Asyiknya Naik Ferry itu Dapat Kehangatan Indonesia Mini




Tak terasa, bus dari Malang yang membawa rombongan kami telah sampai di ujung timur Pulau Jawa. Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.

Melirik jam tangan, rasanya tak kuasa mata ini untuk bisa terbuka lebar. Tepat tegah malam, saya dan rombongan rekan kerja yang sedang berlibur ke Bali akan meneruskan perjalanan istimewa melalui jalur laut. Saya bisa mengatakan istimewa karena hampir semua dari kami belum pernah menaiki Kapal Ferry. Salah satu moda transportasi yang dikelola oleh ASDP Indonesia Ferry ini adalah impian dari pengalaman perjalanan kami menyeberangi Selat Bali. Maka, pengalaman berharga inipun tak akan kami sia-siakan.

Dengan hati-hati, selepas keluar dari bus dalam kondisi mata yang masih terkantuk-kantuk, kami menaiki tangga menuju kabin kapal. Di belakang kami, tampak rombongan yang entah dari mana asalnya mulai menyemut dan memenuhi ruang parkir di dalam dek bawah kapal. Maklum, kala itu liburan panjang Natal masih berlangsung. Pulau Dewata masih menjadi magnet yang menarik untuk disinggahi. Asyiknya, banyak diantara pelancong tersebut masih setia menggunakan Kapal Ferry dibandingkan moda transportasi lain.

Aktivitas Lego Jangkar dari Kapal Ferry yang kami naiki.

Sesampainya di kabin kapal, saya mencoba mencari ruang kosong untuk sekedar berselonjor. Menyendiri dari rekan-rekan lain yang langsung menuju ke tempat duduknya masing-masing. Sayang, kursi-kursi di kabin kapal sudah penuh dengan penumpang. Lalu lintas Selat Bali sedang ramai kala itu. Saya hanya bisa duduk sebentar di dekat pengisi daya ponsel untuk sekedar mengisi baterai agar penuh kembali. Untunglah, pihak ASDP Indonesia Ferry menyediakan tempat yang saya butuhkan tersebut.

Suasana di ruang santai kabin kapal

Diiringi Lagu Tanjung Mas Tinggal Janji, sambil menunggu baterai ponsel saya penuh terisi saya mengamati aktivitas para penumpang. Aneka kegiatan pun mereka lakukan, mulai dari tidur, karaoke, makan, hingga sekedar melihat penumpang lain yang hilir-mudik. Namun, pandangan saya beralih kepada para penumpang yang hanya duduk santai dan bercakap-cakap.

Tempat duduk yang nyaman.

Para penumpang tersebut menarik perhatian saya kala mata mulai hilang rasa kantuknya. Bukan paras wajah atau barang bawaan yang berlebih, namun ragam bahasa yang menjadi tutur kata mereka menggelitik hati saya. Sesekali, saya mendengar mereka bercakap-cakap dalam bahasa Osing Banyuwangi. Ada pula, bahasa Madura yang kental turut terdengar di telinga saya.

Bahasa Bali yang akan menjadi bahasa utama di pulau yang akan kami kunjungi juga turut menyeruak diantara bahasa lainnya. Samar-samar, saya juga mendengarkan sebuah kata sapaan dalam bahasa Bugis, Tabe’ yang berarti permisi ketika beberapa orang sedang berjalan dan melewati penumpang lain. Kata ini terdengar tak asing bagi saya karena sering diucapkan Bibi yang kebetulan orang Bugis.

Dua orang pemuda yang duduk di dekat tempat jaket keselamatan coba saya datangi. Mereka juga bercakap-cakap dengan bahasa yang tak saya mengerti. Saya menyapa mereka dan memulai pembicaraan basa-basi. Tentu, dalam bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu bangsa. Alangkah senangnya hati tatkala mereka merespon hangat sapaan saya.

Ternyata, mereka adalah para traveler yang berasal dari Lombok. Dua traveler berbahasa Sasak itu baru saja melakukan perjalanan jauh dari Yogyakarta. Saat itu, mereka akan kembali ke tempat asalnya, Praya, Lombok Tengah. Kami berbincang hangat seputar wisata di daerah masing-masing. Saling mengagumi kuliner lokal, wisata alam, hingga aneka tradisi unik. Ah senangnya, inilah kehangatan Indonesia kecil yang saya temukan dengan asyik di Kapal Ferry.

perlengkapan keselamatan ferri ketapang gilimanuk
Perlengkapan keselamatan.

Melihat cerita dua penumpang itu, saya kembali bernostalgia saat berkunjung ke Pulau Lombok dan pertama kali naik Kapal Ferry. Kala itu, saya masih duduk di bangku SD dan sedang memenuhi undangan salah satu kerabat dekat. Saya yang aerophobia bersama ayah melintasi Selat Lombok dengan tujuan Pelabuhan Padang Bai untuk pulang ke Malang.

Ayah memutuskan menaiki Kapal Ferry karena saya terus menangis di atas pesawat terbang dalam perjalanan berangkat dari Surabaya menuju Lombok. Sebelum melintas Selat Lombok, seorang ibu beserta anak kecil menawarkan saya mainan Kapal Ferry dari plastik di ruang tunggu Pelabuhan Lembar.

Ayah lantas membelikan mainan tersebut. Ternyata, mainan Kapal Ferry itulah yang menyelamatkan saya dari ketakutan akibat ganasnya ombak lautan. Di dalam kapal, saya bertemu anak-anak lain yang entah berbicara dalam bahasa apa. Lucunya, kami tiba-tiba saja akrab dan bermain bersama dengan mainan baru saya. #AsyiknyaNaikFerry membuat saya kala itu lupa dengan kondisi kapal yang sering terombang-ambing hingga masih bisa tersenyum saat Kapal Ferry bersandar di Pelabuhan Padang Bai.

Pengalaman kedua naik Kapal Ferry ini jelas membuka memori kembali masa kecil saya menemukan kehagatan dengan orang-orang yang baru saya kenal. Dari berbagai suku bangsa di Indonesia, saya bisa menemukan arti Indonesia sebenarnya. Ramah, indah, dan hangat. Selepas puas menikmati riuh rendah di dalam penumpang, saya memutuskan untuk naik ke geladak kapal.

Rasanya sayang jika tak melihat keindahan malam Selat Bali. Rupanya, di sana telah berkumpul rekan-rekan lain yang sudah tak mengantuk lagi. Mereka telah beranjak dari tempat duduknya di kabin untuk mendapat suasana baru. Kembali bersemangat untuk menikmati malam, kami bercengkerama duduk sambil bercerita di atas geladak Kapal Ferry yang kami naiki.

Ibu Guru Kelas 6 sedang bersantai di geladak kapal sambil menikmati kerlip lampu dari pulau seberang.

Kami mengobrol aneka bahan pembicaraan sambil menikmati dinginnya malam. Tertawa bersama sejenak melupakan penatnya rutinitas, sesekali kami bernyanyi bersama. Satu hal sederhana namun kaya makna yang tak mungkin kami lakukan saat berada di dalam bus dengan gawai masing-masing. Penumpang lain pun juga banyak yang melakukan aktivitas serupa.

Oh inikah #AsyiknyaNaikFerry itu? Saat kami, para penumpang dari berbagai daerah begitu guyub dan menikmati perjalanan melewati selat yang menghubungkan pulau-pulau indah di negeri ini. Pengalaman yang tak akan mungkin terjadi dengan moda transportasi lainnya. Dan yang pasti, pengalaman berharga ini hanya perlu ditebus dengan harga tiket yang murah meriah.

Kata ibu-ibu ini, naik Kapal Ferry itu romantis. Jadi asyik bisa mengenang masa muda.
Memang asyik berpose di atas Kapal Ferry.
Tapi, paling asyik bisa melihat kerlip lampu nun jauh di seberang sana.

Seraya menikmati suasana yang gayeng, kerlap-kerlip lampu yang berada di seberang lautan menambah syahdu suasana. Pulau Bali, yang akan kami tuju tampak elok dengan hiasan aneka lampu tersebut. Perjalanan singkat selama 45 menit terasa sulit untuk diakhiri. Kapal Ferry pun bersandar di Pelabuhan Gilimanuk. Tapi,  #AsyiknyaNaikFerry akan selalu terngiang dalam setiap memori perjalanan menjejaki indahnya negeri ini. Kapal Ferry yang dikelola ASDP Indonesia Ferry menjadi pahlawan super dalam usaha konektivitas pulau-pulau indah itu.

Terimakasih ASDP Indonesia Ferry sudah mengantar saya ke Bali.

Terimakasih ASDP Indonesia Ferry sudah menghubungkan kami. Terimakasih sudah mengantarkan kami ke Bali.

Gambar: Dokumentasi Pribadi.

44 Comments

  1. Pura Ulun Danu emnk keren selalu

    ReplyDelete
  2. Sedih *efek belum pernah naik ferry*

    Banyuwangi juga punya bahasa daerah sendiri to mas? Baru tau. Selama ini mah, seringnya cuma denger Bahasa Jawa--sama elo-gue-elo-gue, doang. Ternyata di Bnayuwangi juga ada bahasa daerah sendiri.

    Alkhamdulillah, meskipun takut naik pesawat--tapi setidaknya masih nyaman kalau naik kapal laut :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. *pukupuk hayo disegerakan naik Ferry

      banyuwangi itu bahasanya ada yang osing, campuran Jawa-Bali-Madura. Klo gak salah biasanya tarian gandrung pake bahasa ini

      iya, kapal ferry menyelamatkanku dari aerophobia, hehe

      Delete
  3. Kalau naik kapal laut begini seru dan menegangkan, serunya kadang bisa dapat teman baru, menegangkan nya di tengah laut apalagi kalo ombaknya gede..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. ombak yang ganas tak akan terasa karena keseruan dapat teman baru

      Delete
  4. bali selalu penuh cerita yah bang hhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar, bali akan selalu terkenang
      apalagi kalau perjalanannya naik Kapal Ferry

      Delete
  5. Wah seru. Aku belom pernah naik kapal Ferry. Pengen deh sekali-kali. Iya, katanya bisa merasakan kebersamaan di kapal Ferry itu ya. Bisa jumpa dengan berbagai karakter manusia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. monggo mbak, ini yang jadi asyiknya naik Ferry
      ketemu banyak orang dan itu asyik

      Delete
  6. waaah tempat duduknya nyaman banget ya. Belum pernah nih nyobain ferri dari pulau Jawa ke pulau Bali. Saya seringnya naik ferri dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Kapan-kapan ajakin anak-anak aah, pasti mereka senang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku malah dari Jawa ke Sumatra yang belum pernah
      wah pasti seneng mbak mereka bisa asyik naik Ferry

      Delete
  7. pertama naik ferry rasanya kayak mau mabuk laut lama lama enggak juga, yang penting hati senang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. sip, yang penting hati senang mbak
      naik ferry jadi asyik

      Delete
  8. Ya ampuun jadi kangen 8 tahun bolak balik Denpasar-Kediri musti menyebrang pakai ferry. Dua tahun terakhir saja baru naik pesawat pas sudah kerja karena waktu cuti terbatas.

    Yang paling saya suka beli popmie dan kopi di atas ferry, terus naik ke atas lihat kelap-kelip lamu di kejauhan....:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah mbak Dian ini yang mbaurekso keasyikan naik ferry hehe

      Delete
  9. Kasihan saya belum pernah naik Ferry..sepertinya indah banget apalagi kalau malam...

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ayo disegerakan
      naik ferry malam makin asyik mbak

      Delete
  10. saya juga kalau pulkam naik ferry bro, pelabuhan merak-bakauheni hehe

    ReplyDelete
  11. Seu ya naik ferry bareng-bareng. Tapi kalau saya pasti kena mabuk laut, haha. Paling gak bisa naik kapal laut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah asyik loh mbak padahal
      air lautnya tenang kok hehe

      Delete
  12. Wah saya belum pernah naik kapal ferry, jadi belum tahu gimana rasanya.

    ReplyDelete
  13. Wuih enaknya jalan2pake kapal ferry.. jujur syaa belum pernah nyoba kang,, katanya gaboleh coba kalau orangnya sering mabok laut.. semoga aja someday bisa coba naik ferry kayanya seru ya kang

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau belum dicoba belum tau mbak
      asyik kok insha allah klo yakin dijamin gak akan mabuk laut
      malah akan asyik menikmati suasana

      Delete
  14. Ferry adalah kendaraan yg penuh kenangan bagi saya..

    ReplyDelete
  15. Aku pas ke bali...blm ngeblog si mas...jd nggak jeli. Naik ya naik aja..ngobrolnya juga sama temen2 brangkat dr Jogja.

    Pas ke Lombok juga.masih mahasiswi dulu statusnya.. hiburannya lihat lumba2 karena nyebrangnya lama..

    Andai dulu udah ngeblog ya..,😀😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha bisa aja mbak
      iya andai dulu ada blog pasti seru ceritanya
      apalagi dulu lumlumnya banyak ya mbak
      pasti asyik

      Delete
  16. Kyaknya seru nih naik kapal Ferry, aku tuh belum pernah naik ginian.

    ReplyDelete
  17. Baca tulisamu ini, jadi kangen Bali hehehe mengenang masa2 backapackeran ngegembel pas kuliyah dulu hahahah 😁😁😁, entah sekarang ongkos ferry dari katapang-gilimanuknya juga udah berapa Kali ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru tuh mas kalau sering backapkeran
      aku jadi pengen nyoba gak sama rombongan hehe
      klo gak slaah 50 rebu gitu tapi tergantung bawa motor atau gak sih

      Delete
  18. Kalo di indo, aku ngerasain naik ferry pas nyebrang dari banyuwangi ke bali. Tapiiii itu pas TK hahahaha. Jd ga inget sih rasanya. Jauh2 tipis kali ya pas aku naik ferry dari hiroshima ke Miyajima :D. Sbnrnya lumayan suka naik ferry. Apalagi kalo gede gitu goyangannya ga terlalu berasa. Tp kalo kapalnya kecil kayak pas dari Hongkong ke macau, nah itu pusing sih

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha ya ampun pas TK jaman kapan itu mbak...
      iya mbak klo kapal kecil jadi terasa ya
      aku pas nyebrang ke madura dulu lumayan pusing
      tapi klo ke Bali ini gede sih kapalnya jadi gak kerasa

      Delete
  19. Saya seumur-umur naik kapal baru sekali. Itu aja cuma dari muara angke ke pulau harapan (kep. seribu). Pas berangkat ombaknya gede lagi. Mabok deh saya haha

    Weh pura ulun danu. Jadi inget waktu ke bali akhir tahun lalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kasian sekali mas sampe mabok tergantung angin juga ya

      iya pura ulun ini emang ngangenin...

      Delete
  20. Dulu sebelum pesawat ada tiket2 promo kayak sekarang, pulang kampung masih naik Ferry, walau cuma nyeberang di Merak - Lampung. Itu kayaknya seru juga ya naik Ferry-nya malam2. Langitnya lebih cakep.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku malah belum pernah nyebrang ke Lampung mbak huhu
      iya mbak asyik klo malem gak panas juga

      Delete
  21. Pelabuhan Ketapang Banyuwangi ini jadi saksi pertamakali pengalamanku naik kapal ferry.
    Saat itu kami rombongan bus study tour dan keberangkatan pagi hari.
    Karena baru pertamakali punya pengalaman naik kapal ferry, aku milih berdiri di dek dan norak ngga mau pindah ke area dalam kapal .. sepanjang perjalanan tetep anteng berdiri disana 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mas
      ini pelabuhan memorabel banget ya...
      aku juga seneng di luar aja
      kalau gak dingin seihhh

      Delete
  22. Naik kapal biasa aja belum pernah. apalagi naik kapal Ferry. Entah tahun berapa bisa merasakan naik kapal ferry

    ReplyDelete
Next Post Previous Post