![]() |
Ilustrasi by Grok |
Beberapa waktu lalu, ada notifikasi komentar di channel YouTube saya.
Komentar tersebut berasal dari seorang mahasiswa baru yang menanyakan rute transportasi umum di Surabaya. Kebetulan, ia berasal dari Mojokerto yang hampir selalu naik kereta api untuk menuju Surabaya.Mungkin, karena kehabisan tiket kereta api, ia akhirnya naik bus untuk menuju ke Mojokerto lagi. Ia pun bertanya mengenai rute menuju Mojokerto dari Surabaya. Kebetulan, bus Trans Jatim K2 arah Mojokerto tidak berhenti di Terminal Bungurasih, melainkan di sebuah halte di pinggiran kota.
Nah, karena masih pertama kali dan kebetulan ia melihat channel saya, ia pun bertanya. Tak cukup sekali, ia bertanya beberapa kali untuk memastikan bahwa informasi yang dapatkan benar. Bahkan, ia masih bertanya saat sedang naik bus. Meski sempat mengeluh bahwa busnya tak kunjung tiba dan ia berpikir bahwa busnya sudah tidak ada, pada akhirnya ia berhasil juga sampai ke Mojokerto.
Ia berkomentar dengan emoticon menangis terharu akhirnya bisa sampai di sana dengan selamat dan mengucapkan terima kasih pada saya. Jujur, komentar dari mahasiswa ini menjadi salah satu hal yang membuat saya merasa sukses dalam kehidupan.
Sering saya mengatakan, saat hati sudah mantap mengembangkan channel YouTube ini, saya sudah mantap untuk bisa sukses. Dalam artian, bukan sukses karena jumlah subscriber dan tayangan saya banyak, tetapi sukses membantu dan memandu orang lain untuk bisa sukses sesuai tujuan mereka.
Kebetulan, channel yang saya buat memang channel tutorial. Channel seperti ini memang evergreen yang terus dicari oleh banyak orang dan tak lekang oleh waktu. Makanya, video lama saya terus dicari hingga saat ini meski sudah saya unggah dalam waktu lama.
Kembali ke masalah sukses, saya memang ingin channel saya menjadi jembatan sukses bagi banyak orang. Sukses membantu anak sekolah menuju ke sekolah mereka. Sukses mengantarkan mahasiswa yang tes/daftar ulang/kuliah. Sukses mengantarkan kebahagiaan anggota keluarga yang ingin berwisata murah di tengah himpitan ekonomi. Tentu saja, yang paling saya inginkan adalah sukses mengantarkan pasien dari luar kota untuk bisa kontrol di rumah sakit menggunakan transportasi umum karena keterbatasan biaya.
Mungkin, apa yang saya lakukan terlihat naif. Lantaran, banyak Youtuber sana yang dianggap sukses dengan konten yang wah dan seakan menjadi seleb bagi subscribernya. Saya tidak ingin demikian. Jika channel saya sukses dan besar, semuanya juga andil dari para penonton dan subscriber yang menonton serta berkomentar di channel saya.
Saya tidak ingin ada jarak kesuksesan antara saya dengan penonton atau subscriber saya. Jarak yang memisahkan definisi kesuksesan hanya bisa dimiliki oleh beberapa orang saja. Kalau saya bisa sukses, maka orang lain juga bisa. Jika saya sukses naik transportasi umum yang saya naiki untuk saya buat kontennya, maka orang lain pun sebenarnya juga bisa sesukses saya. Sesimpel itu.
Saya terinspirasi dari beberapa orang yang juga memandu orang lain untuk bisa sukses. Mulai dari pemberi pelatihan gratis atau semacamnya. Mereka tidak ingin sukses sendiri dan berjarak dengan orang lain, melainkan bisa juga membantu orang untuk berdaya guna. Semuanya tidak dimulai dari hal yang besar, tetapi dari hal-hal kecil saja.
Ada seorang rekan ibu saya yang memberikan keterampilan menjahit kepada para IRT di dekat rumahnya. Daripada berkumpul untuk bergosip, kata rekan ibu saya itu lebih baik berkumpul untuk belajar menjahit bersama. Kini, sudah banyak IRT dekat rumahnya yang bisa membuat aneka pakaian. Rekan ibu saya tidak merasa tersaingi atau apa karena ia juga sudah tua dan tidak sanggup menerima banyak orderan. Maka, para IRT yang diajarinya menjahit itulah yang menerima orderannya.
Ia berprinsip dengan memandu orang lain untuk bisa sukses, maka sesungguhnya ia memandu dirinya sendiri untuk sukses di dunia dan akhirat. Sebuah pemikiran yang sungguh baik di dunia yang sering mengejar kesuksesan semu semata.
Tags
Catatanku