![]() |
Dewi Kunti yang meminta kedua anaknya, Nakula dan Sadewa membalas budi Resi Hijrapa atas kebaikannya memberi makan. - Dok. Istimewa |
Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, kita akan berhubungan dengan banyak orang.Entah saudara, teman, tetangga, atau orang yang baru kita kenal. Kadangkala, kita menolong mereka dan tak jarang, kita yang ditolong oleh mereka. Namanya manusia, tentu ada rasa pamrih untuk dihargai saat menolong dan rasa utang budi saat ditolong.
Namanya manusia, ya wajar-wajar saja karena kita diciptakan oleh Tuhan dengan perasaan yang peka. Dengan adanya rasa pamrih dan utang budi itu, maka sebenarnya kita masih bisa merasakan sebagai manusia yang seutuhnya. Meski, ajaran agama memberikan anjuran kita harus ikhlas untuk menolong orang.
Nah, saat kita ditolong orang, maka keinginan untuk membalas kebaikan orang yang kita tolong juga besar. Rasanya belum puas jika kita tidak membalas kebaikan mereka dengan balasan baik yang setimpal. Ada rasa sungkan, rasa tidak enak dan canggung saat bertemu mereka sementara kita belum bisa melakukan hal yang menurut kita baik pada mereka.
Padahal, mereka sudah ikhlas dan mengatakan bahwa mereka sudah tidak mau mengungkit kebaikan mereka. Meski begitu, rasanya masih tidak enak saja jika belum membalas kebaikan mereka.
Saya sendiri hingga saat ini seakan masih merasa punya hutang budi pada rekan saya yang percaya pada saya untuk mengelola bimbel yang ia rintis. Di saat banyak orang yang bisa jadi lebih berkompeten, ia malah mempercayakan saya dan menggaji saya dengan cukup lumayan. Belum lagi, ia mempercayakan saya mengenai masalah keuangan.
Tentu, sebagai manusia biasa saya ingin membalas budi padanya. Belum lagi, ia selalu memastikan saya bisa berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cepat. Ia selalu meminta pegawai lain atau sopirnya mengantarkan saya padahal saya sering mengatakan bahwa saya bisa naik transportasi umum atau ojek online.
Lantas, bagaimana saya membalas hutang budi itu?
Kalau membalas secara materi, tentu saya tidak bisa. Wong dia sudah termasuk kriteria crazy rich dengan gelimang harta luar biasa. Sementara saya, kadang masih bingung dengan keuangan pribadi. Kok ya ndak mungkin.
Makanya, saya membalasnya dengan komitmen dan kejujuran. Apa yang sudah ia beri maka saya gunakan sebaik-baiknya. Semisal, fasilitas jemputan pribadi ya saya gunakan untuk mengecek kondisi cabang bimbel yang saya kelola. Tidak saya gunakan untuk kegiatan pribadi. Kalau semisal saya ingin melakukan kegiatan pribadi, maka saya meminta izin dulu. Jika memungkinkan dan diperbolehkan, barulah saya melakukannya.
Intinya, saya tahu diri. Sudah ditolong ya saya tidak boleh seenak jidat menggunakan apa yang saya dapatkan. Bukan aji mumpung yang sering dilakukan oleh banyak orang. Bisa jadi, apa yang saya lakukan ini sederhana, tetapi berdampak pada kepercayaan yang diberikan pada saya.
Beberapa waktu lalu, saya mengatakan padanya bahwa saya tidak mau dijemput pada waktu tertentu karena akan naik transportasi umum untuk kebutuhan konten. Saya mengatakan bahwa harus melakukan ini untuk membantu masyarakat luas dan sebagai balas budi karena sudah dibantu olehnya. Saya berkata bahwa saya tidak bisa membalas budi secara langsung padanya sehingga saya melakukannya untuk orang lain.
Puji Tuhan, ia malah menambah bantuannya dengan menyuruh seorang sopirnya stand by di halte terdekat saat saya akan pulang ke Malang atau ke kontrakan. Ia mengatakan juga mau membantu masyarakat luas dengan cara membantu saya membuat konten. Meski sempat saya tolak, tetapi saya akhirnya setuju. Hingga kini, saya selalu memanfaatkan jasa sopir gratis ini.
Saya juga tidak mempublikasikan dirinya di berbagai konten saya karena ia memang tidak suka bermedia sosial. Cara ini juga saya gunakan untuk membalas budinya. Paling-paling, saya hanya mengunggah konten di depan gerejanya saat menunggunya pulang.
Dengan melakukan banyak hal ini, saya tidak lagi merasa berhutang budi. Selain itu, kadar untuk membalas hutang budi juga tidak akan bisa sama dengan persepsi manusia. Namanya juga makhluk sosial, pasti ada rasa untuk saling menolong dan berbagi.
Tags
Catatanku
Punya teman seperti temannya mas Ikrom ini merupakan anugerah ya
ReplyDelete