Beberapa Alasan Ibu-Ibu Wali Murid Bertahan di Gerbang Sekolah

Ilustrasi

Saat menjadi wali kelas di sebuah sekolah dasar dulu, saya paling heran kalau lihat ibu-ibu wali murid bergerombol di depan pintu gerbang. Padahal, jam masuk sekolah sudah lewat. Kadang, sampai jam menunjukkan pukul 8 pagi, mereka masih saja berada di sana. Sampai-sampai, Bapak Kepala Sekolah menyuruh mereka pulang dan kembali saat jam pelajaran usai.

Entah, apa yang mereka bicarakan hingga seakan lupa waktu. Kadang saya berpikir, apa mereka tidak bekerja ya. Kalau pun mereka jadi ibu rumah tangga, apa mereka tidak punya keperluan lain. Yah semisal memasak, membersihkan rumah, dan melakukan kegiatan rumah tangga lainnya.

Saya pernah iseng bertanya pada kumpulan ibu-ibu tersebut saat saya punya jam kosong. Kebetulan, saya baru saja memfotokopi soal ulangan yang sedianya akan saya bagi setelah jam istirahat pertama.

Tentu, dengan nada guyon dan bercanda, saya tanya kepada mereka mengapa tidak kunjung pulang. Kok ya begitu betah untuk bertahan di gerbang sekolah padahal anak-anak mereka sudah masuk.

Ternyata, ada yang menjawab bahwa nongkrong depan sekolah adalah keseharian ibu modern. Mereka sudah melakukan kegiatan dan tugas rumah saat pagi hari atau malam hari. Makanya, setelah mengantarkan anak-anak, mereka pun memilih tetap bertahan di depan sekolah.

Mereka mengatakan bahwa jika di rumah, mereka akan bosan karena ya tidak ada teman. Sementara, anak-anak mereka sekolah dan suami mereka bekerja. Paling banter ya ngobrol sama tetangga atau menonton TV. 

Jika di sekolah, mereka bisa bertemu dengan ibu-ibu lain. Mereka bisa sharing soal anak-anak mereka. Walau kadang anak mereka saling bertengkar di sekolah, tetapi mereka menganggap hal itu biasa. Bahkan kadang mereka menjadikan kedekatan dengan ibu-ibu lain sebagai contoh bagi anak mereka.

“Lihat, mama lo bisa temenan sama mamanya X. Masak kamu enggak bisa temenan sama X?”

Saya pun paham sekali maksud mereka. Kadangkala, mereka bertahan di sekolah karena ada saja barang anak mereka yang tertinggal. Entah LKS, botol makan dan minuman, hingga berbagai barang. Biasanya, anak-anak mereka akan mencari ibu mereka di gerbang sekolah jika ada yang tertinggal.

Ibu seperti ini biasanya paham anaknya yang ceroboh. Makanya, daripada pulang dan mendapatkan telpon dari anaknya, ia memilih tetap di sekolah. Stand by jika ada barang yang ketinggalan. Paling tidak, hingga sebelum jam istirahat pertama karena jam-jam tersebut sang anak akan mulai sadar bahwa mereka tidak membawa sebuah barang penting. 

Saya sih kurang setuju dengan hal ini karena membuat anak menjadi tidak disiplin dan bergantung terus pada ibunya. Padahal, sang anak sudah besar, semisal sudah kelas 5 atau 6 yang seharusnya bisa lebih mandiri dalam menyiapkan barang bawaan.

Walau tetap menunggu di pintu gerbang sekolah, mereka juga tahu waktu. Paling pol biasanya mereka bertahan di sana hingga jam istirahat pertama. Uniknya, saya sering melihat mereka jalan bersama. Jadi, mereka masih tidak pulang ke rumah. Ada yang makan bersama di warung/restoran, ada yang menuju salah satu rumah mamah-mamah, dan ada pula yang menuju tempat wisata terdekat. Meki tidak semua, intinya mereka malas pulang ke rumah, terlebih jika rumah mereka jauh.

Kalau melihat satu sisi, sebagai guru, tentu keberadaan mereka di sekolah hingga jam istirahat pertama tidaklah nyaman. Aturan sekolah sebenarnya melarang hal tersebut. Yah demi kenyamanan bersama. Namun, ibu-ibu yang tetap bertahan di gerbang sekolah tersebut sangatlah kompak.

Mereka sering berinisiatif dalam berbagai kegiatan sekolah. Mulai adiwiyata, green school festival, dan bahkan mereka yang punya ide market day yang menjadi salah satu penilaian penting. Mereka juga rela meluangkan waktu dan biaya jika sekolah membutuhkan banyak tenaga untuk berbagai kegiatan, seperti drum band, kemah pramuka, dan lain sebagainya. Mereka jadi garda terdepan dalam menyukseskan program-program sekolah. Meski tentu, tidak mengesampingkan peran mereka yang tidak suka bertahan di gerbang sekolah.

Pihak sekolah hanya lebih memberi arahan agar mereka tidak mengganggu aktivitas sekolah dan lalu-lintas gerbang sekolah. Dengan pemahaman yang baik, pasti mereka akan mengerti. Bagaimanapun yang bersekolah adalah anak-anak mereka, bukan ibunya kan?


Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya