'Krungon-Krungon', Antara Perasaan dan Kenyataan

Ilustrasi, Dok. Istimewa


Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita mendengar sesuatu yang tidak biasa pada momen tertentu.

Sumber suara tersebut seakan nyata dan dekat dengan kita. Namun, setelah ditelisik lebih dalam, ternyata tidak ada sesuatu apa pun terkait sumber suara tersebut. Alhasil, kita jadi bertanya-tanya apakah memang benar kita mendengar suara tersebut atau memang hanya halusinasi kita sendiri.

Dalam Bahasa Jawa, istilah semacam ini disebut sebagai krungon-krungon. Saya tak tahu istilah pastinya. Kata simbah saya dulu, jika saya mendengar sesuatu yang tidak pasti apa sumber suara tersebut, bisa jadi saya krungon-krungon alias seakan mendengar saja.

Lalu, apa saja bentuk sumber suara yang sering saya dengar?

Percaya atau tidak, sumber suara berupa kereta api yang tengah melintas menjadi salah satu bentuk krungon-krungon yang sering saya dengar. Padahal, saya berada cukup jauh dari perlintasan kereta api. Ketika saya berada di rumah di Malang, pada malam hari saya kerap mendengar suara kereta api yang tengah melintas. Padahal, jarak antara rel kereta api dengan rumah saya cukup jauh. Sekitar 4 kilometer.

Bisa jadi, kereta api yang melintas merupakan kereta api barang atau kereta Pertamina yang relnya berada sekitar 3 kilometer dari rumah saya. Dugaan ini lebih tepat karena saat malam hari, kondisi lalu lintas cukup sepi dan suara semboyan 35 kereta BBM tersebut terdengar cukup kencang karena berjalan lambat. Berbeda dengan kereta api penumpang yang berjalan lebih cepat.

Saya jadi teringat Efek Doppler dalam pelajaran Fisika. Ketika sebuah sumber bunyi bergerak dengan kecepatan tertentu, maka semakin besar kecepatan sumber bunyi tersebut maka frekuensi yang didengar oleh pendengar akan lebih kecil. Sebaliknya, jika semakin kecil kecepatan sumber bunyi tersebut, maka frekuensinya akan lebih besar. Makanya, bunyi semboyan 35 yang terdengar dari kereta api BBM terdengar lebih nyaring daripada kereta api penumpang.

Meski begitu, hingga kini saya masih penasaran dengan suara kereta api yang melintas ketika saya berada di Surabaya. Tepatnya di daerah Wiyung, Surabaya Barat. Ketika saya cek menggunakan Google Map, jarak terdekat dengan rel kereta api sekitar 10 km. Namun, saya yakin sekali jika baru mendengar suara lewat terutama saat jalanan sepi. Kebetulan memang tempat tinggal saya di perumahan sehingga suasana hening lebih terasa.

Jika bukan kereta api, suara orang mengaji atau dari masjid yang sering saya dengar. Kalau ini, saya yakin pendengaran saya tidak salah karena memang saya hidup di lingkungan yang banyak masjid. Suara mengaji yang sering saya dengar biasanya menjelang subuh. Kalau tidur saya sudah nyaman, maka suara krungon-krungon ini bisa jadi alarm untuk bangun dan menulis atau membuat konten video.

Nah, tidak hanya suara orang mengaji saja, kadang saya juga mendengar suara azan sebelum subuh. Bisa jadi, Anda juga mendengarnya dengan jelas. Azan ini fungsinya untuk membangunkan orang yang akan salat malam atau akan sahur. Jadi, azan ini bukan merupakan azan untuk salat subuh.

Berbicara mengenai azan sebelum salat subuh ini, saya punya pengalaman unik. Jadi, dulu saat masih mengajar, saya menjaga anak-anak yang sedang kemah di sebuah barak militer. Namanya anak-anak, susah sekali untuk membuat mereka tidur. Padahal saat itu jam sudah menunjukkan jam 2 malam.

Beberapa saat kemudian, suara pun hening karena mungkin mereka sudah mulai tidur. Saya pun mulai tertidur hingga tiba-tiba terbangun karena mendengar suara langkah keras dan cekikikan. Saya mulai membuka mata dan melihat jam sekitar jam 3 pagi. Ketika saya mulai bangun, saya kaget melihat beberapa anak sedang melakukan salat berjamaah. Lah, mereka salat apa?

Ketika mereka selesai, saya pun bertanya kepada mereka. Ternyata, mereka mendengar suara azan dan mengira azan tersebut adalah azan salat subuh. Saya pun ngakak dan mengatakan kepada mereka bahwa itu bukan azan subuh. Saya pun meminta mereka tidur kembali dan tak lama kemudian azan subuh benar-benar terdengar.

Oh ya, berbicara memgenai krungon-krungon suara mengaji, saya pernah mengalami kejadian mencekam sekaligus menggelitik. Kebetulan, saya bersaam rombongan teman baru saja ke kondangan di sebuah desa di selatan Malang.

Saat berada di sebuah jalan desa yang sepi, ban mobil teman saya pun bocor. Alhasil, kami pun harus mengganti ban tersebut. Untung, teman saya membawa ban cadangan. Sembari menunggu, tiba-tiba saya mendengar suara doa majelis taklim yang cukup keras. Bagi saya aneh, karena kami berada di area yang bukan pemukiman.

Beberapa desa di Indonesia memiliki pola pemukiman yang terpusat. Artinya, setelah ada pemukiman ramai, lalu kemudian putus karena berganti dengan tegalan atau persawahan bahkan hutan. Lalu, muncul pemukiman lagi dan seterusnya. Nah, saya yakin sekali posisi mobil kami mogok bukan berada di area pemukiman.

Suara doa tersebut cukup jelas dan semakin kencang lalu berhenti. Tak lama kemudian, muncul suara langkah kaki dari balik semak-semak. Saya sudah takut kalau ada begal saat itu. Namuh, tiba-tiba saja muncul bapak-bapak yang membawa nasi berkat sambil menyapa kami. Lah, bapak-bapak itu dari mana?

Ternyata, di balik semak-semak itu ada langgar kecil yang digunakan oleh mereka untuk mengaji. Kebetulan saat itu sedang ada hajatan. Saya pun mendekati langar itu dan kemudian ada seorang bapak yang meminta saya ke sana. Saya pun diberi nasi berkat karerna katanya masih sisa. Saya masih bengong dan melihat sekeliling langgar yang tidak ada satu pun bangunan di sekelilingnya.

Suara krungon-krungon lain yang sering saya dengar adalah suara tetangga yang sedang ghibah atau berbicara. Biasanya, saya mendengarnya ketika saya tertidur setengah sadar. Kadang, suara mereka masuk ke dalam mimpi saya dan akhirnya bersambung cerita dengan mimpi.

Diantara suara krungon-krungon yang saya alami, saya masih penasaran dengan suara tiang listrik dan tiang telepon yang dipukul saat tengah malam. Suara itu begitu keras dan kadang membuat saya terbangun. Ketika saya melihat keluar, tidak ada satu pun orang di sana. Kata teman saya, bisa jadi itu orang gila atau orang iseng. Lalu, siapa yang iseng memukul tiang listrik tersebut?

1 Comments

  1. Kalau tiang listrik dipukul udah sering saya dengar Mas, biasanya di atas pukul 12 malam, satpam atau siapa pun yang berjaga malam, akan membunyikan tiang sesuai jam.
    Kalau pukul 1 ya dipukul 1 kali.
    Begitu sampai masuk adzan Subuh.

    Tapi kalau krungon-krungon kayak di atas, saya sering mendengar tangisan bayi, padahal ya anak-anak tidur nyenyak.

    kalau menurut saya, hal itu sebagai bentuk bunyi bergema di pikiran deh, nggak tahu gimana penjelasan lebih ilmiahnya.

    Jadi, kayak saya dulu punya bayi, sering dengar bayi nangis, jadinya terbayang-bayang.
    Selain itu, bunyi-bunyian selama perjalanan jauh juga bikin saya krungon gitu.
    Kayak naik kapal, bukan cuman merasa oleng oleh ombak, tapi saya seolah mendengar mesin kapal padahal di rumah mama saya sepi banget.
    Atau bunyi dengung pesawat juga

    ReplyDelete
Next Post Previous Post