Hujan di Dalam Bus

 

hujan di dalam bus
Apa yang kalian lakukan ketika hujan di dalam bus??

Selain hujan dan rebahan di dalam rumah, merasakan hujan di dalam bus juga merupakan sebuah hal yang menyenangkan.

Apalagi, jika perjalanan menggunakan bus saya lakukan dalam waktu yang cukup lama. Semisal, lebih dari 5 jam. Lamanya perjalanan di dalam bus membuat saya kerap menikmati suasana hujan di luar yang turun dengan deras.

Memang, kalau boleh jujur, saya lebih suka perjalanan di dalam bus ditemani cuaca cerah. Alasannya, saya bisa leluasa memandang suasana di luar bus dari balik kaca. Tidak terhalang oleh derasanya air hujan atau kabut yang menyelimuti kaca bus. Melakukan perjalanan di saat cuaca cerah juga membuat hati saya tenang dan tidak was-was. Tidak galau bagaimana saya menuju tempat yang saya inginkan selepas turun dari bus.

Baca juga: Hujan dan Rebahan

Biasanya, saya sudah merasakan tanda-tanda akan turun hujan sebelum naik bus. Ketika di dalam terminal, di halte, maupun di dalam pool bus tempat keberangkatan bus. Cuaca yang sangat panas ditambah dengan langit mendung yang tampak dari kejauhan adalah tanda yang bisa saya rasakan dengan mudah.

Kalau tanda tersebut sudah muncul, biasanya saya mulai mempersiapkan diri untuk menikmati suasana hujan selama perjalanan. Mulai dari menyiapkan jaket tebal, camilan atau makanan, playlist musik, dan buku jika sedang membawa buku. Saya mulai membayangkan hawa dingin yang akan terasa di dalam bus terlebih sebagian besar bus yang saya naiki adalah bus ber-AC. Rasanya dinginnya akan menusuk tulang karena dingin luar dan dalam bus.

Kalau penumpang sedang sepi, saya mulai bergerilya untuk menduduki bangku di sebelah saya. Entah untuk meletakkan camilan atau sekadar meletakkan barang lain. Akan tetapi, jika penumpang sedang ramai, saya langsung bersandar pada dinding bus untuk memulai aktivitas tidur. Hampir seluruh perjalanan bus saya lakukan dengan duduk di bagian dekat jendela. Tempat yang diidam-idamkan oleh hampir seluruh penumpang bus. 

Baca juga: Mengenal Tiga Tipe Terminal

Selain bisa melihat hujan, duduk di bagian dekat jendela juga membuat saya leluasa untuk bersandar. Saat saya tertidur, saya tak perlu risau jika tak sengaja bersandar ke penumpang sebelah terutama jika penumpang sebelah saya perempuan. Rasanya seperti di surga ketika bisa tidur nyenyak ditemani hujan di dalam bus.

Biasanya, saya juga mengamati kaca luar bus yang berembun. Tak hanya itu, seringkali saya juga menemukan beberapa hewan yang menempel di kaca luar. Mulai lebah, kupu-kupu, atau serangga lain, Bisa jadi, mereka seakan ingin singgah sejenak dari derasnya hujan yang sedang turun.

Kalau hujan amat deras, saya memang terbiasa langsung tertidur. Melihat suasana luar juga tidak bisa karena pandangan terutup derasnya hujan. Mau bermain ponsel rasanya kok ngeri apalagi kalau petir menyambar begitu deras. Saya takut kalau ada hal-hal yang tak diinginkan karena meski di dalam bus tetapi kan hitungannya masih di luar ruangan. Lebih baik menyimpan ponsel dulu sembari menikmati hujan di dalam bus.

Kadang, kalau kondektur bus peka, saat hujan turun maka mereka akan menyetel lagu dengan irama mellow. Saya jadi terbawa suasana saking mellownya lagu. Tentu, lagu favorit yang sering diputar di dalam bus ketika turun hujan adalah lagu Antara Benci dan Rindu milik Ratih Purwasih.

Yang hujan……turun lagi………….

Pernah suatu ketika, lagu tersebut diputar kencang saat turun hujan. kebetulan saya duduk di dekat sopir. Di belakang saya, ada rombongan penumpang bapak-bapak dan ibu-ibu. Mereka langsung menyanyi koor bersama bersama kondektur. Asli, satu bus seakan sedang melakukan paduan suara.

Yang...hujan...turun lagi...

Lagu ini juga pernah dinyanyikan oleh seorang pengamen yang mengamen di dalam sebuah bus AKDP yang saya naiki. Ia membawa tape dan mic lalu menyanyikan lagu ini saat di luar hujan turun deras. Asli, satu bus seakan mellow mendengar suaranya meski tidak terlalu merdu tetapi lantaran suasana mendukung, jadi lagu tersebut terdengar begitu mendalam.

Kalau tidak, lagu Gerimis Mengundang dari grup Slam asal Malaysia yang diputar. Lagu ini lebih mendayu-dayu terutama jika dinyanyikan oleh pengamen saat hujan. Dasar saya yang tidak peka dengan keadaan, saya malah memasang headset sambil mendengarkan lagu milik Tasya:

Hujan…..hujan…. di mana-mana.

Di jalan di halaman semua basah

Hujan…hujan.. tak henti-henti

Turun lebat sekali

Berbicara mengenai hujan, saya merasa Oktober ini benar-benar basah. Hampir semingguan hujan rurun sepajang hari. Biasanya turun hanya siang hingga sore, kini seakan 24 jam seperti layanan Trans Jakarta. Saya kemarin malah bingung mau naik bus di sebuah halte karena hujan turun lebat sekali. Lantaran halte tersebut tidak memiliki atap yang layak.

 

Hujan lebat di terminal

Akhrinya saya pun mengorder ojek mobil alias Grab Car ke halte yang cukup jauh. Kalau full Grab Car jebol kantung. Untungnya bus yang akan saya naiki langsung tiba begitu saya turun dari mobil. Di dalam bus ternyata cukup banyak penumpang yang naik. Terbukti bahwa naik bus sebenarnya solusi menyenangkan jika sedang turun hujan.

Terlebih, bagi  mereka yang mudah sakit saat hujan turun. Saya sendiri kadang langsung pilek kalau naik motor saat hujan. Makanya, saya lebih memilih naik bus atau moda transportasi lain ketika hujan turun deras seperti sekarang.

Kalau kalian, apa cerita asyik saat hujan di dalam bus?

Post a Comment

Next Post Previous Post