Budaya Naik Transportasi Umum, Budaya Anti Feodal yang Perlu Diwariskan

Naik transportasi umum, cara memutus warisan budaya feodal

Jujur, saya adalah salah satu orang yang tidak suka dan menentang segala hal yang berbau feodalisme.

Feodalisme saat ini tidak sebatas hanya perlakuan Istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan, kaum elite, dan kaum burjois. Feodalisme masa kini atau banyak orang menyebutnya neo feodalisme atau neo feodal adalah usaha untuk membangun nilai-nilai feodalisme dengan berbagai cara.

Neo feodal tidak melulu dilakukan oleh mereka yang memiliki kuasa besar atas orang di sekitarnya. Tidak harus dilakukan oleh mereka yang memiliki kekuatan seperti kekayaan dan kedudukan. Bahkan orang biasa, yang dulu tidak memiliki semangat feodalisme, suka atau tidak kadang melakukan budaya feodalisme.

Nah, salah satu budaya neo feodal yang dilakukan saat ini adalah kepemilikan kendaraan pribadi. Harus diakui, kepemilikan kendaraan pribadi membuat orang yang dulunya biasa-biasa saja bisa bertindak feodal.

Contoh nyatanya adalah penggunaan lahan parkir yang menggunakan badan jalan. Jalan raya atau jalan umum adalah milik bersama. Milik kolektif yang diperutukkan untuk semua orang. Masalahnya, kini banyak orang yang menggunakan lahan jalan raya di dekat rumahnya sebagai lahan parkir. 

Dengan dalih tidak ada tempat untuk mobilnya, maka mereka akhirnya merampas hak orang lain. Saat ada orang yang ingin melintas di jalan tersebut, tentu akan sangat kesusahan. Tak jarang, kemacetan pun terjadi akibat ulah seseorang yang memarkir mobilnya di tepi jalan.

Saat orang tersebut diperingatkan, tak jarang mereka akan marah dan merasa berhak menggunakan jalan untuk kepentingan pribadinya. Padahal, sudah jelas-jelas ia berbuat salah. Inilah salah satu bentuk neo feodal ketika kuasa memiliki mobil bisa merasa lebih tinggi dibandingkan orang lain yang tidak memiliki mobil.

Tidak hanya kepemilikan mobil, kepemilikan motor pun juga sama. Bentuk neo feodal yang terjadi adalah merasa lebih berhak atas jalan raya ketika tergabung dalam sebuah klub motor. Seringkali kita menemukan banyak klub motor yang dengan enak menggunakan jalan raya sebagai tempat berkumpul satu golongannya.

Dengan mengikuti klub motor, maka mereka akan merasa lebih berhak dibandingkan orang lain. Mereka merasa derajat mereka di jalan raya lebih tinggi dan berhak untuk menggunakan jalan semau mereka. Terlebih, jika kegiatan tersebut menggunakan pengawalan parole jalan raya dari kepolisian. Pengguna jalan lain harus mengalah demi semangat feodalisme para anggota klub motor. Wlaau tentu tidak semua karena banyak juga klub motor yang masih paham akan etika dan tidak menggeolarakan semangat neo feodal.

Kepemilikan kendaraan pribadi, terlebih yang membuat orang merasa jauh lebih tinggi derajatnya memang harus dikikis habis. Semangat penjajah ini sudah saatnya tidak lagi ada dalam bingkai NKRI karena tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila terutama sila kelima.

Maka dari itu, penggunaan transportasi umum menjadi salah satu cara untuk mengikis budaya feodal. Transportasi umum menawarkan solusi anti macet dan anti feodal. Saat naik transportasi umum, semua orang harus tunduk pada aturan yang sama.

Tidak ada perlakuan Istimewa kecuali pada beberapa orang yang membutuhkan, seperti lansia, ibu hamil dan menyusui, serta penyandang disabiltas. Perlakuan Istimewa juga adanya bangku khusus untuk wanita. Namun, untuk aturan lain tetaplah sama.

Semua penumpang wajib taat dan membayar sesuai ketentuan. Mereka juga dilarang melakukan hal sesuai keinginan pribadi semisal merokok, membunyikan musik yang keras, atau membawa barang bawaan yang berbau tajam semisal durian. Mereka juga harus mendahulukan penumpang yang turun terlebih dahulu. Mendahukan penumpang prioritas serta hanya bisa berhenti di tempat tertentu.

Segala aturan tersebut seakan menghapus semangat anti feodal yang terdapat pada kepemilikan kendaraan pribadi. Tidak ada lagi semangat untuk menggunakan jalan raya untuk kepentingan pribadi. Tidak ada lagi semangat menggunakan pengawalan patroli untuk kepentingan sebuah klub motor.

Untuk itulah, saya berusaha konsisten untuk membuat konten naik transportasi umum. Melalui, konten yang saya buat, saya ingin mewariskan semangat anti feodal dalam hal kepemilikan pribadi. Saya ingin memberikan pemahaman kepada generasi muda bahwa dalam bingkai NKRI masa kini, semangat feodal untuk mendahulukan kepentingan pribadi harus diakhiri. Sudah saatnya kini kita mulai memiliki persepsi bahwa dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan transportasi umum karena ada rasa kebersamaan yang tercipta.

Tidak hanya sekadar membuat konten, saya juga ingin mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan fasilitas transportasi umum. Saya ingin memberikan pemahaman kepada mereka bahwa jika mereka sudah mulai membangun transportasi umum yang memadai, maka mereka juga meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang. Pembentukan budaya yang anti feodal dan tentunya upaya mengurangi kemacetan.

Sayangnya, budaya anti feodal ini sangat sulit untuk terkikis dan seakan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Kalau sudah begini, apa bedanya kita dengan para kompeni?

  

Post a Comment

Next Post Previous Post