Kalau Ini Beneran Profesor Sejati

Jam di ruang kuliah sudah hampir menunjukkan pukul delapan pagi. 

Gambar diambil dari i.ytimg.com

Teman-teman sudah akan meninggalkan ruang perkuliahan. Apalagi kelompok bermain saya sudah berencana akan menuju Mall di depan kampus. Tapi tiba-tiba sosok yang kami tunggu tiba.

“Assalamualaikum. Waduh, maaf. Tadi angkotnya lama. Jadi saya telat. Mau saya kosongkan sayang. Ya sudah ya, kita mulai saja. Dikit-dikit yang penting manfaat ya,” ujar sosok yang kami tunggu itu dengan sedikit terengah-engah.

Saya dan teman di dekat saya saling berpandangan dan berpikiran sama,”Naik angkot????”

Setelah itu beliau langsung membahas tentang orbital atom dan sebangsanya. Hanya setengah jam kami mendapat materi. Tapi setengah jam itu benar-benar bermakna: Banyak sekali kesalahan konsep saat belajar kimia di SMA. Itulah sekilas pertemuan pertama saya dengan Prof. Effendy, Ph.D. saat mengikuti matakuliah Ikatan Kimia.

Salah satu sosok fenomenal dalam bidang Kimia Anorganik, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Saya sungguh kagum dengan beliau. Ternyata masih ada orang Indonesia yang bisa sejajar dengan orang luar. Beliau merupakan salah satu top peneliti di dunia. Sudah banyak penelitian yang berhasil beliau lakukan. Sebagian besar adalah penelitian di bidang sintesis senyawa kompleks, terutama kompleks dengan atom pusat logam mata uang (Emas, Perak, Tembaga). Tak hanya itu, beliau juga telah menerbitkan puluhan publikasi ilmiah dalam berbagai bahasa, antara lain Inggris, Jerman, dan Italia. Nama beliau dicatatkan dalam "2000 Outstanding Intellectuals of the 21st Century" oleh International Biographical Centre (IBC). Beliau juga pengarang beberapa buku yang menjadi bahan ajar siswa SMA dan mahasiswa Kimia. Kegemarannya menulis juga patut diacungi jempol. Suatu kali beliau pernah berkata,”Saya lebih baik tidak mendapat jabatan agar bisa leluasa menulis. Karena kalau saya diberi jabatan, waktu saya hanya habis untuk mengurusi orang.”


Bagi beliau, menulis adalah sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di balik suksesnya beliau, rupanya tersimpan cerita yang bisa dijadikan hikmah. Saat beliau masih menempuh S-1, beliau bukan termasuk mahasiswa yang cerdas. Bisa dibilang biasa-biasa saja. Tapi, beliau memiliki tekad yang kuat agar bisa kuliah di luar negeri. Untuk mencapai tujuan itu, beliau rela menghabiskan waktunya kursus bahasa Inggris selama beberapa waktu. Saat menjalani pendidikan pascasarjana di Australia, beliau juga sering sekali mengalami kegagalan. Kegagalan yang paling berkesan adalah saat Kristal hasil sintesisnya lama sekali jadinya. Sempat juga beliau resah kok belum jadi-jadi. Padahal teman-temannya sudah banyak yang jadi.

Tapi beliau tak patah arang. Berbagai cara dilakukan agar Kristal tersebut berhasil lahir. Usaha beliau tak sia-sia. Kristal pun muncul. Tidak hanya itu, hasil analisis Kristal tadi benar-benar memuaskan. Kini Prof. Effendy sering dipanggil untuk mengisi acara seminar ilmiah. Tidak hanya itu, beliau juga bisa disebut menjadi tim yang mengawasi isi buku-buku pelajaran Kimia tingkat SMA.


Nah masalah buku-buku pelajaran Kimia SMA ini beliau juga sempat sharing pada kami. Cerita itu membuat kami cukup tercengang. Sebagian besar buku-buku Kimia SMA yang beredar di Indonesia, memuat banyak sekali kesalahan konsep. Dan itu terjadi pada konsep-konsep dasar yang penting. Selain itu, banyak sekali ditemukan kasus penjiplakan (copy paste) antara satu buku dengan buku yang lain. Inilah yang terjadi pada dunia pendidikan Kimia di negara kita.

Di balik gelar profesornya, sosok beliau yang sederhana membuat kami sangat mengagumi beliau.
Di saat banyak dosen-dosen lain memarkir kendaraan pribadi barunya, beliau masih setia naik angkot atau ojek dari rumah ke kampus. Alasan beliau tetap melakukannya sangat unik, yakni agar tetap bisa membaca buku. Saat beliau menerima anugerah Habibie Award, kami sungguh bangga dan terharu. Beliau memang pantas menerimanya. Sebagai penutup, yang membuat saya benar-benar bangga, beliau rela mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan Indonesia dan menolak menjadi peneliti tetap di Australia. Meski sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekurangan, saya berani berkata bahwa beliau adalah benar-benar Profesor sejati.

2 Comments

  1. makin tinggi ilmunya makin biasa aja tampilan dan karakternya. seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk

    ReplyDelete
Next Post Previous Post