Tersihir Kenikmatan Sate Ratu Jogja


sate merah sate ratu jogja
Menu andalan Sate Ratu

Bertemu rekan-rekan Kompasianer Jogja (K-Jog) yang baru saja memenangkan penghargaan ICD 2018 kemarin, saya langsung diajak Dolan Kuliner di kota gudeg ini.


Bukan Gudeg atau Nasi Kucing yang akan kami makan. Menu yang seakan menjadi tradisi untuk dinikmati wisatawan "mancanegara" seperti saya. Kami akan mencoba menu yang tak umum namun akan membuat ketagihan. Menu berupa sate yang akan kami dicicipi sehingga membuat saya penasaran bagaimana rasanya makan sate di Jogja.

Walau menempuh kemacetan yang cukup ganas akibat puncak musim Libur Kemerdekaan, saya akhirnya tiba di sebuah tempat di bilangan Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta. Di pujasera bernama Jogja Paradise ini, tulisan warung kuliner bertajuk Sate Ratu sudah nampak. Namun, saya harus masuk ke belakang foodcourt hingga menemukan sebuah warung sederhana. Berlangit-langit gedheg, suasana bersahaja khas warga Jogja sangat kental terasa.

Bagian depan warung Sate Ratu
Bagian depan warung Sate Ratu


Diawali dari warung pinggir jalan


Saya disambut dengan ramah oleh Pak Fabian Budi Seputro, atau lebih akrab dipanggil Pak Budi beserta sang istri yang sangat kompak menjalankan usahanya. Beberapa rekan K-Jog juga telah siap untuk mengabadikan momen sederhana namun berharga ini. Saya pun ikut larut mengabadikan beberapa pojok warung tersebut.

Banyak testimoni dari 63 negara


Dinding warung yang penuh dengan coretan dari berbagai bahasa membuat saya tergelitik. Beberapa diantaraya, saya tak mengerti maksudnya. Namun, ada satu tulisan berbahasa Tagalog menarik perhatian saya yang berbunyi:
Masarap na masarap, Salamat sana makabalik!
 Tulisan itu berarti :
Hidangan yang lezat. Terimakasih, kami akan kembali!
Testimoni dari Filipina, Ke sini lagi ya ate (sister) dan kuya (brother)

Ah, turis dari Filipina sudah ke sini. Mereka bahkan membuat semacam gim untuk menikmati sensasi lezat nan pedas dari Sate Ratu. Lantas, menu apa saja yang ada di warung ini?

Selepas anggota K-Jog telah lengkap, kamipun mendapat penjelasan dari Pak Budi. Pertanyaan mengenai menu akan saya simpan dahulu. Beliau menjelaskan proses "hijrah" dari dunia entertainment untuk merinstis usaha kuliner sederhana. Meninggalkan segala glamor dunia per-cafe-an (pengelola cafe besar) yang sudah membesarkan namanya untuk membuka warung di pinggir jalan. Di Jalan Solo, beliau mulai merintis usaha Sate Ratu ini.

dapur sate ratu
Suasana Dapur yang sederhana

Tak disangka, lambat laun banyak pengunjung yang menyukai masakan racikannya. Dan untuk pengembangan lebih lanjut, akhirnya beliau memberanikan diri membuka warung di Jogja Paradise.

Mulanya, warung ini berada di bagian depan Foodcourt yang bersebarangan dengan Jogja City Mall. Lambat laun, karena membutuhkan tempat banyak untuk membakar sate, maka warung pun berpindah ke bagian belakang. Meskipun berpindah di lokasi yang mungkin kurang strategis, orang masih saja mencari keberadaan Sate Ratu ini. Nah lantas, apa menu spesial dari Sate Ratu ini?


Tidak menggunakan bumbu kecap


Ternyata, menu andalan Sate Ratu ini tidak menggunakan bumbu kecap. Bumbu yang menjadi khas sate-sate di menu warung lain. Ada 2 varian sate ayam yang menggoda untuk dinikmati yakni Sate Ayam Merah dan Lilit Basah. Masing-masing varian itu dihargai seporsi 23.000 rupiah.  Selain dua varian sate itu, ada pula ceker tugel yang kesemuanya menawarkan sensasi pedas. Sayang, pada saat itu sedang tidak ada stok untuk ceker tugel.

Budi pemilik sate ratu
Pak Budi pemilik Sate Ratu menjelaskan usahanya


Sama halnya dengan makanan lain, saya memiliki standar tinggi mengenai sate ayam yang akan saya makan. Standar utama yang saya patok adalah tidak boleh ada gajih (lemak) di dalam tusukan sate yang saya makan.

Standar kedua, antara daging dan bumbu harus bersatu. Bersinergi sedemikian rupa hingga kunyahan terakhir. Bumbu sate harus tetap terasa dan tidak hambar. Dan, kedua jenis sate ini memenuhi dua standar tinggi yang saya patok. Daging ayamnya benar-benar daging yang utuh tanpa gajih sedikitpun.


Dua varian sate ratu


Pun demikian dengan bumbu yang menyatu meski sensasi pedas saya rasakan cukup kuat. Aneka rempah khas terasa di lidah meski saya hanya bisa menebak buah manggis rempah apa yang digunakan Pak Budi dalam mengolah makanan khasnya.

sate ayam merah
Sate Ayam Merah

Untuk Sate Ayam Merah sendiri, rasa cabai yang menusuk seakan berpadu dengan rasa gurih bumbu dasar ayam yang sedikit manis. Pedas manis, itulah paduan yang pas dari Sate Ayam Merah ini. Nah, yang tak kalah asyik adalah Lilit Basah yang merupakan transformasi dari Sate Ayam Lilit.

Berbahan dasar ayam cincang dan direndam dengan bumbu khas dengan teknik maserasi khusus, sensasi daging ayam yang padat dengan kombinasi rasa yang khas seakan meliuk di lidah. Meskipun, sebenarnya jika dilihat sepintas penampakan lilit basah ini sangat kasar. Tapi, penampilan kasarnya menipu. Daging ayamnya benar-benar empuk.

sate lilit basah
Lilit basah, transformasi dari sate lilit untuk mengurangi penggunaan kayu

Menurut Pak Budi, ada teknik khusus dalam maserasi atau perendaman agar bumbu di lilit basah ini bisa meresap sempurna. Bagi saya yang pernah belajar kimia, tak mudah mencari teknik dan pelarut di dalam proses maserasi. Jika di dalam kuliner, tak mudah pula mencari racikan tepat dalam proses ini agar tercipta efektivitas yang tinggi sehingga dihasilkan menu masakan yang "endes". Perlu waktu sekitar 3 jam agar proses ini berlangsung baik.

Menikmati sore itu, saya masih merasakan keguyuban K-Jog dan pemilik Sate Ratu ini berbagi pengalaman mengenai dunia kuliner. Satu hal yang menarik adalah terbukanya kesempatan lebar bagi banyak orang untuk bekerja sama dengan Sate Ratu dengan konsep sederhana.

Tak seperti waralaba lain yang memiliki aturan khusus, Pak Budi akan senang hati mengajari pihak yang akan berkeinginan membuka warung sate dengan bumbu racikannya. Pak Budi membuka seluas-luasnya bagi yang ingin bekerja sama untuk menggunakan brand apapun, dengan harga berapapun, dan semua pun.

Banyak penghargaan diraih


Sungguh, konsep sederhana nan kaya makna untuk berbagi warisan kuliner Nusantara. Dari sebuah warung sederhana nan bersahaja di pinggir Kota Jogja. Kiranya penghargaan "Certificate of Excellence 2017" dari Trip Advisor dan menjadi salah satu dari 22 finalis "Kompetisi Bango Penerus Warisan Kuliner 2018" adalah pembuktiannya.

Sederet penghargaan yang diraih oleh Sate Ratu.

Konsep sederhana pula yang turut dilakukan dalam promosi Sate Ratu ini. Alasan banyak turis hinga dari 63 negara adalah melalui cerita mulut ke mulut. Ada pula diselingi dengan cerita mengenai saling antar tamu hotel dan "getok tular" lain. Model marketing sederhana itu semakin membuat kekhasan Sate Ratu.

Tak perlu dikonsep mewah namun yang penting bercita rasa juara dan berkesan di hati penggemarnya. Itulah yang menjadi alasan Pak Budi tetap mempertahankan 3 menu di warungnya agar tetap bisa fokus pada kualitas masakannya.
Meski kepedasan, adek kecil ini masih menikmati Sate Ratu.
Perjumpaan sejenak dengan rekan-rekan K-Jog yang sangat guyub di Sate Ratu ini membuat saya semakin kangen untuk berkunjung ke Jogja kembali dan merasakan sensasi pedas nan nikmat dari Sate Ratu.

Kalau sedang tak ada waktu ke kota spesial ini, saya bisa membawa bumbu sate merah dan lilit basah beku yang bisa saya masak sepulang dari sini. Tak perlu banyak biaya, saya bisa menikmati sensasi asyik itu dan akan selalu tersihir dengan cerita kenikmatan Sate Ratu dan suasana Jogja.

Rekan-rekan K-Jog menikmati kenikmatan Sate Ratu
bumbu sate merah
Bumbu Sate Merah yang bisa dipakai di rumah

Terimakasih rekan-rekan K-Jog yang telah bersedia mengajak saya bergabung. Terimakasih untuk Sate Ratu atas hidangannya.

45 Comments

  1. Wadeeuuw .. bocah cewek cilik itu pasti banjir air liur ngerasain pedes enaknya ... 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masak sih banjir air liur .....Warung sederhana. Berlangit-langit gedheg atau anyaman dari kulit bambu itu merupakan khas interior kebanyakan warung warung makan yang ada di Jogja Mas

      Delete
    2. bocahnya ketagihan malah
      iya sederhana banget ya mas
      khas Jogja

      Delete
  2. Setuju bangat dengan konteks tak perlu mewah yang penting mah cita rasanya enak sudah lebih dari cukup dan akan mnegundang banyak pelanggan

    ReplyDelete
  3. Usually, I never comment on blogs but your article is so convincing that I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job Man. Best article I have ever read

    Keep it up!

    ReplyDelete
  4. Masakan apapun, mau itu daging, ikan, tempe, tahu atau yang lainnya, pasti akan terasa sangat nikmat kalau bumbunya meresap dengan baik sampai ke bagian dalam.

    Di sini langit-langit yang terbuat dari anyaman itu bahasa Mandarnya Alisi'. Ada yang dijadikan plafon dan ada juga yang dijadikan dinding.

    Saya baru lihat bumbu sate kemasan botol. Segitu berapa harganya, Mas Ikrom?

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah bener kan ya mbak
      ini nih komen dari yang suka masak
      ternyata benar harus sampe ke dalam

      wah baru tau alisi
      bumbu sate merah 300 g 40 K
      kemasan kaleng/selai 175 g 100 K (ini lebih pekat jadi lebih mahal)
      ada juga lilt beku 500 g 57,5 K

      Delete
  5. Dilihat dari gambarnya, sate Ratu ini menggiurkan banget. Gak salah kalau mendapatkan banyak penghargaan ya. Pengunjungnya juga bukan dari Indonesia aja ....

    ReplyDelete
  6. WUih kayanya enak banget ya kak ikrom, jadi baper nyobain sate merahnya, emang warnanya kaya kemerah2an yaa,, enak euy daging ayamnya utuh, pengen coba ah kalau main kesana

    ReplyDelete
  7. Woooow mau cobain ah sate ayam dan lilit basah ini. Sate Ratu ini ga pakai kecap ya jadi ga manis gitu? Btw meskipun warung makannnya pindah ke lokasi yg mungkin dibilang kurang strategis, kalau sudah cocok di lidah penggemarnya, pasti akan dicari ya, Mas Ikrom. Btw beliau ini hijrah dari dunia entertainment maksudnya gmn ya? Dulu sebagai apa? Daku kok ga ngeh hihihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. manisnya gula merah mbak
      tapi dominan pedas sih
      lumayan pedas
      iya mbak bakal dicari

      beliau ini pendiri Hugos cafe ya bsia dibilang percafean lah
      cuma lebih ke entertainment

      Delete
  8. Yah... kemarin pas aku ke Jogja belum baca tulisan ini, jadi belum tahu kalau ada Sate Ratu hiks.. Mantap juga ya, bisa masuk top 22 finalis kuliner warisan nusantara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. berarti harus ke YK lagi mbak
      dan cobain ke sini
      cus ke Ring Road utara belok ke depan JCM hehe

      Delete
  9. Cocok sekali buat saya yang penyuka kuliner. Harganya tergolong murah ya? Yang jelas saya sangat penasaran dengan rasanya. Seberapa kuat rasa bumbu rempahnya mengoda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. murah mas
      seporsi 23 K plus nasi itu banyak banget loh
      kenyang...

      Delete
  10. From Cafe to Warung Sate. Rasanya kalau warung sate akan lebih dipadati pengunjung ya. Penyuka sate dan penyuka pedas, uwww... kalau ke Jogja saya harus nyobain nih. Saya pun setuju kalau sate dibuat tanpa tusukan. Selain mengurangi pengguaan lidi, kerjanya jadi gak ribet, haha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak ini bagi yang penyuka pedas pas banget
      lagian rempahnya merasuk banget
      dan praktis karena tanpa lidi

      Delete
  11. Wah membaca penjabaran rasa sate ayamnya jadi ngiler... Wah wajib mampir ini kalau pas main ke Jogja, pasti syedappp... :D

    ReplyDelete
  12. Malam-malam baca artikel ini membuat perut lapar, hehehe.
    Rasa memang tak pernah bohong, mungkin itu yang membuat sate ratu banyak mendapat penghargaan. Wajib berkunjung nih kalau ke Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar rasa tak pernah bohong
      monggo dicoba mbak

      Delete
  13. weh, nggak jadi bahas nasi kucing nih. he he.

    ReplyDelete
  14. Keren banget sampai terkenal di kalangan wisatawan mancanegara. Aku yang asli Jogja harus cobain, nih, kalo mudik!

    Btw maksudnya dunia cafe itu apa: beliau dulu musisi cafe? atau pengelola cafe?

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo dicoba

      beliau yang mengelola jaringan cafe besar yang juga termasuk dunia entertainment di dalamnya

      Delete
  15. Jogja yang bersahaja..tapi makanannya istimewa.
    Salut dengan Pak Budi dengan sistem waralabanya! Sukses buat K-Jog dan Sate Ratu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak
      jogja memang istimewa
      amin
      semoga K-Jog dan sate ratu sukses
      terimakasih

      Delete
  16. ihhh ngiler... besok kalau main ke jogja tak pastiin buat nyobain makanan ini.. hhmm tinggal pertanyaannya adalah. Kapan ke jogjanya?? huhhhu

    ReplyDelete
  17. Harga 23.000 worth banget kalau satenya memang enak. Murah malah itungannya.

    ReplyDelete
  18. jadinya ke jogja 'o, mas? nggak jadi keliling candi?

    wah, padahal gajih di sate ayam adalah sebuah kenikmatan yang mendunia untuk saya. ternyata di sate ratu ini malah nggak ada potongan gajih sama sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas'aku gajadi ke solo karena ternyata acara yg kutuju di Klaten
      awalnya kukira di Sukoharjo

      tapi tetep lah keliling candi cuma ya deket YK aja
      ceritanya kutulis di K soalnya berhubungan sama K-reward., hehe
      monggo kalau baca tautan ada di gambar kompasiana ya (wkwk promosi)


      klo aku sudah banyak gajih di badan gak baik
      makanya harus cuma daging aja wkwk

      Delete
  19. kalau rasanya enak, warung makan sederhana begini pun bisa bikin betah :)

    ReplyDelete
  20. Gajih di ayam itu yang mana, sih? Taunya adanya di sapi aja. Wahaha. Apakah kulitnya itu? Biasanya kalau beli sate ayam, satu tusuk terdiri dari tiga bagian. Depan dan belakang itu daging, nah tengahnya baru deh kulit. Enak-enak aja, sih, buat saya selama enggak sangit dan banyak arang yang menempel. :D

    Belum pernah cobain sate berbumbu yang begitu, sih. Tapi saya entah kenapa kurang sreg sama sate taichan yang terlihat putih terus dikasih sambal merah. Mendingan makan yang bumbu kacang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yap kulit
      di sini bilangnya gajih wkwkwk
      ya selera tiap orang beda ya
      klo aku sih sama aja penting gak banyak gajih
      mau bumbu kecap atau taichan sama saja
      apalagi gratis hehehe

      Delete
  21. Ya Allah, emak-emak mah kayaknya seneng banget ya kalau me time diajak makan ke sana. Aduhhhh jadi laper

    ReplyDelete
  22. Replies
    1. saya Malang mbak
      cuma sekarang tinggal di Jogja
      eh magelang ding perbatasan dengan Jogja

      Delete
Next Post Previous Post