![]() |
| Ilustrasi. detik.com |
Setahun kemarin, rasanya saya memiliki destinasi wisata baru di Kota Kediri.Tak lain adalah Bandara Dhoho yang terletak di sekitar wilayah Kecamatan Banyakan dan Grogol Kabupaten Kediri. Bandara ini dibangun oleh perusahaan rokok Gudang Garam yang menjadi inti dari kota ini. Sebuah perusahaan besar dengan banyak karyawan.
Sebelum membahas kondisi terkini mengenai bandara ini, saya ingin bercerita mengenai pembangunan bandara ini. Kebetulan, tanah yang digunakan untuk membangun bandara ini mencakup bekas tanah milik almarhum nenek saya. Jadi, almarhum nenek saya memiliki lahan sawah yang cukup luas di sekitar kawasan bandara.
Saya sempat tidak menyangka dan mengira nenek saya punya sawah seluas itu. Lantaran, nenek saya terbilang hidup sederhana. Bahkan bisa dikatakan hidup susah. Pakaiannya pun sering lusuh dan rumah beliau yang saya singgahi ketika lebaran benar-benar rumah yang masih beralaskan tanah. Beliau pun saat masih hidup masih memasak menggunakan kayu bakar.
Saya mengira awalnya beliau hanya punya warisan rumah yang ditempati dan pekarangan yang tidak terlalu luas di belakang rumah tersebut. Pekarangan ini juga hanya ditanami mangga dan beberapa tanaman buah lain yang selalu berbuah pada musim tertentu. Intinya, saya mengira bahwa nenek saya orang biasa-biasa saja.
Namun, pembangunan Bandara Dhoho yang dilakukan beberapa tahun lalu membuka tabir kekayaan nenek saya. Dari saudara yang heboh dan berbagi warisan, saya baru tahu kalau nenek saya punya banyak tanah yang siap dibagi. Yah walau ada sedikit drama, tetapi pembagian itu berhasil dengan damai.
Lantaran terkena proyek bandara, maka sawah di sekitar area tersebut pun dijual. Dengan harga yang cukup fantastis, hasil penjualan itu pun dibagi rata ke anak-anaknya. Saya sih menahan tidak menerima dana warisan karena entah mengapa saya kok tidak tega melihat nenek saya yang kesusahan sepanjang hidupnya.
Kalau nanti benar-benar dapat warisan, maka tanahnya akan saya hibahkan untuk pembangunan perpustakaan, rumah baca, sanggar seni, dan semacamnya.
Kembali ke masalah bandara, saya termasuk yang antusias menantikan bandara ini. Selain bisa menghubungkan Kota Kediri dengan kota lain, kenangan akan lahan milik nenek saya yang kini menjadi bandara adalah sesuatu yang spesial.
Kembali ke masalah bandara, saya termasuk yang antusias menantikan bandara ini. Selain bisa menghubungkan Kota Kediri dengan kota lain, kenangan akan lahan milik nenek saya yang kini menjadi bandara adalah sesuatu yang spesial.
Artinya, bandara ini juga ada andil nenek saya walau kini sudah tiada. Tak hanya itu, keberadaan bandara ini juga sangat diharapkan bisa mendongkrak pariwisata Kota Kediri, terutama di sekitar Gunung Klotok yang kaya akan potensi.
Adanya Bandara Dhoho juga diharapkan mampu meningkatkan proses distribusi barang, baik yang menuju Kediri atau keluar Kediri. Selama ini Bandara Juanda Surabaya memang menjadi tumpuan pengiriman barang. Dengan adanya Bandara Dhoho, maka penerbangan barang ke daerah Mataraman akan semakin mudah. Distribusi barang ke wilayah seperti Nganjuk, Madiun, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek diharapkan lebih efisien.
Namun, rupanya harapan itu jauh panggang dari api. Bandara ini kini sepi. Maskapai penerbangan menuju Jakarta yang sempat terbang dari bandara ini kini tidak beroperasi. Meski dijadwalkan beroperasi kembali pada 10 November 2025 ini, tetapi keberadaannya seakan hidup segan mati tak mau. Sama dengan beberapa bandara lain yang baru dibangun megah seperti Bandara Kertajati di Majalengka.
Orang-orang Kediri lebih memilih Bandara Juanda sebagai tempat untuk naik pesawat. Harga tiket yang lebih murah membuat mereka memilih bandara itu. Belum lagi, konektivitas bandara ini dengan pusat kota Kediri belum terlaksana baik. Belum ada angkutan yang mampu mengangkut para penumpang dari bandara ini ke pusat kota atau sebaliknya.
Padahal, jika ada angkutan yang menghubungkan bandara dengan pusat kota, maka akan banyak orang yang tertarik. Salah satunya adalah Mbak Dian Restu Agustina - seorang blogger yang memiliki keluarga di Kediri. Beliau akan sangat terbantu jika mudik ke Kediri dari bandara ini. Berbagai keperluan bisnis pun akan bisa lebih terkoneksi dengan adanya bandara ini.
Untuk itulah, peran pemerintah, terutama Pemkot Kediri, Pemkab Kediri, dan Pemda di sekitarnya dalam menyediakan transportasi lanjutan sangat diharapkan. Jangan sampai ada anggapan bahwa Bandara Dhoho ini berakhir sia-sia. Yah meski yang membangun dari swasta, tetapi sayang kan jika harus berakhir tragis. Apalagi sudah mengganti banyak lahan produktif seperti lahan nenek saya yang sebenarnya masih bisa menghasilkan beras.
Adanya Bandara Dhoho juga diharapkan mampu meningkatkan proses distribusi barang, baik yang menuju Kediri atau keluar Kediri. Selama ini Bandara Juanda Surabaya memang menjadi tumpuan pengiriman barang. Dengan adanya Bandara Dhoho, maka penerbangan barang ke daerah Mataraman akan semakin mudah. Distribusi barang ke wilayah seperti Nganjuk, Madiun, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek diharapkan lebih efisien.
Namun, rupanya harapan itu jauh panggang dari api. Bandara ini kini sepi. Maskapai penerbangan menuju Jakarta yang sempat terbang dari bandara ini kini tidak beroperasi. Meski dijadwalkan beroperasi kembali pada 10 November 2025 ini, tetapi keberadaannya seakan hidup segan mati tak mau. Sama dengan beberapa bandara lain yang baru dibangun megah seperti Bandara Kertajati di Majalengka.
Orang-orang Kediri lebih memilih Bandara Juanda sebagai tempat untuk naik pesawat. Harga tiket yang lebih murah membuat mereka memilih bandara itu. Belum lagi, konektivitas bandara ini dengan pusat kota Kediri belum terlaksana baik. Belum ada angkutan yang mampu mengangkut para penumpang dari bandara ini ke pusat kota atau sebaliknya.
Padahal, jika ada angkutan yang menghubungkan bandara dengan pusat kota, maka akan banyak orang yang tertarik. Salah satunya adalah Mbak Dian Restu Agustina - seorang blogger yang memiliki keluarga di Kediri. Beliau akan sangat terbantu jika mudik ke Kediri dari bandara ini. Berbagai keperluan bisnis pun akan bisa lebih terkoneksi dengan adanya bandara ini.
Untuk itulah, peran pemerintah, terutama Pemkot Kediri, Pemkab Kediri, dan Pemda di sekitarnya dalam menyediakan transportasi lanjutan sangat diharapkan. Jangan sampai ada anggapan bahwa Bandara Dhoho ini berakhir sia-sia. Yah meski yang membangun dari swasta, tetapi sayang kan jika harus berakhir tragis. Apalagi sudah mengganti banyak lahan produktif seperti lahan nenek saya yang sebenarnya masih bisa menghasilkan beras.
Tags
Catatanku
