Berwisata ke Bali Bersama Guru SD (Bagian 3)

Barong Celuk Bali
Penari Bali

Saking lelapnya tidur, saya benar-benar fresh pada hari ketiga perjalanan.

Eh jika belum membaca bagian sebelumnya, bisa dibaca bagian 1 dan bagian 2 ya.
 
Oke lanjuttt....

Saya bergeges keluar membuka tirai hotel dan mendapatkan pemandangan yang amat indah. Kebetulan kamar saya berada di lantai 4 jadi bisa melihat Kota Denpasar dari ketinggian kembali.  Saat Pak Jae mandi, saya izin ke beliau untuk turun dan melihat suasana sekitar.

Kondisi kamar hotel yang berantakan
 

Saat itu ternyata ada acara gowes sebuah bank BUMN yang dimulai dari pelataran hotel. Lumayan juga jumlah pesertanya. Beberapa anggota rombongan sudah siap dan mengemas barangnya. Saya yang kelupaan kembali ke kamar dan mengambil barang bawaan.

Di lobi, orang-orang sudah ramai dengan memperbincangkan oleh-oleh apa yang akan mereka beli. Rupanya belum puas juga ya. Kalau saya sih penasaran hari itu akan dapat konten apa. Lantaran, itu adalah hari terakhir kami di Bali.

Kami sarapan sekitar jam 7 pagi. Dan sayang, sarapan saat itu, meski di hotel makanannya kurang memuaskan. Kami mendapat oseng kacang tempe yang bagi saya kacangnya masih mentah. Ini juga diamini oleh anggota rombongan lain. Yah disyukuri saja daripada kelaparan kan?

Bli Wayan hadir saat kami sudah duduk manis di dalam bus. Ia datang membawa kabar baik bahwa pada hari itu kami akan melihat pertunjukan Barong di sebuah sanggar seni. Saya langsung kegirangan akhirnya bisa melihat pertunjukan yang dulu pertama kali saya tahu dalam sebuah buku bacaan SD.

Namun, kegembiraan saya tak berlangsung lama karena sebelum ke sanggar seni, kami harus mampir ke tempat oleh-oleh lagi. Ya sudahlah, apa mau dikata yang pasti saya tidak membeli oleh-oleh.

Di tempat oleh-oleh, saya ternyata tak kuat untuk tidak membeli oleh-oleh. Beberapa bungkus pie susu pun saya beli. Lantaran takut kalap, saya langsung keluar tempat tersebut dan memotret suasana sekitar. Jalan menuju sanggar masih amat legang. Ini penting karena saat itu hari Minggu yang berpotensi macet.

Mas Eko, petugas kebersihan di sekolah sedang membeli oleh-oleh
 

Tiga puluh menit kemudian, kami pun berangkat kembali. Di dalam bus juga masih ramai membahas oleh-oleh yang beraneka ragam. Entahlah apa saja yang dibeli oleh anggota rombongan yang jelas uang saya sudah habis. Tinggal beberapa lembar10 ribuan.

Saya cari oleh-oleh foto jalan aja

Kami sampai di sanggar seni di daerah Celuk sekitar pukul setengah 10 pagi. Suasana sudah ramai dengan turis lain yang berdatangan. Sebelum masuk ke ruang pementasan, kami dipersilakan untuk berfoto dahulu dengan para penari Bali.

Sayangnya, ada dua penari Bali yang cukup jutek ketika sesi foto berlangsung. Bisa jadi, ini lantaran para turis yang tidak sabaran dan seenak hati memotret mereka. Ada beberapa insiden rebutan foto yang membuat mereka tidak nyaman. Kejutekan mereka bagi saya wajar karena kalau saya di posisi mereka ya pasti sudah uring-uringan.

Sabar ya antre fotonya...
 

Namun, yang membuat saya salut adalah profesionalisme mereka. Saat difoto, mereka tetap tersenyum manis seolah tidak terjadi apa-apa. Hasil foto ini dijual seharga 10 ribu rupiah dan jika mau ada versi gantungan kunci seharga 15 ribu rupiah. Saya memillih untuk membeli foto saja karena kasihan sudah mereka cetak dan juag untuk kenang-kenangan.

Ini hasilnya ya
 

Di ruang pertunjukan, saya duduk di barisan paling depan alias VIP. Sebelum pertunjukan, pengunjung boleh berfoto bersama barong tetapi dengan memberi mereka sumbangan uang. Saya yang malu-maluin maju pertama kali.

Walau tampak menyeramkan, sebenarnya barong itu adalah tokoh baik. Ia sangat atraktif dan bahkan menggerakkan badannya ketika saya elus-elus. Saya membayangkan dia sebagai bonek besar yang peluk-able. Polah saya segera ditertawakan oleh seluruh penonton yang hadir.

Foto dulu
 

Meski demikian, barong juga memiliki pengajaran yang baik. Salah satunya saat ada turis asal Korea yang memberi uang dengan tangan kiri. Secara otomatis, barong pun menolak. Ia hanya menerima pemberian dengan tangan kanan. Jadi, pertunjukan ini tak sekadara pertunjukan tetapi ada nilai kebaikan yang diajarkan.

Puas berfoto, tarian pun dimulai. Dibuka dengan adegan sang Barong yang terlihat sedih lalu dihibur oleh seekor kera. Kesedihan sang Barong dikarenakan ulah tiga pria bertopeng yang merusak hutan. Sang kera akhirnya berkelahi dengan ketiga orang ini dan berhasil memotong hidung salah satu dari mereka.

Adegan yang cukup kocak
 

Setelah gending pembuka, tarian pun dimulai. Inti dari tarian ini sebenarnya adalah pertarungan antara kebaikan yang diwakili oleh Barong dan kejahatan yang diwakili oleh tokoh Rangda. Tarian dibagi menjadi lima babak.

Inti dari Tarian Barong merupakan cerita tentang Dewi Kunti yang berjanji kepada Rangda untuk mengorbankan anaknya yang bernama Sadewa kepada Rangda. Meskipun sebenarnya berat, namun karena rasukan dari roh jahat, Dewi Kunti berhasil dipengaruhi Rangda. Sadewa pun dibuang ke hutan oleh Patih yang juga sudah dipengaruhi oleh ilmu jahat Rangda.

Lalu, karena iba dengan Sadewa, Batara Siwa pun memberi kesaktian kepada Sadewa. Rangda yang akan membunuh Sadewa pun tidak berhasil, meskipun dengan berbagai cara. Akhirnya, Rangda meminta ampun kepada Batara Siwa. Permintaan itu pun dipenuhi dan Rangda pun mendapat pengampunan.

Namun, pengampunan itu tak berlaku bagi Kalika, murid Rangda. Merasa permintaannya tak dipenuhi, ia marah. Ia pun berubah wujud menjadi beberapa macam. Salah satunya adalah menjadi babi hutan. Saat dirinya berubah menjadi babi hutan, ia masih dapat dikalahkan oleh Sadewa.  

Begitu pula, saat ia menjadi burung gagak, ia juga dapat dikalahkan. Namun, saat Kalika mengubah wujudnya menjadi Rangda, sadewa pun kewalahan. Ia akhirnya berubah wujud menjadi Barong dan melawan Kalika yang berwujud Rangda. Pertarungan ini tak pernah selesai. Menurut Bli Wayan, salah satu moral dalam ajaran agama Hindu adalah pertempuran antara kebaikan dan keburukan tidak akan pernah selesai dan akan terus berlangsung terus-menerus. 


Tarian ini ditutup oleh para pengikut Barong yang membawa keris untuk melawan Kalika yang berwujud Rangda. Perlawanan mereka sia-sia karena akhirnya roh jahat berhasil masuk ke dalam tubuh mereka. Dan, mereka pun menikam tubuh mereka sendiri. Barong dengan ilmu kebaikannya menolong mereka dan mengusir roh jahat dari tubuh mereka.

Adegan yang cukup ngeri

Saya sangat puas dengan pertunjukan Barong ini terutama bisa melihat dari dekat. Sekitar lepas zuhur, kami berangkat ke Danau Bedugul sebagai tujuan wisata terakhir. Lagi-lagi, sebelum ke tempat wisata tersebut, bus mampir ke tempat oleh-oleh. Saya memilih tetap di bus dan hanya membeli bakso sebagai pengganjal perut karena belum makan.

Hampir satu jam lamanya bus berhenti di tempat oleh-oleh. Dan lagi-lagi, para anggota rombongan masuk ke bus sambil membawa barang belanjaan yang cukup banyak. Yah mau bagaimana lagi mumpung ke Bali ya. Kami pun langsung ke Danau Bedugul dengan kondisi cuaca yang rintik hujan.

Bagaimana keseruannya? Tunggu kelanjutannya ya.

21 Comments

  1. waaahhhh seru banget pertunjukannya mas. kl aku jd penari yg pd minta foto dan nggak sabaran rasanya pasti kesel juga lah. hhh
    btw aku pun kl piknik bareng rombongan dan bus berhenti di pusat oleh2 memilih tetap stay di bus, kadang di area bus ada penjual cilok atau siomay. auto beli di makan di bus, wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahahha sama mbak kadang laper ya jadi beli cilok aja ya ahahaa

      Delete
  2. wakakakka, seruuu, aku ketinggalan part 2, sek, ntar tak marathon hihi

    eh mas emang iya sih kadang di hotel ya ada bagian menu sing kurang memuaskan, misale koyo kacang oanjang sing urung mateng, makane biasane aku blom bgitu berasa sarapan nek kur mam breakfaste hotel wekekkeke...

    haha, lucu bagian mbak mbak penarine sempet pasang muka jutek amarga kekeselen, tapi untunglah pas dijepret profesyenel senyum ya mas, tapi ya iya sih nek dijak foto bola bali yo ancen sayah hihi

    wealah namanya rombongan pesti sing dirumpiin bab oleh-oleh, aku malah bacane serasa dadi koyo melu neng kejadian terus ngikik ngikik tajam andai krungu rumpian ibu ibu sing agi ubyuk mbahas oleh oleh

    oiya sik sendratari rangda tumben ya temane tentang kalika, biasane calon arang sik putrine ratna manggali dipek bojo bawula trus ki rangdane disucikan mpu baradah, hihi

    btw baronge pinter ya mas, geleme diparingi duit ngagem tangan tengen 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. woles mbak nit hahah

      iya mbak makanya meski rada kecewa tapi ya sudhalah ahahah
      masalae pengunjunge ga mau antri mbak aku kalau jadi penarie ya pasti jutek ahahaha

      iyo isie belanjaan tapi ya seru si aku kecipratan kok ahahah

      pinter ancen baronge


      Delete
  3. Waahh keren nih mas Ikrom ditengah pademi ini masih bisa jalan2 ke Bali

    Dan bisa Selfi2 sambil menikmati alam mantap mas...Coba aku cek Seri yang kesatu..😊😊

    ReplyDelete
  4. Wah ternyata masih lanjut part 3 nih.

    Memang kalo jalan jalan tidak beli oleh-oleh itu kurang sreg mas Ikrom, soalnya kalo habis jalan-jalan pasti ditanya oleh-oleh nya mana, apalagi jika dari Bali.

    Ternyata itu filosofi dari tari barong ya mas, pertarungan antara kebaikan dan kejahatan tidak akan pernah selesai. Betul itu sih, memang tidak akan selesai kecuali sudah tutup dunia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas makanya ke toko oleh oleh terus hehe

      iya filosofinya asyik banget

      Delete
  5. wah keren banget mas liburan ke balinya, gw juga pengen liburan kesana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga pengen ke sana. Blm pernah kesampaian, haha.
      Paling jauh, aku pergi dari rumah baru sampe Probolinggo nih :D

      Delete
    2. nanti kalo corona udah bisa ke sana
      eh btw kapan ya ini udahannya

      wah probolinggo mana mas dodo?

      Delete
  6. Wah,sayang dulu pas ke bali belum sempat melihat pertunjukkan borong ini. cuman tari kecak. kayaknya seru ya. Dulu solotraveling sih nggak ada pemandu haha..
    tapi ini ku noted. banyak hal di bali yang belum pernah kucoba karena baru sekali kesana. Awesome story mas

    ReplyDelete
  7. Wisata ke Bali, saat saya SMA kelas dua
    Dan itu pun saya tidak ikut. Karena tidak punya uang
    Soal photo-photo itu lo, kan kasihan penarinya
    Sudah lelah kok diganggu saja.
    Saya diberi kenang-kenangan teman saya berupa barong mini

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas kasian penarinya
      tapi salut si masih profesional

      Delete
  8. jadi pingin beli pie susu juga mas ikrom, kepikiran buat beli online aja yang dari Bali heheehe
    astaga lama nggak menikmati sajian pie ini juga sih, lama juga udah ga ke Bali
    wajar ya kalau penari penari ini agak terganggu dengan keributan pengunjung yang pengen foto bareng, tapi tetep di layani dengan baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. enak mbak ya pie susu
      iya bisa ol dulu sementara waktu ini

      iya wajar banget dan kasian banget

      Delete
  9. Senyum profesional.., tidak setulus hati tapi okelah :D

    ReplyDelete
  10. Dimasa pandemi seperti ini belom kepikiran destinasinya,padahal pengen banget tu ke Bali... Yang pasti suatu perjalanan yang asyik.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post