Prokrastinasi? No Way Lah ya!

Ilustrasi. https://www.habitify.me/

Saya adalah orang paling anti menunda kewajiban atau tugas yang harus saya selesaikan.

Sejak sekolah, saya selalu mengutamakan tugas dan kewajiban untuk saya kerjakan dulu. Prinsip bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian selalu saya utamakan. Tak heran, sejak sekolah, saya hampir selalu tepat waktu untuk mengerjakan tugas. Jika ada tugas yang terlambat saya kerjakan, biasanya saya baru saja sakit atau keperluan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.

Namun, masa dewasa dan bekerja adalah masa yang berbeda dengan masa sekolah. Jika saat sekolah atau bahkan kuliah kita bisa fokus untuk mengerjakan tugas, maka banyak beban pikiran yang menghampiri kita saat dewasa. Mulai dari kebutuhan keluarga, relasi dengan rekan kerja, atau berbagai hal lain yang membuat mood kita tidak bisa diajak bekerja sama.

Ada saja ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan atau Guru PKN sering menyebutnya ATHG dalam menyelesaikan tugas. Mulai dari anak rewel, suami/istri/pacar ngambek, atau berbagai kejadian dan peristiwa yang mengalihkan fokus kita. Nah, saat kita dituntut bekerja dan menyelesaikan tugas tepat waktu, tentu ada keinginan untuk rehat sejenak.

Rehat untuk beristirahat dan merenung mengenai tugas yang harus diselesaikan. Apesnya, masa rehat ini bisa terlalu lama karena kita sangat susah untuk memulai mengerjakan tugas yang diberikan. Alhasil, media sosial menjadi pelampiasan dengan melihat berbagai konten yang sebenarnya malah membebani pikiran kita.

Bagaimana tidak menjadi beban, lha yang kita tonton konten atau berita tentang politik, kriminal, atau gosip selebritis yang sebenarnya tidak penting-penting amat untuk kita ketahui. Jika tidak, maka menonton film menjadi pelampiasan untuk rehat. Masa rehat yang mulanya dijadwalkan hanya beberapa menit saja menjadi berjam-jam. Anehnya, setelah film tersebut usai kita tonton, bukan rasa segar dan semangat yang kita dapatkan, justru rasa lelah yang hinggap.

Pekerjaan pun tak terselesaikan dengan baik. Bahkan, kadang waktu yang ada tinggal sedikit padahal masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kalau sudah begini, lembur dan begadang pun menjadi solusi satu-satunya. Padahal, begadang adalah kegiatan yang sangat tidak sehat dan membuat banyak orang menderita penyakit berbahaya.

Puji Tuhan, saya bukan  termasuk tipe orang yang memiliki sifat prokrastinasi. Saya selalu membuat skala prioritas dalam bekerja dan istirahat agar semuanya berjalan maksimal. Walau sebagai manusia biasa dan kecanggihan teknologi saat ini bisa membuat fokus saya teralihkan, untuk saat ini masih belum ada riwayat saya menunda pekerjaan.

Lantas, apa saja resepnya?

Pertama tentu dari niat dari hati. 

Bekerja apa pun jika kita merasa tak nyaman maka prokrastinasi akan selalu hinggap. Untung saja, saya melakukan berbagai pekerjaan saat ini dengan niat karena memang saya senang melakukannya. Ada 4 pekerjaan utama yang saya kerjakan secara bergantian setiap hari. Mulai dari mengajar, mengorganisasi bimbel, menulis blog, dan membuat video YouTube. Keempatnya saya lakukan dengan senang hati karena saya merasa ada tantangan yang sangat menyenangkan untuk diselesaikan.

Semisal saat membuat video YouTube, saya selalu tertantang untuk menemukan rute transportasi umum baru yang bisa saya bagi ke banyak orang. Saat mengorganisasi bimbel, saya selalu tertantang untuk bisa melayani konsumen saya dengan baik sembari mencari cara agar para pekerja yang bekerja dalam satu tim bisa bekerja dengan baik. Tidak melakukan prokrastinasi yang menghambat kinerja.

Bagi saya, percuma jika kita tidak melakukan prokrastinasi sementara orang di sekitar kita melakukannya. Rasanya akan bekerja dobel yang membuat kita juga ikut sengsara. Makanya, prinsip untuk tidak menunda pekerjaan selalu saya sampaikan pada mereka dalam kesempatan rapat tiap menjelang siang.

Kedua, mengurangi media sosial dan WAG. 

Dua hal ini adalah candu bagi orang masa kini. Namun, sebagai konten kreator saya tentu tidak bisa menjauhi dua hal tersebut. Makanya, saya punya prinsip “posting-hilang” dalam menggunakan media sosial. Artinya, selepas saya memposting sesuatu saya langsung keluar dari aplikasi media sosial tersebut. Jika ada tanggapan atau apa pun baru saya balas ketika saya kembali ingin mengunggah cerita atau postingan.

Malah, saya cukup ekstrem dalam menggunakan media sosial TikTok. Media sosial ini seakan menjadi racun bagi banyak orang. Saya selalu meng-uninstall aplikasi ini selepas saya mengunggah video dan membalas pertanyaan dari para follower. Saya baru menggunakannya lagi jika akan mengunggah video lagi dan menahan untuk meng-uninstall ulang jika saya sedang ada waktu luang serta pekerjaan saya selesai.

Untuk WAG sendiri, saya hanya mengikuti WAG pekerjanan dan WAG blog atau keluarga dekat. Itu pun saya tidak terlalu aktif karena seakan sudah lelah menjawab WA dari siswa atau wali murid. Makanya, saya termasuk orang yang jarang sekali aktif di WAG mana pun karena saya sudah lelah dan ingin segera berkonsentrasi untuk melakukan tugas selanjutnya.

Ketiga adalah berolahraga. 

Tidak perlu yang berat, yang ringan saja seperti berjalan kaki ke lingkungan sekitar. Saya bisa mengamati kegiatan banyak orang yang sedang bekerja. Mulai dari pedagang yang jualannya ramai dan sepi, para pengemudi ojol, tentara yang menjaga pos Koramil, teller bank yang sangat wangi dan elegan, hingga para lansia yang entah akan melakukan apa.

Saya selau berusaha melihat bagaimana mereka menjalankan aktivitas dengan bergerak aktif tanpa mengalami prokrastinasi. Tentu, saya yakin mereka akan merasa bosan dengan kegiatan tersebut. Namun, saya masih melihat mereka berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Spirit inilah yang saya coba untuk ambil ketika ada pikiran untuk melakukan prokrastinasi.

Terakhir, rasa puas atas pekerjaan yang kita lakukan tepat waktu dan baik adalah kunci. 

Bukan pekerjaan sempurna tetapi baik dan tepat waktu. Rasa puas ini yang selalu saya dapatkan jika saya melakukan pekerjaan dengan baik dan benar. Untuk itulah, saya tak peduli dengan tantangan yang saya hadapi saat akan memulai pekerjaan, yang penting saya memulainya dulu. Jika ada kendala, maka saya bisa berkomunikasi dengan tim saya agar pekerjaan bisa selesai dengan baik.

Jadi, apakah yang membuat keinginan untuk menunda pekerjaan bisa hinggap pada diri? Silakan berkomentar di kolom komentar, ya.

1 Comments

  1. Emang ya menunda itu "enak" tapi kaaan pada saatnya kita malah jadi dua kali terbebani :(((
    so mulai aja dulu!

    ReplyDelete
Next Post Previous Post