Meski Sudah Berdiri Mall di Kota Patria, Alun-Alun Blitar Tak Akan Tergantikan

Alun-alun Blitar
Para pedagang yang berjualan di Alunlunn-Alun Blitar.

Kondisi perut kenyang setelah makan di warung lesehan tak membuat saya malas untuk berjalan.

Masih ada sekitar tiga jam sebelum Kereta api Penataran mengantarkan saya kembali ke Malang. Saya masih penasaran dengan isi bangunan Mall yang saya temui saat baru tiba di Kota Blitar. Mall ini berdiri megah tak jauh dari alun-alun dan mematahkan olok-olok saya terhadap rekan dari Blitar saat kuliah dulu.

Akhirnya ada Mall di Blitar. Entah saya yang kuper karena jarang main ke kota ini tetapi saya sangat takjub. Kota yang saya anggap sepi dari kegiatan nongkrong di Mall ini ternyata punya Mall juga. Tak perlu waktu lama, saya pun masuk ke Mall bernama Blitar Square itu.

Saya kaget karena saya kira hanya supermarket yang buka pada Mall ini. Maklum, pelonggaran PPKM masih baru saja diberlakukan. Namun, saaya melihat beberapa orang asyik nongrong di lantai atas. Mereka sepertinya asyik memandangi pemadangan sekitar termasuk saya yang bengong mengapa mereka bisa seasyik itu nongkrong.

Di lantai satu, saya disambut oleh sales mobil yang menyerocos mengenai barang dagangannya. Sambil tersenyum ala-ala Miss International, saya pun menolak dengan halus selebaran yang mereka bagikan. Saya langsung menuju ekskalator yang masih belum berfungsi. Entah apa alasan pengelola Mall ini tidak memfungsikan eksalator tersebut. Bisa jadi, mereka mengurangi beban biaya operasi Mall ini yang belum banyak pengunjung.

Tiba di lantai dua, suasana hening masih saya rasakan. Dua orang anak kecil yang bermain mobil mainan listrik tampak asyik bermanuver layaknya pembalab F1. Di lantai dua ini juga terdapat sebuah game center yang juga masih sepi. Pun demikian dengan sebuah tenant pakaian yang pramuniaganya sibuk bermaian gawai alias tak ada satu pengunjung pun yang datang.

Blitar Square
Dua anak bermain mobil mainan listrik.

Saya pun langsung naik ke lantai tiga tempat pengunjung yang nongkrong saya lihat. Lagi-lagi, ekskalator tak menyala sehingga saya harus naik secara manual. Di sini, saya menemukan sebuah restoran cepat saji yang masih tutup. Di lantai tiga ini pula, ternyata ada sebuah bioskop yang juga belum beroperasi. Nah, barulah di dekat bioskop tersebut, saya melihat beberapa warga Blitar yang tengah menghabiskan akhir pekan. Mereka asyik bercengkrama sembari menyantap makanan dari sebuah food court di satu-satunya Mall di Kota Patria ini.

CFC Blitar Square
Restoran cepat saji yang masih tutup.
 


CGV Blitar Square
Bioskop CGV yang belum beroperasi

Saya tak tertarik untuk nongkrong karena perut saya sudah kenyang. Rupanya, PPKM masih membuat Mall ini belum bisa bergairah. Saya pun memutuskan untuk mencari tongkrongan baru kalau bukan alun-alun. Bagi saya, mengunjungi alun-alun hukumnya fardhu ain ketika bertandang ke sebuah kota. Alun-alun adalah representasi tempat hiburan rakyat yang sampai kapan pun akan menjadi jujugan.

Blitar Square
Food court di lantai 3

Hanya perlu berjalan kaki sekitar 200 meter, saya tiba di alun-alun yang meriah dengan warna merah ini. Di sebrang alun-alun, tampak Taman Pecut yang juga masih tutup. Taman ini juga memiki ikon ikan koki sebagai fauna khas Kota Blitar. Saya memilih duduk di sebuah kursi di belakang seorang penjual balon mainan. Ia membiarkan balon mainannya tertiup angin kencang dengan memberinya sebuah pemberat. Pedagang itu tampak asyik bermain gawai sembari sesekali membetulkan barang dagangannya.

Alun-Alun Blitar
Suasana ramai di Alun-Alun Blitar

Berbeda jauh dengan suasana Mall yang hening, kemeriahan warga yang berwisata di Alun-Alun Blitar tersebut tampak jauh lebih meriah. Walau belum normal, tetapi hampir semua sudut bangku dan tempat duduk telah dipenuhi warga. Pedagang makanan, minuman, dan mainan berjejer rapi untuk memenuhi trotoar dan badan alun-alun sebelah selatan. 

Alun-Alun Blitar
Seorang ayah yang mengajak dua putranya bermain di tengah rumput Alun-alun Blitar

 

Padahal, larangan untuk berjualan di Alun-Alun Blitar terpampang nyata di beberapa sudut landmark itu yang mengindikasikan sebenarnya daerah itu bukan peruntukan untuk berjualan. Walau demikian, tak tampak satu pun satpol PP atau petugas keamanan lain yang berlalu lalang. Kondisi yang sangat berbeda dengan alun-alun Malang yang belum banyak pedagang bebas berjualan. Kebebasan yang didapatkan di Alun-Alun Blitar ini sedikit banyak menjawab mengapa tempat ini sudah ramai meski PPKM belum berakhir.

Alun-alun Blitar
Larangan berjualan di Alun-alun Blitar

Masyarakat bisa dengan leluasa untuk mendapatkan hiburan sederhana, murah, dan tanpa banyak aturan. Masyarakat juga bisa mendapatkan udara segar, bercengkrama dengan keluarga, dan tentunya mengais rezeki yang kini seakan susah untuk didapat. Ramainya Alun-Alun Blitar ini juga semakin meneguhkan fakta bahwa ruang terbuka alun-alun sampai kapan pun akan tetap dikuasai oleh rakyat jelata.

Sejarah panjang memang membuktikan alun-alun sudah menjadi tempat pertemuan berbagai orang di suatu tempat. Meski telah terjadi perang atau apa pun peristiwa sejarah yang ada, alun-alun adalah jujugan pertama orang-orang dalam berinteraksi. Kini, sejarah penyebaran virus covid-19 yang membuat interaksi orang semakin terbatas seakan menjadi uji ketahanan apakah alun-alun akan ditinggalkan oleh rakyat. Nyatanya tidak. Alun-alun Blitar ini adalah contohnya.

Wabah covid-19 juga menjadi momen apakah manusia bisa memikirkan tindakan yang akan mereka lakukan sekarang demi masa depan secara bijak. Seperti makna Pohon Beringin (Waringin) yang tumbuh subur di Alun-Alun Blitar ini. Pohon yang berasal dari kata "wri" yang berarti melihat/mengetahui dan "ngin" yang berarti memikirkan tindakan penjagaan masa depan. Jika direnungkan, sejenak duduk di alun-alun bisa sedikit banyak digunakan untuk merenungi apa yang terjadi sekarang.

Langkah kaki saya kemudian ingin melangkahkan kaki ke pusat ekonomi kota ini yang tak jauh dari alun-alun. Saya selalu menemukan pusat ekonomi berupa pertokoan, pasar tradisional, dan kompleks ekonomi lain tak jauh dari alun-alun. Kira-kira, apa yang akan saya dapat?  

8 Comments

  1. Panjang juga perjalanannya ya Pak, dari Mall sampai Alun2, dan ke posat kota, nah nemu apa di pasar Pak 😅

    Lebih asik di Alun2 memang soalnya Mallnya ga ada isinya, eskalator macet, bioskop tutup, mending ke Alun2 main balon 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. mayan panjang sambil nuggu jam hahahahahha

      iya lah mau ngapain juga ya...

      Delete
  2. wow sebuah kemajuan buat Blitar
    dulu kalau diminta untuk ikut ke blitar, banyak nolaknya, di pikiranku kalau ke blitar nggak kemana mana, cuman dirumah aja. Mall nya aja nggak punya, ke alun alun ya gitu gitu aja
    ehh sekarang udah ada mall, boleh juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iya mbak sama
      bingung juga ya mau ngapain
      sekarang banyak sekali destinasi yang bisa dituju

      Delete
  3. sama halnya dengan yang ada di blitar, alun2 jogja juga tetap menjadi t4 favorit meski mall sudah banyak berdiri. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kalau di alun-alun jogja emang ramai terus ya mas

      Delete
  4. Adem banget suasana Blitar.
    Mall barangkali akan rame setelah berakhirnya PPKM
    Lesehan di alun-alun sambil enjoy sepoi angin, wow banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. enak banget mbak sepoi sepoi
      apalagi pohon beringinnya rindang

      Delete
Next Post Previous Post