Mau Nyoba Kuliner Viral Tiktok? Perhatikan Ini Dulu

Ilustrasi

Harus diakui, kini Tiktok menjadi referensi utama masyarakat yang akan melakukan wisata kuliner.

Penyampaian visualisasi yang menarik, ringkas, dan padat, membuat orang menggunakan Tiktok sebagai bahan rujukan. Blog dan YouTube tak lagi dilirik meski masih ada orang yang menggunakan keduanya. Tiktok dianggap lebih unggul karena orang memiliki sedikit waktu untuk mencari referensi.

Walau punya banyak keunggulan, tetapi tentu ada saja kelemahan yang ada dalam video Tiktok. Narasi yang terlalu singkat membuat banyak informasi yang termuat tidak terlalu jelas. Tidak hanya itu, kadang apa yang digambarkan dalam Tiktok tidak sesuai dengan kenyataan. Banyak sekali masyarakat yang kecewa saat mendatangi lokasi kuliner.

Entah rasa yang kurang enak. Kondisi tempat makan yang kumuh. Pelayanan yang kurang maksimal, hingga antrean yang kurang kondusif. Sebagian besar masyarakat yang datang ke tempat kuliner yang direkomendasikan oleh TikTok kecewa karena ekspektasi mereka yang keburu tinggi tidak dibarengi dengan kondisi di lapangan.

Sudah jauh-jauh datang eh malah tempatnya kurang pas. Mau balik arah kok ya sayang karena terlanjur penasaran. Alhasil, rasa kekecewaan pun seringkali muncul. Makanya, agar tidak kecewa, maka perlu memperhatikan beberapa hal berikut.

Pertama, review google map

Walau google map masih bisa diakali dengan pengerahan buzzer, tetapi aplikasi ini masih bisa diandalkan untuk menilai sebuah tempat kuliner layak untuk dijadikan referensi atau tidak. Banyak pengunjung google map secara sukarela membagikan pengalaman ketika makan di sebuah tempat makan. Mereka biasanya menilai sesuai dengan apa yang mereka rasakan.

Para pengunjung akan memberikan ulasan singkat mengenai keadaan tempat makan yang sebenarnya. Dari ulasan ini, kita bisa menilai apakah tempat tersebut layak atau tidak dijadikan referensi kuliner.

Rating bintang yang mereka berikan juga bisa dijadikan pedoman. Bila ada rating yang jelek, maka bisa kita cocokkan satu dengan yang lainnya. Adanya gambar sangat membantu dalam penilaian ini karena biasanya mereka memberikan gambar yang nyata.

Kalau saya sendiri menggunakan batas minimal bintang 4 sebagai pedoman. Bahkan, kadang saya menggunakan batas bintang 4,5 jika saya rasa tempat makan tersebut menjual makanan dan minuman dengan harga cukup mahal. Kalau sudah di bawah 4, meski banyak food vlogger dan tiktoker yang mereview bagus, tetap saja saya hindari.

Kedua, rekomendasi dari orang terdekat

Tentu, kita bisa menggunakan orang terdekat dalam menilai apakah tempat makan yang akan kita datangi bagus atau tidak. Bisa teman, saudara, pacar, atau rekan kerja. Mereka yang sudah pernah mengunjungi sebuah tempat makan akan bisa jadi rujukan utama berdasarkan pengalaman.

Mereka bisa bercerita apa yang dan apa yang tidak enak di tempat makan tersebut. Jangan lupa untuk bertanya rekomendasi menu andalan agar kita bisa puas saat datang ke sana. Termasuk, promo diskon dan potongan harga di momen tertentu.

Rekomendasi paling manjur biasanya dari rekan atau saudara yang pernah mengikuti sebuah acara gathering kantor. Terlebih, jika acara tersebut melibatkan PNS atau lembaga negara. Biasanya, acara di tempat makan tersebut memilih tempat makan yang sangat terekomendasi. Standar mereka sangat tinggi untuk memilih tempat makan tersebut.

Ketiga, pilih rekomendasi dari food vlogger/food blogger/tiktoker terpercaya

Saat ini memang banyak orang berlomba-lomba untuk mereview sebuah tempat makan. Tiba-tiba di beranda Tiktok muncul banyak orang yang mengaku sebagai food reviewer. Tentu ini berbeda saat blog masih berjaya. Food blogger yang menuliskan review di blog adalah orang yang memang niat dan benar-benar mereview dengan jujur dan dalam.

Saya sendiri hanya melihat ulasan dari beberapa food reviewer yang memang sangat terpercaya. Kalau enak ya enak kalau enggak ya enggak. Sebut saja Farida Nurhan, Nex Carlos, Anak Kuliner, dan lain sebagainya. Saya jarang percaya pada food reviewer dadakan apalagi dengan narasi yang bombastis. Kebanyakan sih tak sesuai kenyataan.

Makanya, kita sebagai pemirsa juga perlu selektif dalam mempercayai konten di media sosial, terutama soal food review. Jangan sampai kita kecewa saat sudah datang ke tempat tersebut dengan pelayanan yang kurang memuaskan. Sayang kan in this economy kita membuang uang kita demi makanan yang sebenarnya kurang worth it dari segala aspek.


Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya