![]() |
Mie Galau, tempat favorit makan saat galau skripsi |
Beberapa minggu lalu, saya kaget ketika ada teman dari Surabaya sedang makan di sebuah tempat di sekitar Spleendit, Kota Malang.Saya yang jarang sekali jalan-jalan mengelilingi Kota Malang karena macetnya yang luar biasa seakan tak asing dengan menu makan di tempat tersebut. Ia makan mie dengan aneka warna. Ada yang warna hijau, pink, dan ungu. Setelah membaca caption yang ia unggah, saya baru ngeh kalau ia sedang makan di tempat makan favorit saya dulu, Mie Galau.
Tempat ini dulu berada di Jalan Selorejo, Lowokwaru, Kota Malang. Tidak jauh sih dari kawasan Suhat yang dikenal memiliki aneka kuliner kekinian. Lama sekali saya tak mengunjungi tempat ini dan akhirnya saya baru tahu kalau tahun ini mereka pindah di bagian bawah sebuah penginapan di kawasan Spleendit.
Didorong oleh rasa penasaran, saya pun mencoba untuk datang ke sana bersama keluarga. Yah hitung-hitung nostalgia. Apakah rasanya masih sama atau sudah berbeda. Pastinya, harganya sudah berbeda karena inflasi yang terjadi beberapa tahun terakhir.
Dulu, saya suka sekali datang ke Mie Galau ini saat masih mengerjakan skripsi. Saat itu, medio 2012-2013, belum ada dua pemain utama mie level pedas - Mie Gacoan dan Wizzmie - sehingga persaingan mie level pedas benar-benar sangat seru dengan aneka kreativitasnya.
Nah, saya kepincut untuk makan di Mie Galau saat itu karena depot mie ini menjual mie dengan aneka warna. Mjulai hitam, kuning, pink, hingga ungu. Varian warna mie yang berbeda-beda ini membuat saya tertarik untuk mencoba dan akhirnya ketagihan.
Saat itu, setelah sibuk dengan urusan skripsi, saya mampir ke Mie Galau yang masih berada di Jalan Selorejo. Dari kampus saya di Jalan Veteran juga tidak jauh. Makanya, saya cukup rajin ke Mie Galau, terutama setelah proses revisi skripsi yang tiada akhir. Otak dan perut rasanya butuh pelampiasan untuk bisa rileks dan saya menemukannya di Mie Galau.
Saya tidak tahu mengapa menu makan mereka dinamakan Mie Galau. Entah karena tempat menampung mahasiswa galau atau memang pemiliknya galau. Apapun itu, setelah makan Mie Galau dengan aneka warna, rasanya galau di hati sedikit berkurang. Bisa jadi, efek dari aneka warna mie yang disajikan membuat hati menjadi gembira.
![]() |
Sekarang pindah ke Jalan Majapahit di bawah sebuah penginapan |
Apalagi, saya sering makan di sana dengan beberapa teman yang juga sama-sama galau skripsi. Maka, aneka mie dengan warna yang berbeda menjadi obat menggalau yang pas bagi saya dan teman-teman.
![]() |
Mie Chicken Teriyaki yang jadi favorit |
Saat hadir kembali di Mie Galau, memang saya tidak mendapatkan lagi nuansa yang sama dengan saat masih kuliah dulu. Saya masing ingat, dulu depot mie ini berada di sebuah rumah dengan pekarangan yang begitu besar. Saya sering makan di pekarangan itu walau gerimis sedang mengundang. Entah, enak saja rasanya makan Mie Galau walau dibasahi oleh rintik gerimis yang sedang jatuh.
![]() |
Ada tempat makan indor dan outdoor |
Kini, konsep Mie Galau berbeda dengan menghadirkan open kitchen di tempat makannya. Pengunjung bisa melihat proses masak mie galau sehingga lebih tahu higienitas dan kerapiannya. Bagi saya ini sih baik karena kadang kita tidak tahu proses masak dari makanan yang kita santap. Melalui konsep open kitchen ini, saya juga akhirnya tahu bagaimana proses mie aneka warna tersebut disajikan yang ternyata menggunakan pewarna alami.Ada sawi untuk pewarna hijau, ubi untuk pewarna ungu, charcoal (arang aktif) untuk hitam, dan buah naga untuk pink.
![]() |
Konsep open kicthen yang ditawarkan |
Meski lebih sempit dibandingkan dengan tempat yang dulu, tetapi saya salut dengan pengelola Mie Galau yang menata tempat sedemikian rupa sehingga terkesan lebih lebar. Mereka juga tetap menyediakan tempat makan outdoor sehingga pengunjung bisa bernostalgia makan mie galau di tempat terbuka. Kalau saya sih tetap menu makannanya yang bikin saya teringat masa-masa kuliah. Mie yang beraneka ragam warna itu loh yang tidak ada duanya.
Walau harga yang ditawarkan lebih mahal dibandingkan dengan dua raksasa gerai mie level pedas, bagi saya suasana nostalgia yang ditawarkan tentu jauh berbeda. Saya juga bisa makan dengan tenang tidak diburu waktu dengan suasana yang lebih syahdu karena tidak terlalu ramai. Makanya, kini jika sedang makan bersama keluarga, saya lebih memilih makan di Mie galau ini karena tak sekadar bernostalgia, tapi juga bisa menikmari suasananya.