Ambil Rapor Berdasar Peringkat Nilai Siswa; Emang Masih Zaman?

Minggu ini, berdasarkan kalender pendidikan, hampir semua sekolah akan melaksanakan penerimaan rapor.

Momen ini akan ditunggu oleh siswa dan orang tua atau wali murid karena menjadi acuan belajar selama tengah semester. Ajang penerimaan rapor yang dilakukan secara berkala tidak sekadar menjadi ajang komunikasi antara wali kelas dan wali murid.

Penerimaan rapor juga menjadi ajang untuk memberikan informasi pendidikan dari pihak sekolah serta sebagai bentuk pertanggungjawaban wali kelas atau guru selama satu atau tengah semester.

Ketika kita sekolah dulu, terutama jika ikut orang tua mengambil rapor di sekolah, maka rasa H2C alias harap-harap cemas akan menjadi rasa yang kita alami. Apakah akan ada nilai merah pada rapor atau terjadi penurunan peringkat. Biasaya, kita bisa menebak hasil belajar kita berdasarkan urutan pemanggilan orang tua kita saat penerimaan rapor berlangsung.

Ada adagium bahwa siswa yang mendapatkan nilai bagus dan berperingkat teratas di kelas akan dipanggil terlebih dahulu. Sementara, bagi siswa yang namanya dipanggil paling akhir maka mendapatkan peringkat buncit dan otomatis memiliki prestasi belajar yang buruk.

Alhasil, rasa was-was dan cemas itu pun bercampur aduk dan kadang melumpuhkan mental juga ketika nama kita tidak segera dipanggil. Lantas, apakah tradisi semacam ini masih tetap berlangsung? Bagaimana pula guru kelas atau wali kelas menata rapornya saat ini? Apakah berdasarkan peringkat siswa atau patokan lain?

Tak Ada Patokan Urutan Pemanggilan dari Kepala Sekolah

Sebenarnya, Kepala Sekolah atau pun pihak sekolah tidak secara khusus memberikan patokan bagaimana wali kelas menata rapor dan memanggil siswanya berdasarkan nilai. Sekolah hanya memprioritaskan kepada siswa yang memiliki masalah tertentu semisal nilainya kurang atau sering tidak masuk sekolah dan mengumpulkan tugas. Instruksi Kepala Sekolah agar wali kelas bisa memberikan banyak masukan pada wali murid pada siswa dengan kriteria tersebut.

Nah, jika siswa tersebut didahulukan, maka otomatis akan membuat wali murid lain yang nilai anaknya sudah baik cukup menjadi menunggu lama. Inilah alasan ada adagium jika siswa yang nilainya kurang atau mendapat peringkat terbawah di kelas dipanggil paling akhir. Padahal, urutan pemanggilan tersebut diserahkan kepada masing-masing wali kelas.

Dulu, saat pertama menjadi wali kelas, saya pernah melakukan urutan pemanggilan berdasarkan peringkat nilai. Sebelum memulai pembagian rapor, saya mengurutkan terlebih dahulu nama siswa berdasarkan peringkat nilai. Meski, saya tidak menuliskan peringkat siswa di papan tulis karena sudah tidak perlu lagi.

Walaupun bagus dan sesuai tradisi, tetapi saya kasihan dengan wali murid yang anaknya memiliki nilai kurang tetapi datang lebih awal. Kalau mereka dipanggil pada urutan akhir, maka bagi saya hal itu tidaklah adil.

Mereka sudah niat untuk mengambil rapor dengan datang lebih awal dan seharusnya mendapatkan apresiasi lebih. Biasanya, saya sering menemui siswa yang secara akademik kurang dan butuh bimbingan tetapi sang orang tua begitu perhatian dengan datang menerima rapor tepat waktu. Belum lagi jika mereka masih ada pekerjaan lain, rasanya kok tidak tepat jika memanggil nama berdasarkan peringkat nilai.

Memanggil Nama Siswa Berdasarkan Kehadiran

Akhirnya, saya memutuskan untuk membagi rapor berdasarkan urutan kehadiran. Mereka yang datang lebih dulu akan saya panggil lebih dulu. Saya berpedoman pada urutan kehadiran yang ada di aula.

Biasanya, Kepala Sekolah mengumpulkan seluruh wali murid dalam tiap angkatan di dalam aula sebelum masuk ke ruang kelas masing-masing karena ada pengarahan.Biasanya, saya meminta rekan guru lain yang sudah selesai membagi rapor untuk mengurutkan rapor sesuai urutan kehadiran. Mereka yang datang lebih dulu akan saya panggil lebih awal berapa pun nilai dari sang anak.

Kadang, saya meminta siswa kelas 6 yang secara mental sudah matang untuk membantu saya. Kertas daftar hadir saya fotokopi sebentar dan meminta mereka mengurutkan. Anak-anak tersebut senang sekali jika diberi tanggung jawab demikian.

Kegiatan ini memang cukup merepotkan. Walau begitu, dengan cara ini, saya bisa mengapresiasi wali murid yang datang tepat waktu. Apresiasi ini juga jadi pembelajaran juga karena tidak semua orang bisa meluangkan waktunya sebentar untuk mengambil rapor siswanya.

Meski, saya paham bagi beberapa wali murid dengan kesibukannya yang luar biasa harus terlambat datang mengambil rapor. Mereka biasanya meminta izin dahulu akan mengambil rapor saat siang hari atau keesokan harinya.

Pemanggilan Rapor Berdasar Kepribadian dan Kedisiplinan Siswa

Jika tidak berdasarkan urutan kehadiran, saya bisanya mengelompokkan urutan pemanggilan berdasarkan kriteria siswa di kelas. Saya kelompokkan siswa semisal yang sering datang terlambat dalam satu kelompok. Siswa yang sering tidak mengerjakan tugas dalam kelompok. Siswa yang gemar berbicara di kelas dalam satu kelompok.

Pengelompokan seperti ini akan mempermudah saya untuk bisa memberi feedback pada wali murid. Saya bisa memberi arahan dengan isi yang saling berkaitan. Perlu diketahui, jika kita menjadi wali kelas, salah satu tantangan kita adalah memberi feedback yang tepat kepada wali murid saat pembagian rapor.

Jujur, saya sering nge-blank ketika akan memberikan feedback tersebut karena manusiawi tidak bisa tepat mengenal dan memahami semua siswa saya yang lenih dari 30 anak. Maka dari itu, agar bisa tertata rapi, saya mengelompokkan urutan pemanggilan rapor berdasarkan isi dari feedback yang akan saya paparkan.

Pemanggilan rapor berdasarkan nomor urut absen juga pernah saya lakukan. Pemanggilan dengan cara seperti ini juga mempermudah wali kelas. Selain bisa diurutkan, juga menghemat untuk proses memasukkan nilai ke buku induk.

Pada masa sekarang, tentu penerimaan rapor tidak seperti dulu karena adanya pandemi. Banyak sekolah yang masih melakukan kegiatan ini melalui daring atau pertemuan zoom bersama. Namun, ada pula yang sudah melakukannya secara luring seperti dulu.

Fleksibiltas Pengambilan Rapor pada Masa Pandemi

Sebenarnya, pengambilan rapor dengan adanya pandemi tidaklah harus bersamaan. Tidak harus mengumpulkan wali murid dalam satu tempat. Wali kelas bisa membagikan video arahan dari Kepala Sekolah melalui WAG kelas masing-masing. Wali murid bisa datang ke sekolah kapan saja asal masih dalam waktu yang ditentukan, semisal dua hari kerja.

Fleksibilitas semacam ini akan membuat wali kelas lebih leluasa dalam memberikan feedback sang siswa kepada wali murid tanpa terbebani dengan durasi waktu. Jalinan komunikasi pun akan semakin erat dan bisa meningkatkan prestasi belajar siswa di masa sulit ini.

Dengan fleksibillitas waktu dan komunikasi antara wali kelas dan wali murid, akan ada poin penting yang bisa digarisbawahi seputar siswa. Poin penting ini akan sangat berguna bagi guru kelas tingkat selanjutnya dalam memberikan treatment yang tepat pada siswa.

Misalkan, sebagai wali kelas 5, setelah berkomunikasi dengan para wali murid saat pembagian rapor, saya bisa mencatat dengan detail seputar karakter siswa saya selama satu tahun.

Nantinya, saya bisa memberikan catatan tersebut kepada guru kelas 6 agar bisa lebih baik dalam membimbing mereka. Jadi, saya tidak terburu waktu dan begitu saja menyerahkan siswa saya pada guru tingkat selanjutnya. Layanan pendidikan pun akan lebih baik karena ada keberlanjutan yang tak terputus dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya.

Jadi, apakah masih zaman memanggil nama siswa berdasarkan urutan peringkat nilai?
Kita diskusi yuk!



16 Comments

  1. Halo Mas Guru Ikrom. Apa kabar? 😃
    Awalnya aku mengira bahwa saat ini sudah masuk pembagian rapor akhir semester. Tapi kok ini baru bulan Oktober, ya. Eh ternyata rapor tengah semester.. 😅
    Aku tidak ingat. Rasa-rasanya ketika sekolah dulu, kami tidak ada pembagian rapor tengah semester. Apa ini mungkin aturan baru ya?
    Kemudian, untuk pembagian rapor berdasarkan nilai terbaik, ketika sekolah pun seperti ini. Namun tidak benar-benar 1-40 berurutan. Biasanya 1-10 saja yang berurutan. Kemudian, untuk peringkat 11 sampai seterusnya, itu acak saja. Seringnya begitu kami dulu mas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. belum mas masih PTS hehe
      kalau PAS nanti bulan desember
      iya biasanya peringkat awal urut ya kalau yang akhir engga

      Delete
  2. bener banget, Maaas. Aku juga pernah membagi rapor berdasarkan peringkat, tapi kok rasanya nggak adil banget sama peringkat2 yg terakhir. Setelah itu, izin ke kepala Madrasah untuk membagi rapor berdasarkan kehadiran yg paling cepat datang. Hhh
    trs pas pandemi, pembagian rapor online semua. dikirim file pdf-nya ke masing2 wali murid

    ReplyDelete
    Replies
    1. tidak sesuai dengan sila kelima pancasila ya mbak hehe
      kasian yang datang awal

      Delete
  3. Saya fikir penerimaan rapor amat penting untuk pelajar, ibu-bapa dan guru. Ini adalah masa perbincaraan antara murid, ibu-bapa dan guru. Saya setuju dengan anda penerimaan rapor memberi peluang untuk guru untuk bincang tentang kurikulum darjah dan untuk memberi informasi kepada ibu-bapa tentang hal-hal pendidikan. Semasa anak saya ada disekolah saya tidak terlepas mesyuarat ini satu kali pun. Sekolah anak saya ada penerimaan rapor dua kali satu tahun. Tiap-tiap kali, guru memberitahu saya, "Anak puan rajin tetapi nakal, kadang-kadang anak you tiada dalam kelas tetapi berjoging di padang!" Guru dan anak saya pun ketawa bersama sahaja!! Kesian saya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahahha berjoging di padang itu maksudnya apa ya
      apa lari-lari di depan kelas begitu
      memang saran dari guru kadang membuat tertawa ya

      Delete
  4. Kalo disini sepertinya yang datang lebih awal itu yang dipanggil lebih dulu sama wali kelas mas Ikrom, tidak berdasarkan nilai atau peringkat. Bahkan ranking berapa sekarang juga tidak ada, yang ada hanya nilai, saran serta masukan dari guru agar anak lebih rajin belajar atau pertahankan nilai yang bagus.

    Tapi kalo berdasarkan peringkat rasanya kasihan sama anaknya, ketahuan kalo yang terakhir itu kurang pintar.

    Syukurlah sudah diubah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas kasian sama anak didiknya jadi kayak diskriminasi gitu ya

      Delete
  5. Saya setuju kalau pengambilan rapor berdasarkan kehadiran mas, jadi yang datang lebih dulu bisa ambil lebih dulu juga, meski mungkin nilainya ada di urutan tengah atau belakang. Soalnya kasihan kalau sudah datang duluan eh ternyata anaknya dapat nilai rendah dan dipanggil belakangan, means bisa menunggu berjam-jam 🙈

    Selain itu, nggak enak rasanya pasti kalau dipanggil terakhir, otomatis orang-orang akan berpikir, oh terakhir karena anaknya bernilai rendah dan bisa membuat mental anak jadi jatuh yang dikawatirkan. While dipanggil secara urutan kehadiran kan nggak ketahuan peringkatnya berapa, biar guru dan ortunya saja yang tau 😅 hehehe.

    Saya dulu jaman sekolah kayaknya guru saya panggil ortu berdasarkan peringkat siswa, tapi itu duluuu bangets yaaah, jadi harapan saya semakin ke sini sudah semakin banyak perkembangan yang lebih nyaman dan adil bagi para orang tua 😆

    Well eniweis, thank you for sharing, mas Ikrom 🥳

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iya kasian juga ya mbak kalau sampai jatuh mental
      padahal setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing masing

      Delete
  6. Beberapa tahun menjelang saya pensiun di sekolah kami tak lagi membagikan Rapor berdasarkan urutan rangking. Paling yang urut 1-5. Selamat malam Ma Ikram.

    ReplyDelete
  7. Kasihan menurutku kalau ada sekolah yg masih pake sistem tertinggal begini.. huhu
    Aku sewaktu SD, sistem juga make begini.. Para orang tua yg anak2nya rangking 10 besar terlihat berbangga gitu tuh. Sedangkan anak yg terakhir. Kebayang gimana isi hatinya..

    Semoga sistem begini udah nggak ada ya..

    Lebih enak siapa yg datang dluan, dia yang nerima.. itu malah lebih legowo. Pesan guru juga nyampe ke orang tua dan anak dengan sangat baik.

    ReplyDelete
  8. Dulu di zamanku, pembagian rapor ya berdasarkan kehadiran si wali yg duluan datang mas. Ga pernah sih selama aku di sana berdasarkan peringkat. Ga adil juga menurutku. Kasian wali yg dipanggil trakhir. Dia malu juga pastinya. Lebih setuju kalo berdasarkan kehadiran aja. :).

    Kalo anakku kemarin, based on nomor urut absen si anak :D. Jadi udah ada jam nya. Aku tinggal DTG pas jamnya anakku dupanggil

    ReplyDelete
  9. Kalau di sekolah tempat saya mengabdi, pembagian rapor di ambil berdasarkan urutan siapa yang pertama kali datang berdasarkan daftar hadir yang ditulis orang tua atau wali siswanya. Jadi siapa yang cepat datang, dia yang duluan dikasih rapor-nya

    ReplyDelete
  10. Oh, uts pake raport ya.. di sekolah anak2ku raport klo pas semesteran aja.

    Dulu...ngambil raport itu moment mendebarkan sebagai orang tua. Anakku bener nggak, paham nggak sekolahnya...karena intinya kan menerima nilai dari pihak lain (sekolah)

    Tapi semenjak belajar offline, anak2 aku yakin banyak copy-paste padahal blm tentu paham. Gurupun aku yakin susah ngasih nilai obyektif karena susah bedain mana yang paham beneran atau bisa dapat skor bagus karena dibantu/googling...raport susah dijadikan tolak ukur. Jadi cuma formalitas doang.

    Disekolah anakku...raport disusun berdasar abjad/presensi..yang bisa ambil duluan, ya yang datang awal.

    ReplyDelete
  11. wakakkaka...aku kok dadi kelingan deh...aku n pak suami iki selalu guyonan masalah nilai dan akademik...secara mbiyen aku dibilang doi anak negeri jadinya ciri cirine iki pesti mengutamakan akademik...makane nek ga rangking 3 besar serasa duwe beban moral po maneh wong tua kayak sedikit menuntut nek anake pinter...hwahahhah #curhadd..sedangkan mas bojo kebalikanku banget mas ikrom, aku dan dekne kan biyen 1 sma neng ga ketemu sih soale jarake kami adoh, aku sd dia SMa hahah..nah dia termasuke murid sing mbeler sih jadi di beberapa pelajaran siki sering crita dulu langgangan bijine abang, disetrap guru, trus pas pelajaran fisika nek ga salah doi kan sengaja ngarang jawabe ujian...maksude naruh ngrandom pilihan a, b, c, d ne dikira kira presentasi nya berapa persen...alhasil pas dibagikan tes e e alah bijine abang, jare bojoku nek saiki crita karo guyonan dia dipanggil guru fisikane trus mamake suruh tanda tangan e ama dia tanda tangane dipalsu hahhahahahhaha...ampun deh...abis itu fia sering nyeletuk kok bisa sih aku gelem ama doi sing biyen iki termasuke mbeler, padahal aku sekolah langganan rangking 3 besar terus sejak sd mpe SMa hahahhah

    ReplyDelete
Next Post Previous Post