Uang 10 Ribu Penyelamat Hidup


Kejadian tak terduga dan benar-benar tak bisa saya lupakan terjadi pada Februari 2013.

Saat itu, saya masih mengerjakan skripsi dan sudah hampir masa sidang. Yah tinggal revisi sedikit sebelum menyelesiakan studi S1 Kimia saya. Namanya juga mahasiswa tingkat akhir, tentu saya dilanda stres yang amat sangat.

Untuk meneruskan skripsi saja, rasanya sudah malas luar biasa. Belum lagi rangkaian revisi yang tiada akhir. Nah, untuk menambah semangat saya mengerjakan skripsi, saya sempat mengerjakan skripsi di Stasiun Malangkotalama yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah saya.

Entah, dorongan untuk mengerjakan skripsi di stasiun begitu tinggi sampai-sampai saya dihafal oleh petugas kebersihan stasiun itu karena tiap malam mengerjakan skripsi di sana. Bukan ke kafe atau tempat lain yang lebih kompatibel. Suara kereta api dan suasananya membuat niat saya untuk mengerjakan skripsi kembali bangkit. 

Meski begitu, saya juga mulai naik kereta api keluar kota untuk refreshing dari kepenatan. Pada suatu hari, singkat cerita, saya memutuskan jalan-jalan ke Surabaya.. Saya menghubungi rekan untuk menemani saya. Kebetulan, ia yang berkuliah di ITS sudah selesai skripsinya. Jadi, ia mau menemanis saya.

Di Surabaya, kami berjalan-jalan bersama ke beberapa mall seperti Delta Plaza, Tunjungan Plaza, dan Royal Plaza. Otak saya sudah mulai segar kembali. Sore harinya, saya diantar oleh rekan saya menuju Stasiun Surabaya Kota (Semut) untuk pulang ke Malang. Kami pun berpisah sekitar jam 4 sore.

Saya menunggu kereta menuju Malang di peron. Lantaran stasiun itu adalah stasiun ujung, maka ada beberapa kereta yang parkir di sana. Suara kereta yang keras membuat pendengaran saya tidak terlalu jelas untuk mendengar pengumuman.

Harusnya, saya naik kereta Penataran-Dhoho tujuan Malang dan Blitar. Apes, saya malah naik kereta api Dhoho-Penataran tujuan Kertosono dan Blitar. Saya tidak sadar saat kereta berjalan dan saat itu belum ada pengecekan tiket. Saya baru sadar, saat ada penumpang di depan saya bertanya tujuan saya mau ke mana.

Saat saya menjawab Malang, penumpang tersebut kaget dan mengatakan bahwa saya salah naik kereta. Saya harusnya naik kereta di belakang saya tadi. Saat ada kondektur kereta yang lewat, ia segera meminta saya turun di stasiun terdekat, yakni Stasiun Sepanjang. Stasiun ini berada di wilayah Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.

Dari Surabaya belum terlalu jauh makanya saya harus segera turun. Sesampainya di stasiun tersebut, hujan turun dengan sangat deras sampai baju saya basah kuyup. Saya binging harus ke mana dan menunggu di peron stasiun sambil bengong menunggu hujan. Waktu saat itu sudah akan magrib.

Di dekat saya, ada seorang ibu yang mengajak mengobrol. Lalu saya bercerita kalau saya salah naik kereta. Ia pun bertanya apakah saya punya uang. Saya pun baru sadar dan ternyata uang saya tinggal 10 ribu rupiah. Waduh, bagaimana ini?

Tak lama, ibu tersebut membuka dompetnya dan memberikan uang sebesar 10 ribu rupiah. Saya berterima kasih pada ibu itu sampai-sampai bingung mau mengatakan apa. Kata ibu itu saya harus segera ke jalan raya naik angkot menuju ke Bungurasih karena jika sudah malam angkotnya akan sulit.

Saya bergegas lari dalam kondisi masih hujan dan ndilalah kok ada angkot warna biru lewat dan saya langsung menghentikannya. Saya bertanya apakah angkot tersebut menuju Bungurasih dan ternyata benar. Tanpa banyak kata, saya langsung naik dengan hujan yang masih turun dengan deras.

Selepas magrib, saya tiba di Bungurasih dan membayar ongkos angkot sebesar 3 ribu rupiah kala itu. Saya langsung ke Musala dan shalat serta langsung menuju peron. Uang saya tersisa 17 ribu rupiah. Saaat itu, saya belum pernah naik bus ke Surabaya. Sempat takut harga tiket bus lebih dari uang yang saya miliki dan untung saja, saat itu tiket bus Malang-Surabaya PP hanya 10 ribu rupiah. Masih ada 7 ribu rupiah sisa uang saya yang bisa saya gunakan untuk naik angkot menuju Stasiun Malangkotalama, tempat saya memarkir motor.

Walau berdiri, saya bersyukur bisa pulang ke Malang tanpa uang yang kurang. Saya tidak bisa membayangkan jika tidak dibantu oleh ibu itu dengan uang 10 ribu, pasti saya sudah bermalam di stasiun dan ke kantor polisi untuk minta bantuan. Makanya, bantuan dari ibu tersebut meneguhkan saya untuk membuat konten naik transportasi umum. Betapa susahnya bisa pulang dengan uang yang pas.

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya