Mengenal Tiga Tipe Terminal Beserta Standar Pelayanan Minimalnya

Tipe terminal A
Terminal Tirtonadi saat malam hari.

Terminal merupakan salah satu tulang punggung dalam layanan moda transportasi darat di Indonesia.

Terminal menjadi pusat aktivitas transportasi angkutan umum, mulai bus, angkutan umum, taksi, hingga beberapa moda transportasi lain. Terminal dibangun untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda.

Hampir semua kota di Indonesia memiliki terminal. Terminal juga bisa dikatakan sebagai pintu masuk lalu-lintas orang dan barang dari dalam dan keluar kota. Terminal juga menjadi salah satu parameter apakah penataan transportasi umum di kota atau wilayah tersebut sudah terlaksana dengan baik. Semakin apik pelayanan terminal, maka semakin bagus pula pelayanan transportasi umumnya.

Secara garis besar, terminal digolongkan menjadi 3 berdasarkan luas bangunannya dan standar pelayanan yang digunakan., yakni:

Terminal tipe A yang merupakan terminal dengan status tertinggi yang melayani keberangkatan dan kedatangan penumpang antar negara, antar provinsi, antar kota, dan wilayah pedesaan. Terminal tipe ini ditetapkan oleh Menteri Perhubungan RI yang memperhatikan masukan gubernur. Salah satu contoh Teriminal Tipe A adalah Terminal Tirtonadi Solo.

Terminal tipe B merupakan terminal yang melayani keberangkatan dan kedatangan penumpang antar kota dalam provinsi dan wilayah pedesaan. Terminal ini ditetapkan oleh Gubernur (Kepala Daerah Tingkat 1) dengan masukan Bupati/Wali Kota. Terminal tipe B tidak melayani transportasi antar provinsi. Contoh terminal Tipe B adalah Terminal Landungsari Malang.

Terminal tipe C adalah status terminal paling rendah yang hanya melayani transportasi pedesaan atau wilayah aglomerasi saja. Wilayah aglomerasi merupakan wilayah di sekitar suatu kota yang masih menyatu dengan wilayah kota tersebut meski secara administrasi tidak masuk dalam wilayah kota tersebut. Contoh terminal tipe C adalah Terminal Condong Catur Jogja. Terminal ini berada di wilayah Condongcatur, Depok, Sleman dan hanya melayani keberangkatan bus dan angdes di sekitar Sleman dan Jogja saja. Terminal tipe C ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan masukan dari SKPD terkait.

Persamaan Standar Pelayanan Tiga Tipe Terminal

Baik Terminal Tipe A, B, dan C semuanya memiliki standar pelayanan minimum (SPM) sendiri. Ada beberapa SPM yang sama diantara ketiganya. Beberapa SPM yang sama dintara ketiga tipe terminal tersebut salah satunya adalah SPM keselamatan.

Baca juga: Pilih Kereta Api atau Bus?

Setiap terminal harus menyediakan lajur pejalan kaki yang meminimalkan pergesekan dengan kendaraan bermotor. Di dalam terminal, harus ada fasilitas keselamatan jalan seperti rambu, marka, penerangan jalan, dan pagar). Adanya jalur evakuasi dan alat pemadam kebakaran juga wajib tersedia di dalam terminal sebagai mitigasi bencana yang bisa datang sewaktu-waktu.

Tipe terminal A
Terminal Purwokerto merupakan terminal Tipe A

Tersedianya pos, fasilitas, dan petugas kesehatan juga menjadi hal wajib di setiap terminal apa pun tipenya. Pos-pos dengan tenaga yang berjaga ini menjadi kunci dari standar operasional terminal yang layak. Agar memenuhi kelayakan angkutan umum yang beroperasi, setiap terminal juga wakib menyediakan fasilitas dan petugas kelaikan kendaraan umum.

Fasilitas keselamatan, petunjuk jalu evakuasi, dan titik kumpul yang mudah terlihat jelas juga wajib dimiliki setiap terminal. Tujuannya, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, proses evakuasi orang bisa berjalan cepat dan tidak menimbulkan korban. Petunjuk informasi kesehatan dan pemeriksaan kendaraan bermotor juga wajib dimiliki oleh setiap terminal.

Perbedaan Standar Pelayanan Tiga Tipe Terminal

Setiap terminal juga wajib memiliki SPM keamanan, keandalan/keretaturan, dan kenyamanan. Meski begitu, ada perbedaan yang cukup mencolok diantara beberapa SPM tersebut tergantung tipe terminalnya.

Standar Keamanan

Untuk terminal tipe A dan B wajib menyediakan pos keamanan, kamera pengawas, dan titik pengamanan tertentu. Sementara, untuk terminal tipe C hanya wajib menyediakan pos keamanan. Ketiga terminal wajib menyediakan stiker berisi informasi kontak yang dapat dihubungi jika terdapat gangguan keamanan.

Tipe terminal A
Bus Trans Jatim parkir di Terminal Porong yang merupakan terminal Tipe B

Terminal tipe A wajib menyediakan minimal 2 petugas keamanan berseragam yang mudah terlihat. Sementara, terminal tipe B dan C wajib menyediakan minimal 1 petugas keamanan berseragam yang mudah terlihat. Meski begitu, jumlah 2 petugas keamanan untuk terminal tipe A rasanya kurang. Beberapa terminal tipe A malah menyediakan lebih dari 10 petugas keamanan yang mudah terlihat dan tersebar di beberapa titik.

Standar Keandalan dan keteraturan

Ketiga tipe terminal wajib menyediakan jadwal kedatangan dan keberangkatan kendaraan beserta tarifnya. ketiganya juga wajib menyediakan jadwal kendaraan umum dalam trayek lanjutan beserta realisasi jadwal secara tertulis.

Baca juga: Sering Membawa Petaka, Begini Cara Memilih Bus Pariwisata

Nah, standar ini yang belum banyak dipenuhi oleh banyak terminal di Indonesia. Beberapa terminal memang sudah menyediakan jadwal terutama jadwal BRT semisal Terminal Tirtonadi. Di terminal ini ada jadwal BRT Trans Jateng berisi jam keberangkatan bus tiap 15-30 menit.

Kondisi Terminal Condongcatur yang merupakan terminal tipe C dengan layanan angkutan di seputar wilayah Kota Jogja.

Tidak terpenuhinya SPM keandalan ini membuat banyak calon penumpang lebih memilih menunggu kendaraan umum di luar terminal. Mereka tidak yakin dengan jadwal kedatangan dan keberangkatan angkutan umum. Alhasil, muncul terminal bayangan di luar terminal. Kondisi diperparah dengan para sopir dan kernet angkutan umum yang juga lebih memilih ngetem lama di luar terminal. Akibatnya, terminal menjadi sepi dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Terminal Tipe A dan B juga wajib menyediakan loket penjualan tiket yang tetap dan teratur. Beberapa terminal sudah memenuhi standar ini. Salah satunya adalah Terminal Bulupitu Purwokerto. Di dalam terminal, ada sekitar 20 loket bus AKAP yang melayani penumpang setiap hari. Mereka memiliki banyak rute dengan variasi harga yang sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

Baca juga: Pengalaman, Tata Cara Naik Feeder Trans Semarang

Walau banyak calo yang masih berkeliaran, nyatanya para penumpang sudah bisa langsung menuju loket dan membeli tiket. Mereka bisa memastikan ketersediaan tiket dari loket. Petugas terminal selalu memberi informasi melalui pengeras suara berulang kali agar para penumpang membeli tiket melalui loket resmi yang sudah disediakan oleh pihak terminal.

Kondisi sebaliknya terjadi pada Terminal Bungurasih Surabaya. Banyak loket yang tidak menjual tiket dengan harga wajar. Pun demikian dengan Terminal Giwangan Jogja. Calo mudah sekali mendapatkan korban dan menjual tiket dengan harga yang tidak wajar. Tidak terpenuhinya SPM ini juga membuat banyak penumpang jarang membeli tiket lewat loket di terminal. Kini, kebanyakan penumpang bus membeli tiket melalui agen atau aplikasi pemesanan. Sementara itu, terminal tipe C tidak wajib menyediakan SPM ini.

Terminal tipe A dan B wajib menyediakan kantor penyelenggara terminal, control room, dan SIM Teriminal. Sementara, terminal tipe C hanya wajib menyediakan kantor penyelenggara terminal saja. ketiga tipe terminal wajib menyediakan petugas operasional terminal yang mengatur operasional terminal agar teratur.

SPM Kenyamanan

Ketiga tipe terminal wajib menyediakan ruang tunggu dengan tempat duduk. Area ruang tunggu harus bersih dan 100% tidak berbau. SPM ini juga banyak yang tidak dipenuhi oleh banyak terminal di Indonesia. Banyak terminal yang ruang tunggunya kotor dan berbau apek. Belum lagi dengan adanya pengamen dan pengemis di dalamnya.

Baca juga: Beberapa Kemudahan Naik Bus Batik Solo Trans

Untuk toilet sendiri, semua terminal juga wajib menyediakan. Hanya saja, kapasitas toilet pada terminal tipe A lebih banyak dibandingkan terminal tipe B dan C. Demikian pula dengan fasilitas musala dan ruang terbuka hijau.

Setiap terminal juga wajib menyediakan rumah makan sesuai kebutuhan. Hanya saja, kebanyakan harga makanan di terminal memang jauh lebih tinggi jika dibandingkan di tempat lain. Ketiganya juga wajib menyediakan smoking area, tempat istirahat awak, drainase yang memadai, penerangan yang cukup.

SPM Kemudahan/Keterjangkauan

Keterjangkauan menjadi salah satu kunci dari layanan terminal. Enggannya calon penumpang lebih banyak disebabkan kurangnya keterjangkauan terhadap angkutan umum. Terminal tipe A dan tipe B harus memiliki jalur keberangkatan kendaraan yang tetap dan teratur yang terpisah dengan jalur penurunan penumpang. Tidak boleh terdapat persilangan dengan kendaraan lain.

SPM ini banyak dilanggar oleh banyak terminal. Banyak terminal yang masih mencampur jalur penurunan penumpang dengan jalur keberangkatan. Contohnya adalah Terminal Purabaya. Di sini, jalur kedatangan bus AKAP berada dekat sekali dengan jalur keberangkatan Suroboyo Bus. Alhasil, banyak penumpang yang sering hampir terserempet bus AKAP yang baru saja datang. Untung saja, banyak pedagang di dekat jalur tersebut meneriaki penumpang. Entah karena minimnya lahan, yang jelas pencampuran semacam ini sebenarnya tidak baik.

Angkot di Malang ngetem di terminal bayangan karena tidak terpeuhinya SPM Terminal.

Pun demikian dengan Terminal Tirtonadi. Jalur kedatangan BRT Batik Solo Trans  menyatu dengan keberangkatan Bus AKAP. Para penumpang harus berjalan kaki jika akan transit BRT melewati jalur keberangkatan bus AKAP. Kondisi yang tak nyaman dan berbahaya. Sementara itu, terminal tipe C hanya wajib menyediakan jalur pemberangkatan yang tetap saja.

 

Keberangkatan Bus BRT Trans Jateng dan Batik Solo Trans yang bercampur dengan bus AKAP/AKDP di Terminal Tirtonadi.

Terminal tipe A dan B wajib menyediakan informasi gangguan perjalanan bus. informasi ini wajib diberikan maksimal 10 menit setelah terjadi gangguan dan harus jelas terdengar dengan intensitas 20 dB lebih besar dari kebisingan yang ada. Sementara, terminal tipe C tidak wajib menyediakannya. Informasi ini juga sering tidak dilakukan dengan baik. Banyak penumpang yang malah tahu adanya gangguan dari sopir, kernet, maupun pedagang asongan.

Standar pelayanan terakhir yang hampir tidak dilakukan oleh terminal tipe A dan B adalah tersedianya penitipan barang sesuai kebutuhan. Padahal, fasilitas ini sangat penting terutama jika penumpang akan salat atau pergi ke kamar mandi mengingat mereka sudah melakukan perjalanan jauh.

Itulah beberapa SPM tiga tipe terminal yang seharusnya dipenuhi. Semoga saja semakin banyak terminal yang mampu melayani penumpang sesuai dengan standar pelayannya.

Post a Comment

Next Post Previous Post