Buka bersama bersama bestie SMA pada suatu masa. |
Masa SMP adalah masa yang tidak akan pernah terlupakan bagi saya.
Berbeda dengan masa SD yang tidak punya banyak teman dan
sering menjadi bahan perundungan, masa SMP saya bisa bersosialisasi dengan
banyak teman. Bisa jadi saya seakan punya lingkungan baru yang sangat berbeda
dibandingkan sebelumnya. Bersamaan dengan matangnya usia, saya lebih berani
untuk menjain komunikasi dengan teman sehingga memiliki beberapa teman yang
cukup dekat.
Mulai kelas 7 hingga 8, saya punya beberapa teman dekat yang
hampir setiap hari berjalan bersama. Namun, teman dekat yang benar-benar tidak
dipisahkan adalah saat kelas 9 atau kelas 3. Ada tiga teman laki-laki yang bersama
dalam kondisi apa pun. Mulai dari bangku yang berdekatan, main bersama, pulang
bersama, hingga jajan bersama.
Tiga teman tersebut bernama Ridho, Hamdani, dan Septian atau
sering dipanggil Asep. Saya lupa bagaimana kami bisa akrab yang jelas saat itu
kami satu kelompok dalam mata pelajaran Geografi. Kebetulan, Guru Geografi saat
itu yang bernama Bu Wid galaknya minta ampun. Lantaran tidak ingin jadi incaran
untuk maju di depan kelas dan dimarahi sampai jelek, akhirnya ada saja ulah
yang kami lakukan.
Semisal mencari catatan teman kelas lain, bertanya
pertanyaan apa yang ditanyakan saat sesi maju di depan kelas, hingga mencari
bocoran jawaban saat ulangan. Sungguh, kenakalan masa SMP merupakan puncak
kenakalan saya. Bersama tiga bestie tadi, kenakalan saya benar-benar pada
puncaknya dan seperti terasah. Sangat kontras dibandingkan saya saat SD yang
cupu dan jadi bahan bulian.
Sejak saat itu, kami benar-benar kompak. Setiap hari ada agenda
rutin yang kami jalani. Mulai dari nongkrong depan sekolah sambil bersiul
ketika ada adik kelas perempuan yang lewat, makan bakso, main pokemon crater –
gim jadul yang naik daun masa itu, hingga naik angkot entah ke mana.
Kenakalan paling super dari kami adalah mencari rumah adik
kelas yang bernama Siti Fatima atau kami sapa dengan SiFa. Jadi ceritanya si
Rido itu naksir sama SiFa dan ingin tahu rumahnya. Namun, anak tersebut tahu
kalau ia sedang ditaksir oleh teman saya tersebut. Makanya, ia tidak segera
pulang dan sering main ke rumah temannya. Ia baru dijemput ketika malam hari
saat kami sudah lelah lahir baitin mengikutinya.
Pada suatu hari, ada seorang adik kelas teman kela SiFa pergi
ke kamar mandi. Nah kebetulan, kami berempat sedang nongkrong karena bolos
pelajaran TIK. Tiba-tiba si Rido punya ide untuk mencari tahu alamat SiFa dari
anak tersebut. Tentu, dengan muka melas dan minta ampun, anak tersebut tidak
bisa menolak. Apalagi, teman saya si Hamdani itu tubuhnya besar. Kalau dia
macam-macam, ya bakal digencet.
Beberapa hari kemudian, anak tersebut memberi informasi
mengenai alamat rumah SiFa. Tak perlu menunggu lama, kami pun segera ke kompleks
perumahannya yang kebetulan tak jauh dari sekolah. Mungkin SiFa merasa aman
karena biasanya kami ikuti ke mana pun dia pergi. Saat ia mau masuk ke gerbang
rumahnya, segera kami berteriak memanggil namanya. Tentu ia kaget dan bingung
dan pasti kesal karena kami tahu rumahnya. Sejak saat itu, SiFa langsung pulang
dan dijemput oleh sopirnya setiap pulang sekolah. Asli, kenakalan remaja yang
saya lakukan bersama bestie saat SMP benar-benar di lua nurul.
Itu belum termasuk usil ke teman perempuan dengan memberi potongan
kertas ke rambut mereka dan segudang keusilan lain. Pernah sekali kami
dipanggil guru BP karena kenakalan kami dan diberi satu kali peringatan. Padahal
saat itu sudah mendekati UN.
Saat masuk SMA, saya seakan kembali bersama teman SMP. Bagaimana
tidak, sebanyak 75 dari 300 siswanya dari SMP saya. Jadi, bisa dibilang loe
lagi loe lagi. Makanya, saya seakan tidak mendapat teman baru saat SMA dan
akhirnya berteman dengan teman SMP lagi.
Namun, ada yang unik dalam per-bestie-an saat SMA ini. Saya menjaga
jarak dengan teman laki-laki karena tidak bisa naik motor. Hampir semua teman
laki-laki sudah bisa naik motor dan mereka kalau main tidak kenal waktu. Kadang
sampai jam 9 malam baru pulang dan jauhnya minta ampun. Saya tidak kuat
ber-bestie dengan mereka.
Makanya, saya ber-bestie dengan teman perempuan. Ada tiga
perempuan yakni Hana, Agista, dan Lita. Kami mulai ber-bestie sejak kelas XI
SMA. Ke mana pun kami selalu bersama. Bahkan, banyak yang mengatakan kalau kami
adalah Chalie’s Angel. Saya Chalie-nya dan tiga teman perempuan saya adalah
Angel-nya.
Kami biasa belajar bersama, ke toko buku bersama, nge-Mall
bersama, san tentunya nggosip bersama. Namanya anak perempuan ya gosipan sering
bertema cowok ganteng di sekolah. Kalau sudah begini, saya sih cuma jadi
pendengar. Kalau nimbrung bisa-bisa orientasi seks saya berubah.
Pernah suatu ketika di lapangan sepak bola, mereka menggunjing
kakak tingkat mana yang paling ganteng. Ada Mas A, Mas B, Mas C, sampai Mas F. Satu
per satu dari mereka memaparkan standar
kegantengan yang mereka punya. Mulai dari yang alim, suara yang ngebas, rambut
yang keren, parfum yang wangi, sampai badan yang atletis. Saya jadi mengerti perbedaan
perempuan dan laki-laki ketika mengunjingkan lawan jenisnya. Yang jelas, perempuan
sering salting jika bergunjing soal pria idamannya terlebih ketika yang digunjingkan
sedang dekat dengan mereka.
Pernah suatu ketika ada kakak kelas pria yang sering bersama
saya karena ada suatu project penulisan karya ilmiah. Nah ada satu teman saya
yang bisa dibilang menaruh hati sama masnya. Setiap hari saya ditanya kami
melakukan apa saja. Ya jelas dong membahas project tersebut sampai sore hari. Kemudian
dia bertanya bagaimana bau parfumnya saat saya bersamanya. Jelas dong saya
ngakak ya mana saya bisa mendesripsikan pokoknya wangi. Beda dengan saya yang
saat SMA menggunakan parfum bau permen karet karena tidak suka parfum pria.
Saat bergunjing, eh tiba-tiba Masnya mendatangi kami dan
menepuk pundak saya. Kebetulan kami sedang berada di kantin dan dia datang dari
arah belakang. Sontak saya kaget dan pastinya teman perempuan yang suka
dengannya tadi. Asli saya ngakak dalam hati dan hampir tak bisa menahan tawa. Sementara
Masnya dengan cool meminta revisian tulisan yang diminta oleh guru pembimbing.
Saya melihat muka teman saya merah dan berkeringat. Jujur,
kalau bisa ngakak saya akan tertawa sekencang-kencangnya. Untung saja Masnya
segera pergi karena memang sangat sibuk dan saya dipukul oleh teman wanita saya
tadi.
Itulah cerita per-bestie-an saat saya sekolah. Ketika kuliah,
saya tidak memliki teman yang benar-benar dekat karena ya memang dunia kuliah
beda dengan sekolah. Ada gap yang besar yang seakan ingin menyelamatkan diri
masing-masing jadi pertemanan tidak terlalu erat.