![]() |
| Kondisi Terminal Madyopuro yang belum ada tand-tanda persiapan |
Tanggal 20 November 2025 ini akan menjadi momen bersejarah bagi warga Malang Raya.
Apalagi, kalau bukan beroperasinya Trans Jatim Malang Raya Koridor 1. Transportasi umum dengan moda Bus Raya Terpadu (BRT) ini akan mengaspal di jalanan Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Bermula dari Terminal Hamid Rusdi Kota Malang, Trans Jatim akan berajalan ke arah Terminal Batu dan melewati banyak tempat wisata penting.
Mulai dari Museum Brawijaya, GOR Ken Arok, Jatim Park 2, dan Batu Night Spectacular (BNS).. Selain melewati banyak tempat wisata tersebut, Trans Jatim juga akan melewati banyak kampus dan sekolah di Malang. Ada Kampus UM, UB, UIN, dan UNISMA. Trans Jatim Malang Raya koridor 1 juga direncanakan melewati pusat perbelanjaan seperti Matos, MOG, dan Pasar Among Tani Kota Batu. Tak heran, keberadaan Trans Jatim ini akan menjadi primadona baru bagi warga Malang Raya.
Sayang, pemerintah daerah dalam hal ini Pemprov, Pemkot, dan Pemkab di wilayah Malang Raya seakan kurang serius dalam mempersiapkan moda transportasi ini. Bermula dari pengunduran jadwal operasional yang direncanakan Oktober 2025 menjadi November 2025, masih ada beberapa masalah yang timbul dalam persiapannya. Salah satunya adalah penempatan halte.
Bukan rahasia umum, rute Trans Jatim yang direncanakan beririsan dengan rute angkot dan angdes di wilayah Malang Raya. Maka, halte yang tersedia pun tidak bisa terlalu dekat. Semisal, dari arah Terminal Hamid Rusdi ke arah Terminal Madyopuro, hanya ada sekitar 3 halte saja. Padahal, jarak kedua terminal itu cukup jauh. Sangat berbeda dengan Trans Jatim koridor lain di wilayah Gerbangkertosusila.
Jauhnya jarak antar halte ini bisa jadi sebagai bentuk solusi atas penolakan sopir angkot terhadap keberadaan Trans Jatim. Daripada tidak jadi jalan karena penolakan tersebut, maka lebih baik haltenya dibuat berjauhan. Nantinya, angkot bisa menjadi pengumpan bagi penumpang Trans Jatim yang akan naik atau turun moda transportasi tersebut.
Walau bisa menyelesaikan masalah penolakan sopir angkot, tetap saja jauhnya jarak antar halte ini membuat penumpang Trans Jatim akan kesulitan. Alasannya, tidak semua halte tersebut tersedia jalur angkot yang masih eksis, terutama hingga malam hari. Alhasil, penumpang harus mencari alternatif transportasi sendiri, semisal ojek online.
Tak hanya masalah jauhnya jarak antar halte, belum terbangunnya fasilitas halte dengan turut menjadi satu poin belum siapnya operasional Trans Jatim. Beberapa hari sebelum peresmiannya, saya mencoba untuk melihat pembangunan halte Trans Jatim di Terminal Hamid Rusdi dan Terminal Madyopuro.
Proses pembangunan halte di Terminal Hamid Rusdi memang sudah mulai dikerjakan. Tampak pekerja dan petugas Dishub bersiaga untuk proses pembangunan. Namun, saya tidak melihat tanda-tanda pembangunan halte di Terminal Madyopuro. Semua masih tampak adem ayem dan seakan tidak ada persiapan sama sekali.
![]() |
| Petugas sedang membangun halte di Terminal Hamid Rusdi |
Bahkan, jalanan di dalam terminal masih terlihat becek dan berlubang. Entah bagaimana kondisi bus saat melewati terminal tersebut, yang jelas persiapan belum dilakukan. Beberapa halte yang sedianya digunakan sebagai tempat pemberhentian bus Trans Jatim juga masih belum diperbaiki. Masih banyak coretan dan halte terlihat usang.
![]() |
| Halte di depan Malang Town Square yang masih terlihat usang |
Kondisi ini mencerminkan sebenarnya pengoperasian Trans Jatim Malang Raya belum siap. Namun, rencana pengoperasioan seakan dipaksakan. Padahal, keberadaan halte untuk menunjang operasional bus Trans Jatim sangatlah penting. Jangan sampai banyak penumpang tidak bisa naik dan turun dengan nyaman di halte yang dituju.
Kita lihat saja apakah bus ini bisa berjalan dengan baik. Akan tetapi, melihat kondisi di lapangan sebelum bus beroperasi, rasanya kok agak pesimis ya.


