Empat Alasan Trans Jogja Tidak Banyak Digunakan Oleh Wisatawan

Alasan Trans Jogja sepi
Trans Jogja koridor 10 baru tiba di Stasiun Lempuyangan. Perlu waktu lebih dari 30 menit untuk menunggu bus ini.

Trans Jogja adalah moda transportasi umum berbasis bus di wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta.

Layanan ini adalah layanan BRT kedua di Indonesia setelah Trans Jakarta. Mengaspal sejak 2008, saat ini Trans Jogja sudah memiliki 11 koridor yang menjangkau hampir setiap wilayah di Jogja. Trans Jogja juga menjadi transportasi umum di Kota Jogja.

Walau sudah berjalan lebih dari 14 tahun, nyatanya Trans Jogja belum menjawab permasalahan transportasi di kota ini. Jogja tetap saja macet dan ruwet. Tidak hanya itu, jumlah penumpang Trans Jogja terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir.

Pada 2015, jumlah penumpang Trans Jogja mencapai 6.468.678. Jumlah itu turun pada 2016 menjadi 6.459.181. Penurunan cukup signifikan terjadi pada 2017 yakni hanya 5.999.335 atau terjadi penurunan penumpang sebanyak 588.068. Jumlah itu terus merosot pada 5.550.610 pada 2018. Saat pandemi kemarin, jumlah penumpang Trans Jogja makin menyusut tinggal 2.776.667 saja pada 2020. Akibatnya, Dishub DIY selaku penanggung jawab Trans Jogja mengurangi jumlah armada bus yang beroperasi. Dari 128 unit menjadi 95 unit saja.


Makin menurunnya minat masyarakat untuk naik Trans Jogja memang sangat disayangkan. Angkutan umum yang dulunya bisa diharapkan menjadi persoalan kemacetan ini kini hanya tinggal menyisakan armada yang kosong penumpang. Beberapa bahkan hanya terlihat sopir dan kernetnya yang beputar-putar di jalanan Kota Jogja.

Baca juga: Apa Beda Trans Jogja dengan Teman Bus Jogja?

Padahal, Kota Jogja dikenal sebagai kota wisata yang tentu bisa menarik minat mereka naik Trans Jogja. Sayang, sebagian besar atau bahkan hampir 99% wisatawan yang datang ke Jogja enggan menggunakan Trans Jogja. Apa alasannya?

Jumlah penumpang Trans Jogja 2012-2021
Jumlah penumpang Trans Jogja 2012-2021

Waktu Tempuh dan Waktu Tunggu yang Tidak Pasti

Wisatawan yang datang ke Jogja pasti hanya memiliki sedikit waktu untuk berjalan-jalan. Mereka akan memaksimalkan waktu untuk berkeliling Jogja sampai puas. Dengan naik Trans Jogja, maka hal itu tidak akan bisa dilakukan karena waktu tunggu Trans Jogja sangat lama.

Jika tidak sedang macet bisa sekitar 20 menit. Jika saat ramai di jalanan, maka bisa 30 menit atau bahkan 1 jam. Saya pernah melihat seorang bule asal Prancis yang cukup kecewa ketika akan naik Trans Jogja di sebuah halte. Ia rupanya sudah menunggu sekitar 50 menit dan belum ada satu pun bus yang lewat. 

Alasan Trans Jogja sepi
Layar petunjuk bus yang tidak berfungsi

Beberapa wisatawan asal Jakarta juga pernah mengeluhkan hal sama. Mereka menyesal untuk mencoba Trans Jogja karena harus membuang banyak waktu untuk menunggu di sebuah halte. Padahal, mereka sudah memiliki banyak rencana untuk mengunjungi beberapa tempat tertentu. 

Baca juga: Keliling Jogja dengan Trans Jogja

Lamanya waktu tunggu ini juga disebabkan bus sering istirahat dahulu setelah menjalani satu putaran. Waktu istirahat tersebut juga cukup lama sampai 20 menit. Contohnya, ada bus rute 1B yang baru tiba di Halte Bandara Adi Sucipto sudah siap diserbu oleh calon penumpang. Ketika mereka mendekati pintu halte, ternyata bus harus istirahat dulu. Otomatis, mereka harus menunggu lagi.

Alasan Trans Jogja sepi
Halte Trans Jogja yang sepi

Ada juga bus yang harus mengisi solar dulu di SPBU yang bukan menjadi jalurnya. Contohnya bus rute 2A dari Condong Catur ke arah Malioboro. Bus ini seharusnya melewati Jalan Monjali lalu menuju Jalan AM Sangaji hingga sampai di sekitaran Stasiun Tugu. Bus pun harus melewati jalanan macet dan malah menambah waktu tempuh.

Rute yang Tidak Dipahami dan Berputar-Putar

Enggannya wisatawan naik Trans Jogja juga disebabkan oleh rute Trans Jogja yang belum bisa dipahami dan berputar-putar. Wisatawan banyak yang takut tersesat sehingga mereka tidak bisa kembali ke tempat asal. Tidak hanya itu, untuk menuju sebuah tempat yang seharusnya bisa berjalan lurus, maka mereka harus naik bus beberapa kali. Setiap kali transit, mereka juga harus menunggu lama lagi. Kebayang kan betapa bosannya?

Alasan Trans Jogja sepi
Rute yang berputar-putar

Beberapa rute memang menjadi salah satu incaran wisatawan karena melewati tempat penting. Rute tersebut adalah rute 1A dari Malioboro ke Prambanan dan rute 1B dari Bandara Adisucipto ke Taman Pintar. Naasnya, dua rute tersebut kini juga mulai berkurang jumlah busnya. Alhasil, waktu tunggu bus menjadi lebih lama.

Baca juga: Seberapa Murah Harga Makanan di Jogja

Seorang Bapak pernah memastikan waktu tunggu kepada petugas Halte Trans Jogja di Malioboro. Ia tak mendapatkan jawaban yang memuaskan karena sang petugas mengatakan tergantung kondisi jalan. Padahal, saat itu penumpang sudah bisa melacak posisi bus lewat aplikasi Trans Jogja. Implikasinya, Bapak tersebut yang mengajak anggota keluarganya enggan naik Trans Jogja.

Sopir Bus yang Ugal-ugalan

Meski tidak semua, Trans Jogja identik dengan sopir yang ugal-ugalan. Dibandingkan BRT lain, kalau boleh jujur naik Trans Jogja harus banyak diiringi bacaan salawat terutama saat naik atau turun di halte. Baru saja kaki menginjak bus atau halte, sang sopir langsung tancap gas bablas. Beberapa kali, saya melihat wisatawan yang mencoba merekam momen perjalanan mereka harus kaget karena bus sudah berjalan. Padahal, mereka belum duduk dengan baik.

Alasan Trans Jogja sepi
Sopir bus ugal-ugalan meski macet
 

Kondisi ini berbeda dengan beberapa BRT yang masih menyediakan waktu jeda bagi para penumpang untuk masuk ke bagian belakang bus. Saya sendiri pernah merasakan sendiri saat HP saya hampir jatuh ketika naik Trans Jogja. Saat itu saya baru membalas pesan WA dan belum sempat memasukkan HP ke dalam saku. Saat bus datang, saya pun masuk dan sang sopir segera tancap gas. Eh HP saya malah mau jatuh. Untung saja hanya tergores sedikit ya.

Alasan Trans Jogja sepi
Kartu Langganan Trans Jogja yang tak begitu berguna.

Sopir yang ugal-ugalan juga sering dikeluhkan oleh masyarakat Jogja. Beberapa kali terjadi insiden kecelakaan yang melibatkan sopir Trans Jogja. Beberapa diantaranya menyebabkan meninggalnya pemotor akibat terserempet badan bus. sopir Trans Jogja juga kerap melanggar lampu merah yang dikeluhkan pengguna jalan.

Menjamurnya Rental Motor

Alasan terakhir keengganan wisatawan menggunakan Trans Jogja menjamurnya rental motor. Dengan uang tak sampai 100 ribu, wisatawan bisa menyewa motor dalam sehari. Mudah dan irit. Mereka bisa bebas ke mana saja seantero Jogja tanpa menunggu waktu lama. Bahkan, banyak pemilik rental motor mau mengantarkan motor dan mengambilnya kembali sesuai kesepakatan dengan wistawan.

Harus diakui bahwa kemunduran Trans Jogja cukup disayangkan mengingat BRT ini sebenarnya punya potensi untuk menggaet banyak peminat. Semoga segera ada perbaikan dari Trans Jogja.

14 Comments

  1. Aku baru sekali naik bis ini waktu ke Jogya, itupun dari Malioboro ke terminal pas mau balik ke Jember 😀.
    Waktu awal awal ada bis ini di Jogya, rasanya HEPI banget bisa ngerasain jug
    Gak nyangka ya sekarang sepi yang naik. Dan memang kebanyakan wisatawan lebih banyak yang sew kendaraan, Karena bisa menclok sesuka hati

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak sekarang seoi banget aku juga hepi pas pertama kali naik sensasinya beda

      Delete
  2. Setelah baca tulisan ini, saya baru tau minat naik Trans Jogya terus menurun. Padahal dulu sya seneng banget naik Trans Jogya pada saat pertama kali beroperasi pas masih kuliah dulu. Rute favorit jalur 1A dan 1B.

    ReplyDelete
  3. Sebagai turis yg seneng ke Jogja, aku jujurnya LBH suka sewa motor atau mobil tiap kali kesana mas. Krn memang ga jelas ttg trans bus nya itu. Ditambah nunggu lama, Duuuh sayang waktu 🤣. Rugi yg ada.

    Memang harus ada perbaikan, kalo kepengin transportasi bus di sana sebagus rapid Penang, atau bis2 di Singapura dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak terutama soal waktu ya
      kalau lama nunggunya maka wisatawan males naik

      Delete
  4. aku nek meng jogja tinggal ngesot numpak kendaraane bapake...nek ora yo pramek mas, kendaraan titipke tasiun kutoarjo.. la kurang efektif nek sambung menyambung nggo bis jew...suwe le ngenteni. Biyen aku pernah ding ma bapakku pas arep tes dikancani bapak ke jogja...pertamane fari rumah numpak travrl...mbasan ke jogjane baru sambung menyambung naik bis iki..cuma yo kui lama banget hahahahahahah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener mbak dan muter mutere ya sing wegah waktue maleh entek ndek dalan hahahaha

      Delete
  5. Hadeeeehhh ini Jogja bukan cuman macetnya ya, busnya juga ikut macet wkwkwkw.
    Jujur seumur-umur ke Jogja tuh hanya pas pertama kali di tahun 2009 dulu.

    Masih belom terlalu macet, dan kami datang naik motor sih hehehe.

    Setelah itu, selalu naik mobil dan esmosi rasanya ngabisin waktu lama di dalam kota yang macet.

    Saya pernah mikir mau gunakan transportasi kayak bus kota gini, karena di Surabaya ada, harusnya Jogja juga kan, untung baca ini ya.
    Mending sewa motor deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak akhirnya banyak yang sewa motor buat keliling jogja
      soalnya habis waktunya

      Delete
  6. dulu banget zaman 2010-an naik trans jogja, habis itu nggak pernah lagi... kjemaren aku di jogja lebih suka naik gojek karena gak nunggu lama mas

    djangki | avant garde

    ReplyDelete
  7. Halo Mas Ikrom, terima kasih telah mengulas penurunan minat wisatawan untuk naik trans jogja. Saya tahu kenapa banyak wisatawan, terutama wisatawan mancanegara enggan naik trans jogja, karena trans jogja masih sampai sekarang memberlakukan wajib masker. Dan ini hal yang dihindari oleh turis wisman, karena turis wisman sendiri 'get away from their home country to travel, to feel the freedom, not being controlled and being told to put on that face mask'. They'd rather install online transport app and get wherever they want to go without being hassled to cover their face with mask all the time.

    Matursembah nuwun Mas .

    ReplyDelete
  8. Sekarang 1a pake bts yang nggak bisa dibawa ugal ugalan karena diawasi pusat

    ReplyDelete
Next Post Previous Post