Berwisata ke Bali Bersama Rombongan Guru SD (Bagian 2)

Halo, masih serius menyimak dari Ayusa dalam menjalani peran sebagai Puteri Indonesia Lingkungan?

Eh maksud saya, masih semangat menyimak cerita saya kan? Baiklah, akan saya teruskan ya ceritanya.

Ini bagian sebelumnya ya :  Berwisata ke Bali Bersama Rombongan Guru SD (Bagian 1)

Jadi, setelah semua rombongan naik ke bus, tiba-tiba gerimis cukup lebat terjadi. Kami segera menuju Kota Denpasar untuk menuju tempat wisata selanjutnya. Eh baru beberapa kilometer berjalan, ternyata cuaca cerah kembali.

Bli Wayan kemudian memperkenalkan diri sebagai tour guide kami. Ia mengenalkan diri lagi karena ada anggota grup yang belum pernah bertemu. Sambil memperkanalkan diri, Bli Wayan pun menjelaskan berbagai hal yang kami lewati.

Bli Wayan sebagai tour guide kami

Mulai dari adanya tempat pemujaan di setiap rumah, patung dan monumen, hingga kondisi sosial masyarakat Bali. Bli Wayan tanpa sungkan menjelaskan hubungan kerukunan umat beragama di Bali. Terutama, hubungan antara umat Hindu dan Islam di Bali yang seperti saudara sendiri.

Sambil mendengar penjelasan Bli Wayan, saya tertarik dengan berbagai monumen yang dibangun di pinggir jalan. Terutama di sudut perempatan jalan atau taman. Sentuhan artistik seniman Bali memang tidak perlu diragukan. 

Banyak monumen indah di pinggir jalan
 

Menjelang tengah hari, kami sampai di Lapangan Renon Kota Denpasar. Saya kira, kami akan berfoto di lapangan yang cukup panas itu sembari makan siang dan piknik. Ternyata saya salah. Kami akan mengunjungi Museum Bajra Sandhi yang ada di tengah lapangan ini. Kunjungan ke museum ini sekaligus menjadi kegiatan “studi banding” yang seharusnya dilakukan di sebuah sekolah.

Maka, saya pun bersenandung bahagia karena bisa mengunjungi museum baru. Walau dari luar bangunan museum tampak seperti genta umat Hindu, tetapi ternyata museum ini adalah museum mengenai perjuangan bangsa Indonesia. Sebelum masuk, saya tidak menyia-nyiakan melakuan photo shoot ala Miss Earth karena taman museum ini amat terawat. Di taman tersebut juga banyak arca dan patung yang melambangkan cerita kepahlawanan. 

Museum Bajra Sandhi Bali
Foto dulu gaes

Ada 3 lantai pada museum ini. Lantai bawah bernama Nistaning Mandala Utama berisi ruang loket, ruang perpustakaan, dan beberapa ruang pameran. Di lantai 1 ini juga terdapat foto-foto hitam putih yang mengisahkan perjuangan rakyat Bali dalam menghadapi penjajah.

Lantai dua bernama Madyaning Utama Mandala. Pada lantai 2 ini terdapat sekitar 33 diorama mengenai sejarah bali dari masa kerajaan kuno sampai revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan. Semua digambarkan secara apik sesuai cerita aslinya.

Diorama Perang Jagaraga

Ternyata, cerita perjuangan rakyat Bali tidak sebatas pada epos I Gusti Ketut Jelantik atau Perang Puputan I Gusti Ngurah Rai. Sama dengan daerah lain, banyak perlawanan yang dilakukan rakyat Bali dalam mengusir penjajah. Salah satunya adalah Sagung Wah. Seorang gadis asal Tabanan yang dengan gagah berani memimpin rakyat Kerajaan Tabanan setelah diporak-porandakan oleh Belanda. Kisahnya tergambar apik dalam diorama ketika Sagung Wah membakar semangat rakyat agar tidak takut menghadapi Belanda.

Semua diorama itu saya ikuti ceritanya satu per satu hingga saya sampai ke tangga lantai 3. Saya semula ragu karena tangga tersebut berbentuk ulir yang cukup curam. Namun, karena kepalang tanggung, saya menuju bagian yang disebut Utamaning Utama Mandala.

Museum Bajra Sandhi Bali
Bapak Kepala Sekolah

Ternyata, di sana sudah ada Bapak Kepala Sekolah seorang diri. Wah, saya jadi kikuk karena orang-orang tidak ada yang naik. Bapak Sekolah meminta saya memotretkan dirinya sebagai kenang-kenangan. Saya pun menyanggupi dan memotret beliau sebagai kenangan terakhir sebelum memasuki purna tugas. Sayangnya gambarnya gelap karena tidak ada penerangan yang cukup.

Selepas itu, saya berbincang sebentar dengan beliau mengenai keindahan Kota Denpasar yang bisa disaksikan dari atas. Tentu, saya juga mengambil beberapa gambar untuk kenang-kenangan. Tak lama, kami pun turun karena harus ke tempat lainnya.

Lapangan Renon
 

Di lantai bawah, ternyata anggota rombongan masih sibuk foto-foto. Belum puas juga ya memang kalau tempatnya bagus. Saya sangat merekomendasikan siapa pun yang ke Bali untuk datang ke museum ini. Selain instagramable, ada banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan di sini.

Kami pun kembali ke bus untuk menuju tempat makan siang. Sebenarnya, kami akan ke Tanjung Benoa. Namun, karena tiba-tiba hujan turun deras, tentu kegiatan itu pun gagal. Saat melewati Tol Laut Mandara, angin juga berembus kencang. Saya cukup ngilu melihat pesawat terbang yang tampak kesulitan untuk landing di Bandara Ngurah Rai yang tak jauh dari jalan tersebut.

Hujan di Tol Laut Bali

Kami tiba di tempat makan yang ternyata bersebelahan dengan tempat oleh-oleh Krisna. Saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk makan dengan lahap karena benar-benar lapar. Lantaran hujan masih turun deras, kami pun memutuskan tinggal di tempat oleh-oleh dan tentu saja, ibu-ibu membeli oleh-oleh dengan puas.

Mari Makan
 

Selepas asar, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pandawa. Tetapi, hujan turun masih cukup deras. Hanya beberapa orang saja yang turun itu pun dengan bekal payung dan jas hujan. Entah, saya malas saja turun dan lebih memilih membaca buku yang saya bawa. Badan sudah sangat capai dan rasanya ingin selonjoran di hotel. 

Ornamen di jalan menuju Pantai Pandawa yang sedang dibangun

Pemandu sempat menawarkan pula untuk ke Kuta tapi segera ditolak oleh orang-orang. Iya sih, memang istirahat adalah keputusan yang tepat. Namun, saya harus menahan hasrat untuk rebahan di hotel karena hotel kami ternyata ada di Kota Denpasar. Jarak dari Pantai Pandawa ya lumayan jauh. Tahu gitu tadi ke Pantai Pendawa dulu ya terus ke museum dan langsung ke hotel. Daripada bolak-balik. Tapi ya sudahlah saya kan hanya tim hore jadi ya manut saja.

Kami sampai di hotel menjelang maghrib. Saya menunggu kunci kamar dan ternyata dapat room mate dengan Pak Jae. Wah, kami berjodoh sekali ya. Saya langsung booking kamar mandi ke Pak Jae. Walau beliau usianya jauh lebih tua, tetapi sering ngalah kalau sama saya, hihi. Saya bilang, “Pak, saya kan mandinya cepet. Saya pakai kamar mandi dulu ya. Nanti habis saya puas-puasin deh”.

Sesampainya di kamar, saya pun langsung menuju kamar mandi yang ternyata hanya kamar mandi tabung yang cukup sempit. Walah. Tapi tak apa, yang penting saya bisa segera jebar-jebur. Selesai mandi dan salat, saya pun pamitan ke Pak Jae untuk mencari makan di luar hotel dan bertemu rekan lama. Lah, katanya mau rebahan? Ini tak lepas dari pesan rekan lama saya yang ingin bertemu mumpung saya di Denpasar. Ia akan menjemput saya di lobi hotel.

Saya bertemu rekan saya yang membawa motor. Saya pun diajak ke warung makan di sekitar Jalan Tukad apa ya (saya lupa namanya ahahaha). Pokoknya deretan banyak warung seperti pujasera. Saya enggak sempat memotret karena ponsel saya saat itu saya isi ulang baterainya di kamar hotel.

Yang pasti rasanya bahagia sebentar bisa melarikan diri dari rombongan dan seakan sedang solo traveling. Teman saya makan babi guling dan saya makan sate ayam taichan. Haduh rasanya enak sekali. Kami ngobrol ngalor ngidul dan tak terasa jam menunjukkan pukul 11 malam. Saya pun diantar kembali ke hotel. Pak Jae ternyata belum tidur dan beliau sedang asyik menonton TV.

Karena saking capainya, saya pun langsung tertidur pulas dan entah dengan Pak Jae. Bangun-bangun sudah subuh dan badan rasanya fresh. Saya pun salat lalu mandi sementara Pak Jae sudah mandi jauh sebelum saya bangun. Ini hari terakhir di Bali dan masih ada beberapa drama yang terjadi sepanjang perjalanan.

Ditunggu ya kelanjutannya.

13 Comments

  1. Hahaha .. ternyata mas Ikrom juga kerasa ngilu ya lihat pesawat landing di bandara Ngurah Rai saat angin agak kencang ��.
    Dulu aku pas landing disana juga kerasa copot jantungku, mas .. masalahnya juga saat itu angin cukup kencang.

    Letak lokasi museumnya unik ya, posisi berada di tengah alun-alun.
    Jarang loh ada bangunan didirikan tepat ditengah alun-alun begitu.
    Biasanya cuma tanah lapang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas lha deket banget sama laut
      takut aja kalo kecemplung huhu

      iya pas di tanah lapang gitu
      tapi panasnya bukan main

      Delete
  2. Habis dari bagian 1, terus ini, ternyata masih ada lanjutan lagi toh. Haha.

    Di bagian 1 sempet berfoto di toko yang kebetulan bajunya lagi dipakai tuh pernah saya coba juga. Entah itu tindakan norak atau bukan, tapi seakan-akan saya dulu bangga banget pakai produknya. :D

    Penasaran enggak sama rasa babi gulingnya, Mas? Kadang sewaktu makan bareng teman yang Kristen, menu dia tuh terlihat enak gitu, pengin cobain. Cuma sadar kalau di agama saya haram.

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih ada 4 sesi mas ahahah

      wah iyakah pasaran ya berarti ahahaha

      hahahah pasti enak baunya lebih mirip ke tengkleng si
      cuma ya itu aku ga bisa makan heheh

      Delete
  3. Bagian dua ini fokusnya ke museum Bajra Sandhi ya mas. Museum ini ada tiga lantai, tiap lantai ada sejarah yang menceritakan tentang perjuangan Bali melawan penjajah Belanda.

    Enakan lihat foto apa diorama sih mas Ikrom? Sepertinya lebih enak lihat diorama ya.

    Wah, setelah jalan jalan naik bis seharian akhirnya bisa solo traveling bareng teman naik motor dan makan sate ayam taichan ya mas. Namanya taichan, apa yang jual orang China mas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga lebih senang melihat diorama kak, tapi kalau ditinggal sendirian untuk melihat diorama, kayaknya nggak berani sih karena biasanya agak mencekam gitu suasananya 😂

      Delete
    2. iya mas soalnya ceritanya panjang hahaha
      sama aja si tapi kalau diorama lebih hidup aja

      sate ayam mas iya yg engga dibumbu kacang

      lah kenapa takut mbak hehe

      Delete
  4. alaaa saya nak tengok gambar penuh binaan (gambar no. 4) tu...

    ReplyDelete
  5. aaaaaaaak seru banget mas ikrom bacane wkwkwkwkkw, ampe takhayatin gini

    mulai dari epos bali yang ga cuma ngulik perang puputan n i gusti ngurah rai tapi juga ada pahlawan wanita sagung wah, trus munggah tangga yang kayak ulir eh di lantai atas mung ada pak kepsek wekekwk, pak kepsek nyuwun foto e la kok gelap hahahha, mas ikrom ra sentimwn karo pak kepsek kan wkwkwk, just kidding

    sayang juga ya mas ga sido di tanjung benoa dan pantai pandawa karena ujan makbres deres, tapi ancen nek ujan mah enake slimutan njuk bubuk hahhaha, walaupun akhire malah ra sido rebahan malah nglayap nemoni konco kenthel maem sate thaican wekkkekek...

    tapi aku ngguyu bab cerito dirimu karo pak jae hahhaha, lucu deh, pa maneh sing gantian kamar mandi ternyata kamar mandine sempit, sing penting iso jebar jebur wkwkkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahahahah

      bukan sentimen mbak bapaknya udah tak kasih tau
      Pak di sini gelap fotonya
      eh bapaknya bilang gak apapa ya udah hihi

      iya mbak ancen enak selimutan gelegoran tapi ya eman sajane wis jauh jauh ke bali

      hahahah pa jae itu sehati pankapan tak buat cerita khusus

      Delete
  6. emang paling seru kalau jalan rame rame begini ya
    aku belum pernah sampe ke daerah lapangan renon deh mas ikrom apalagi masuk ke dalam museum itu
    sepertinya menarik sekali bisa melihat history perang puputan disana ya, apalagi ada dioramanya segala, bikin menarik soalnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak seru banget

      iya seru banget boleh ke sini kalau pas ke bali

      Delete
Next Post Previous Post