Balada Isi Ulang Kartu Uang Elektronik

Ilustrasi. - detik Finance

Kartu Uang Elektronik (KUE) atau sering disebut sebagai kartu tol adalah jalan ninja saya beberapa waktu terakhir.

Pasalnya, saya hampir setiap hari menggunakan transportasi umum yang mewajibkan penumpangnya untuk membayar secara nontunai. Memang, masih ada opsi pembayaran menggunakan QRIS, tetapi saya memulih KUE sebagai opsi utama saya dalam membayar tiket bus.

Alasan pertama adalah karena kepraktisan. Saya tidak perlu membuka ponsel dan melakukan segala tetek bengek pembayaran dengan QRIS. Tinggal menyerahkan kartu tol kepada helper atau kondektur, maka semuanya beres.

Alasan lainnya adalah meminimalisasi jaringan lemot saat membayar menggunakan QRIS. Terlebih, saya lebih sering mengandalkan mobile banking yang membutuhkan jaringan prima. Pembayaran baru berhasil jika ada indikator lampu hijau. Apesnya, saat berada di dalam bus, lampu indikator sering menyala merah atau biru. Untuk mengantisipasi masalah ini, maka saya lebih senang menggunakan KUE.

Saya sendiri memiliki tiga buah KUE dari tiga bank yang berbeda. Ada BCA Flazz, Tapcash BNI, dan Mandiri e-money. KUE pertama saya adalah BCA Flazz yang sudah saya miliki sejak 2019. Saat itu, saya memang berjalan-jalan ke Jakarta dan tentu wajib punya KUE untuk naik transportasi umum.

KUE kedua saya adalah Tapcash BNI. Mulanya, saya tidak mau menggunakan KUE ini karena sudah ada BCA Flazz. Namun, saat saya ingin menggunakan KUE untuk naik Trans Semarang, ternyata opsi pembayaran untuk KUE hanya ada tiga saat itu, yakni Tapcash BNI, BRIZZI, dan kartu pelanggan Trans Semarang.

Mau tak mau, saya pun harus membeli Tapcash BNI. Saya tidak menggunakan BRIZZI karena saya memiliki rekening BNI sehingga bisa sekalian top up dari rekening tabungan saya. Selain itu, di minimarket dekat rumah saya hanya menjual Mandiri e-money dan Tapcash BNI.

KUE ketiga saya adalah Mandiri e-money yang saya dapat dari sebuah event teknologi. Saat pulang dari event, tersebut, setiap blogger mendapatkan KUE Mandiri. Ada yang kosong ada yang sudah berisi. Saya pas kebetulan belum ada saldonya. Walau masih kosong, lumayan dapat KUE dengan gambar produk teknologi jadi terlihat keren.

Masing-masing kartu memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Saya sendiri secara bergantian menggunakan tiga kartu tersebut agar terpakai semuanya. Makanya, dalam beberapa kesempatan, saya mengisi saldo ketiganya juga secara bergantian.

Untuk proses pengisian, bagi saya BCA Flazz adalah yang paling simpel. Terlebih. Lalu linta keuangan saya kebanyakan berada pada rekening BCA. Jadi, tiap mengambil uang, saya sering menyempatkan untuk mengisi BCA Flazz milik saya di ATM. Sebenarnya, saya bisa mengisi kartu ini di mobile banking. Namun, kegiatan ini tak bisa saya lakukan karena ponsel saya belum support NFC.

Kelemahan dari BCA Flazz adalah sering tidak terbaca pada mesin tap bus atau wira-wiri. Beberapa kali, BCA Flazz saya tidak terbaca sehingga saya atau helper harus menekan lama. Yah maklum sudah uzur usianya 5 tahun lebih. Meski begitu, banyak pengguna kartu ini juga mengeluhkan hal serupa. Saat naik MRT dulu, perlu waktu beberapa detik agar kartu bisa terbaca dan saldo terpotong.

Berbeda halnya dengan BNI Tapcash dan Mandiri e-money yang lebih cepat daripada BCA Flazz untuk digunakan. Hampir tak pernah ada kegagalan saat saya menggunakannya. Lancar dan lebih cepat untuk dibaca.

Walau demikian, keduanya juga memiliki kekurangan. Proses isi saldo Tapcash BNI sulitnya luar biasa. Saya hampir frustasi karena banyak ATM BNI yang gagal melakukan isi ulang. Kadang, saldo rekening sudah terpotong tetapi belum masuk ke saldo Tapcash. Saat melakukan update saldo pun sering belum masuk. Perlu waktu beberapa jam agar saldo benar-benar masuk. Sungguh, tidak bisa diandalkan jika saya sedang terburu-buru.

Tidak adanya rekening Mandiri membuat saya tidak bisa mengisi Mandiri e-money di ATM. Saya harus mengisinya di minimarket dan tentunya ada biaya tambahan sebesar 1.500 rupiah tiap kali pengisian. Kadang, ada kendala jaringan di minimarket sehingga kartu tersebut tidak jadi saya isi. Saat penggunaannya, sering helper bus bertanya mengenai kartu yang saya pakai karena gambarnya out of the box. Saya harus menjelaskan pada mereka bahwa kartu tersebut adalah Mandiri e-money.

Sebenarnya, saya ingin sekali di tiap halte besar ada booth pengisian berbagai KUE untuk memudahkan penumpang. Yah seperti di halte Transjakarta. Sayang, hingga kini keinginan itu belum terwujud dan saya harus mengisi di ATM atau minimarket dengan segala dramanya.

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya