rohani Kristen Protestan tersebut. Rasanya adem dan membuat plong dada. 


 

Nah, jika dicermati, lagu-lagu seperti ini bisa diterima oleh semua agama, selain liriknya yang universal juga artinya cukup dalam mengenai kehidupan. Menyadari bahwa manusia hanyalah makhluk yang terbatas dan berada di bawah kendali Tuhan.

Hanya saja, mungkin diksi yang digunakan berbeda antara satu agama dengan agama lain. Semisal, konsep melayani Tuhan. Dalam agama Kristen Protestan, saya sering mendengar kata melayani Tuhan ini. Menjadi pelayan Tuhan dalam sukacita.

Dalam agama Islam yang saya anut, konsep melayani Tuhan sering disebut sebagai bertakwa kepada Allah SWT. Bertakwa dengan ikhlas dan lapang dada. Namun, intinya adalah sama menyerahkan sepenuhnya hidup kita atas perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Lagu Gereja Protestan lain yang menjadi favorit saya adalah lagu berjudul Insan Diciptakan. Lagu ini sebenarnya pertama kali saya dengar ketika saya kos di Jogja dulu. Kebetulan, kos saya di sebelah GKJ atau Gereja Kristen Jawa. Salah satu denominasi Gereja Protestan yang kerap menggunakan budaya jawa seperti gamelan pada acara kebaktiannya.

Samar-samar, lagu ini menjadi teman saya ketika mencuci baju atau menyapu di Hari Minggu. Saya tertarik karena melodinya enak dan liriknya universal. Tidak ada konsep Trinitas atau kata-kata Tuhan Yesus di dalamnya. Jadi, tak masalah dong saya juga ikut menyanyikannya.

Lagu tersebut berisi konsep persamaan derajat manusia di hadapan Tuhan. Semua manusia derajatnya sama. Meski dari berbagai ras dan golongan, semua manusia adalah sama. Yang membedakannya adalah ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.


 

 

Masih ada banyak lagu Gereja Protestan lain yang enak didengar dan lagunya universal. Ada juga yang mengenai suka cita dari kegiatan baik yang sudah kita lakukan.  Saya lupa liriknya yang pasti lagu ini menjadi penyemangat tetap berbuat baik di tengah target memenuhi tuntutan hidup yang tiada habisnya.

2 Comments

  1. Umumnya lagu2 rohani itu enak didengar. Mungkin karena penyanyinya telah terlatih dari kecil untuk menyakan lagu gereja/keagamaan.

    ReplyDelete
  2. ada lagu kristen yang aku juga seneng ndengerin, cuman lupa judulnya
    dari SD aku tinggal serumah dengan penganut non muslim
    dan mendengarkan lagu-lagu gereja juga nggak asing buatku
    bener kata mas Ikrom, lirik lagu-lagu kristen yang menggunakan bahasa Indonesia, artinya lebih ngena dan jelas, menceritakan soal kehidupan secara universal. Dan kadang kusuka termenung gitu kalau dengerin lagunya

    ReplyDelete
Next Post Previous Post