Demi Ikut Vaksin Covid-19, Saya Rela Menempuh Jarak 25 Km di RSJ Lawang Malang


 

Setelah mencoba berkali-kali mengisi google form dan harus berujung pada kekecewaan karena kuota habis, akhirnya saya bisa mendapatkan jatah vaksinasi.

Uniknya, jatah yang bisa saya ambil berada di Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang amat jauh dari tempat tinggal saja. Tepatnya berada di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang, Malang. Dari rumah saya, kira-kira jaraknya hampir 25 km.

Meski cukup jauh, saya sangat bersyukur mendapatkan jatah vaksin saya. Lantaran, ketika saya mencari faskes terdekat yang bisa melakukan vaksinasi, tidak ada satu pun yang ada. Kebetulan, domisili KTP saya berada di Kecamatan Sukun Kota Malang. Saat saya cek di laman web tersebut, tidak ada satu pun faskes yang menyediakan kuota vaksinasi.

Ada beberapa klinik yang menyediakan kuota tetapi tidak berada di kecamatan tempat saya tinggal. Itu pun, ketika saya menghubungi mereka, ternyata kuota hanya untuk lansia. Makanya, ketika saya mendapatkan jatah kuota vaksin ini, saya amat bahagia.

Formulir pendaftaran yang disebar RSJ Lawang saat itu sekitar pukul 9 malam. Rezekinya saya memang karena saat itu tengah mengedit tulisan di depan laptop sehingga saya bisa gerak cepat (gercep) memasukkan identitas. Saya langsung mengisi segala hal yang dibutuhkan termasuk kapan saya bisa vaksin. Puji Tuhan, data saya sudah terekam dan saya mendapat email pemberitahuan.

Sayangnya, kegembiraan saya tak lama. Saya pun ingat bahwa di perbatasan pintu masuk Kota Malang dan Kabupaten Malang dilakukan penyekatan. Beberapa orang yang sudah berhasil mengisi formulir pendaftaran pun bertanya pada pihak RSJ Lawang bagaimana mereka bisa datang sedangkan ada kegiatan penyekatan. Saya juga mengonfirmasi hal ini dengan mengirimkan pesan WA kepada mereka.

Jawaban mereka pun tidak banyak membantu. Penyekatan PPKM di luar kuasa mereka. Yang jelas, peserta vaksin diharapkan datang sesuai jadwal yang telah dipilih. Meski sedikit kecewa dan akan mundur, tetapi saya mengerti bahwa mereka tidak punya kuasa atas hal ini. Untuk itulah, sembari menunggu hari-H dan menyiapkan dokumen, saya berusaha mencari jalan tikus.

Hari-H pun tiba. Saya berangkat pagi buta sekitar jam 6 setelah sempat sarapan roti sebentar. Sebelum vaksin memang kita disarankan untuk sarapan agar tubuh fit dan bertenaga. Ternyata, pintu penyekatan PPKM dari arah Kota Malang menuju Kabupaten Malang tidak ditutup. Saya masih bisa melewati jalan tersebut.

Namun, kemacetan menuju keluar Malang rupanya tidak terelakkan terutama mendekati Pasar Lawang. Saya pun memilih jalur alternatif melewati perkampungan di sekitar Lawang. Selain itu, letak RSJ Lawang juga berada di kanan jalan dari arah saya berjalan.

Untuk menuju gang di RS ini, saya harus melawan arah lalu lintas yang cukup padat. Bagi saya tindakan ini cukup berbahaya karena banyak kendaraan besar dari arah Surabaya dan daerah lain melewati jalan ini untuk masuk ke Malang meski PPKM sedang dijalankan.

Nemu pemandangan ciamik

Perlu waktu sekitar 1 jam lebih seperempat untuk bisa sampai di lokasi. Rupanya, sudah banyak calon peserta vaksin yang hadir. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa dan pekerja muda yang jika dilihat dari usia kebanyakan antara 18 hingga 30 tahun. Saya jarang sekali menemui lansia atau orang dewasa di atas 30 tahun yang ikut vaksinasi ini.

Tentu, ini mengindikasikan bahwa kegiatan vaksinasi yang pendaftarannya berbasis google form lebih banyak didapat mereka yang berusia muda. Mereka yang kerap mengakses media sosial, atau bahkan 24/7 sehingga info seperti ini bisa mereka dapatkan lebih cepat. Sementara, mereka yang jarang menggunakan gawai akan sangat kesulitan mendapatkan vaksin gratis karena sering ketinggalan informasi.


Sudah banyak yang datang


Diantara sekian banyak anak muda itu, tampak beberapa diantara mereka yang mengajak ayah atau ibu mereka untuk divaksin. Mereka juga ada yang tidak mendapat jatah vaksin tetapi bisa gercep mendaftarkan orang tuanya yang sudah lansia untuk divaksin. Jujur, saya salut dengan mereka terlebih setia untuk mendampingi orang tua mereka yang akan divaksin.

Antrean tertib


Mereka begitu telaten mengisi identitas dan riwayat penyakit serta obat yang dikonsumsi oleh orang tua mereka. Mereka juga memberi alasan bahwa ketika faskes di dekat rumah mereka sedang membuka vaksinasi lansia, orang tua mereka sedang sakit. Ketika sudah sembuh, kuota vaksin tersebut masih kosong sehingga mereka mencari kuota vaksin yang masih kosong.

Walau bagi saya datang sudah cukup pagi, ternyata saya mendapat nomor antrean 217 dari 450 kuota peserta. Kami baru dipersilahkan untuk masuk ke area tunggu tepat pukul 8 pagi. Kami harus menunggu dulu di tempat yang disediakan sambil mengisi identitas. Ketika giliran nomor dipanggil, maka kami bisa masuk untuk mendapatkan screening dari petugas.

Screening yang dilakukan hampir sama dengan tempat lain hanya bagi saya RSJ Lawang melakukannya dengan amat baik. Antara satu tempat ke tempat lain masih dalam satu ruangan tetapi banyak sekali petugas yang melayani. Kami tak perlu menunggu lama untuk dicek tensi dan kadar oksigen, diwawancarai seputar alergi, dan beberapa pengecekan lain untuk memastikan bahwa kami sudah siap untuk divaksin.

Proses screening kesehatan

Saya sempat bertanya kepada petugas vaksin apakah penderita GERD seperti saya boleh divaksin. Rupanya tak ada masalah jika saya divaksin asal sebisa mungkin saya menghindari dulu makanan yang memicu GERD pascavaksin.

Petugas juga memastikan identitas saya dengan benar agar ketika saya sudah bisa mencetak kartu vaksin, identitas saya sudah benar. Maklum, kartu vaksin saat ini seperti paspor atau bahkan visa yang jadi syarat perjalanan keluar kota. Maka dari itu, kini orang-orang berbondong-bondong rela antre vaksin karena alasan ini.

Antrean untuk injeksi vaksin tak perlu lama saya tunggu karena mungkin saya laki-laki jadi lebih cepat. Tidak ada rasa sakit yang berarti selain rasa dingin di kulit akibat alkohol. Beberapa peserta vaksin bahkan melakukan selfie, siaran langsung di Instagram, membuat story atau bahkan reels

Proses injeksi

Nanti saja kalau ada vaksinasi kedua saya akan membuat vlog dengan jelas. Kegiatan ini menandakan bahwa hoaks seputar vaksin sebenarnya masih bisa dibendung dengan edukasi dari orang sekitar yang melakukan vaksinasi secara langsung.Setelah vaksinasi selesai, kami pun harus menunggu verifikasi data. Sambil menunggu, beberapa mahasiswa Poltekkes RSJ Lawang menerangkan bagaimana tata cara mencetak kartu vaksin. 

Mahasiswi Poltekkes RSJ Lawang menerangkan cara mengecek sertifikat vaksin

Mereka juga menjelaskan jika ada gejala pascavaksin yang berbahaya seperti demam tinggi, maka kami bisa menghubungi nomor yang diberikan atau ke UGD terdekat. Mungkin jikalau ada gejala -- semoga saja tidak -- saya lebih baik menghubungi nomor tersebut.

Petugas RSJ Lawang meneliti dokumen peserta vaksin agar tidak salah.


Saya pun bisa pulang setelah mendapat kartu vaksin sementara dan jadwal vaksin selanjutnya. Hanya terasa sedikit nyeri saat saya menyetir. Saya pun tak berani memacu kendaraan cukup kencang. Setelah sampai di perbatasan kota dan kabupaten, beberapa petugas pun menghalangi pengguna jalan untuk masuk.

Beberapa pengendara motor harus gigit jari karena tidak diperkenankan masuk. Mereka mau tak mau harus mencari jalan tikus untuk mencapai tujuan mereka. Ketika giliran saya ditanya, saya pun segera mengeluarkan jurus sakti berupa kartu vaksin sementara. Saya pun berkata kepada mereka:

"Pak, saya habis pulang vaksin dari Lawang. Rumah saya di Malang Kota. Saya butuh segera istirahat. Tangan saya sudah nyeri. Masak saya saya harus cari jalan tikus lagi?"

Lolos dari penyekatan PPKM

Tanpa banyak ba-bi-bu, mereka pun mengizinkan saya untuk melewati pintu perbatasan angker tersebut. Saya amat lega dan memacu kendaraan lagi. Saya bahagia sambil membayangkan seperti Miss Universe yang sedang homecoming di karpet merah dan berteriak:

Welcome to Indonesia.


Meski, dalam lubuk hati paling dalam saya merasa tidak enak dengan rekan atau siapa pun yang masih kelimpungan mencari tempat vaksin.










7 Comments

  1. Wah mantap. Karena sudah punya senjata kartu Vaksin, Mas Ikrom bisa protes tak mau melewati jalan tikus. Ha ha ... Makanya jadi orang taat aturan itu memudahkan kita untuk melangkah. Coba mereka yang menolak vaksin ntar semua urusan jadi sulit. Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk memang vaksin sekarang jadi senjata
      lebih ke administrasi ya Bu Nur

      Delete
  2. yaampunn susah ya mas Ikrom di malang kota buat nyari tempat vaksin, biasanya ada beberapa instansi yang ngadain, atau universitas gitu. Vaksin massal
    berarti kalaupun ada, kuotanya juga ga banyak ya ?

    aku pernah motoran dari malang kota ke kebun teh lawang dulu banget, kayaknya udah kayak motoran ke surabaya, rasanya kayak jauh. Ehhh ternyata malah pernah motoran malang - mojokerto PP
    untung mas ikrom berangkatnya pagi pagi bener ya, soalnya perjalanan sejam lebih ya lumayan juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. bulan ini sudah lumayan banyak mbak
      sudah mulai rapi
      pas bulan juni juli kemarin ampun kacau balau deh huhu

      aku nekat dulu klo engga nekat engga bakal nyampe juga haha

      klo ke kebun teh emang jauh
      mana menanjak lagi ya

      Delete
  3. syukurlah masih bisa lewat ya, Mas.. Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Selamat karena sudah menerima vaksin dosis pertama, Kak Ikrom 🥳 Semoga nantinya dosis kedua juga dilancarkan ya proses-prosesnya 🙏
    Apa Kak Ikrom merasakan efek samping selain nyeri di tangan setelah vaksin? Ada yang bilang jadi ngantuk atau lapar banget gitu. Kalau aku sendiri juga nyeri di tangan aja sampai beberapa hari dan agak sakit kalau dipakai untuk kerja agak berat, tapi sekarang udah nggak berasa apa-apa lagi sih 🤭

    ReplyDelete
  5. Saya sebenarnya udah mau vaksin juga nih, gara-garanya semua udah pada vaksin (sungguh alasan yang gaje ya, hahaha)
    Tapi masih maju mundur, karena sebulan lalu sepertinya saya terkena covid, dan dari kabar beredar setelah positif itu butuh waktu buat vaksin.

    tapi sebagian memang ada yang sembuh langsung vaksin.

    Btw selamat ya, akhirnya bisa vaksin, meski harus melewati jarak yang jauh banget hehehe.
    Dan semoga nanti, lancar jaya sampai dosis ke-2nya :)
    Untungnya di jalanannya tersebar view yang ciamik gini ya, bikin mata jadi seger deh, hehehe.

    Memang asyik ya tinggal di Malang, masih banyak pemandangan cantik, udaranya juga masih lebih segar ketimbang Surabaya.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post