Bersyukur Hidup Tanpa Jam Malam


Ilustrasi jam malam
Ilustrasi jam malam. - Detik.com

Hidup di Indonesia itu gak enak ya.


Apa-apa mahal. Orangnya lebay-lebay. Pejabatnya suka korupsi. Belum kalau tinggal di kota besar seperti Jakarta. Pada macet, banjir, dll. Negara ini segini-gini aja, gak maju-maju.

Pernahkah anda pernah mengeluhkan hal ini? Atau mendengar keluhan ini dari orang di sekitar anda?

Kita maklumi. Negara kita saat ini memang lagi terpuruk dan dalam ujian yang sangat banyak. Mulai dari bencana alam, korupsi pejabat, ekonomi sulit, dll. Namun ada satu hal yang patut kita syukuri dari negara kita. Yakni tidak adanya jam malam yang diberlakukan hampir di seluruh pelosok tanah air. Mengapa kita harus mensyukurinya?

Jam malam merupakan perintah dari otoritas suatu daerah yang mewajibkan penduduk untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing sebelum waktu/jam yang telah ditentukan. Pemberlakuan jam malam ini biasanya disebabkan karena adanya kondisi rawan di suatu daerah, semisal konflik bersenjata.

Tujuan diberlakukannya jam malam adalah untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban terutama dari warga sipil atau untuk menghindari hal-hal buruk lainnya. Atau secara umum bertujuan untuk menjaga keamanan di suatu tempat.

Beberapa negara pernah jam malam ini terkait konflik yang sedang terjadi. Mesir adalah negara yang baru-baru ini sering memberlakukan jam malam akibat konflik berkepanjangan yang terjadi. Selain Mesir, Suriah dan Myanmar juga memberlakukan hal yang sama.

Di Indonesia sendiri, pemberlakuan jam malam pernah terjadi. Selepas pemberontakan G30S/PKI, di Ibukota Jakarta diberlakukan jam malam pada pukul 20.00. Saat konflik bersenjata di Aceh, jam malam juga diberlakukan.

Ketika jam malam diberlakukan, maka aktivitas warga pada malam hari akan dibatasi. Bisa dibayangkan tidak enaknya jika itu terjadi dalam hidup kita. Untuk kita yang biasa beraktivitas pada malam hari akan sangat menyiksa. Bagi yang biasanya nongkrong bareng di café, mejeng di mall, dan segudang aktivitas malam lainnya tidak akan bisa melakukannya.

Tidak hanya itu, kita  tidak bisa njagong untuk sekedar mengobrol dengan tetangga di tengah rutinitas yang padat. Para penggiat usaha malam seperti tukang nasi goreng, penjual gorengan, dan profesi “malam” lain tidak akan bisa mencari nafkah. Jika ada hal-hal mendadak seperti beli ini-itu saat malam hari, kita juga tak bisa melakkannya. Semuanya harus duduk manis atau tidur lebih dini di rumah. Sungguh tersiksanya jika jam malam berlaku di kehidupan kita.

Pernah tidak kita merenungkan ini? Atau kita memang selalu mengutuki hidup di Indonesia? Tanpa pernah memikirkan bagaimana rasanya hidup di daerah konflik. Kalau dicermati kembali kok rasanya tidak elok ya mengeluh terus dengan kondisi kita saat ini.

Mungkin di ujung dunia sana, saudara-saudara kita di daerah konflik sangat memimpikan hidup normal seperti kita. Tak jauh-jauh, saudara kita di pelosok negara kita yang tanpa listrik dan terisolasi akan juga bermimpi bisa beraktivitas pada malam hari seperti sauda senegaranya yang lain.

Sebenarnya satu hal ini meski terlihat remeh namun patut disyukuri. Bukankah dengan menyukurinya maka anugerah Tuhan akan senantiasa datang pada diri kita?

Sekian, salam.

Post a Comment

Next Post Previous Post