Perhatikan Lima Hal Ini Agar Kemampuanmu Dihargai

Bukannya saya takabur, tapi saat menjadi guru di SD dulu entah mengapa saya menjadi tumpuan sekolah dalam berbagai kegiatan, terutama administrasi.


Memang sebetulnya hal ini tidaklah baik lantaran saya juga memiliki keterbatasan. Namun paling tidak, dengan beberapa tahun mengurusi berbagai kegiatan selain mengajar, ada banyak kemampuan yang bisa saya dapat dan bisa saya aplikasikan kepada pekerjaan saya yang sekarang.

Kemampuan tersebut memang tidak datang sendirinya. Kerja keras dan usaha pantang menyerah tentu harus dilakukan. Saat awal mengajar dulu, banyak pihak terutama guru senior yang meremehkan kemampuan saya. Terutama, saya bukan lulusan PGSD dan belum pernah mengajar di sekolah sama sekali.

Dengan berjalannya waktu, hampir semua guru-guru senior tersebut malah bersimpati kepada saya. Namun, bukan tebar pesona yang saya berikan tapi saya memberikan beberapa hal yang sejatinya harus dimiliki para pekerja agar kemampuannya bisa diapresiasi.

Pertama, irit bicara. Ungkapan seperti ini nyatanya sangat mengena dan perlu untuk dikembangkan jika kemampuan kita ingin diapresiasi. Irit bicara bukan berarti tak mau berbicara dengan rekan kerja atau tidak bisa mengungkapkan pendapat.

Irit bicara di sini berarti ketika ada pekerjaan, fokus dulu pada pekerjaan kita. Jika ada hal yang sulit, coba dahulu sampai benar-benar kita tidak bisa melakukan pekerjaan tersebut dan bertanya kepada rekan atau yang lebih ahli. Terlalu banyak bertanya malah menunjukkan kita tidak memiliki usaha. Saya selalu mengurangi pembicaraan yang tidak perlu di WAG kantor dulu terutama saat jam kerja.

Saya akan mulai berbicara ketika waktu yang tepat. Misalnya, ketika ada rapat guru yang membahas masalah kesiswaan. Saya akan berbicara blak-blakan sesuai dengan realita di lapangan. Tentu, saya tidak ngegas menunjukkan apa yang saya ketahui dan apa yang saya yakini. Ini penting agar tidak ada kesan bahwa kita banyak bicara tapi sedikit pengetahuan. Makanya, saya selalu berusaha berbicara seperlunya namun mengena pada pokok permasalahan untuk segera dicari solusinya.

Kedua, semaksimal mungkin menjadi fast learner. Artinya, saya berusaha menyerap ilmu baru yang saya dapatkan untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan. Saat di sekolah tersebut, saya telah mengerjakan berbagai pekerjaan yang seharusnya menjadi tugas pokok tenaga Tata Usaha lantaran sekolah kami memang kekurangan tenaga.

Mulai dari Laporan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Padamu Negeri, Data Pokok Pendidikan (Dapodik), Pendataan Ulang PNS (PU-PNS), dan beberapa aplikasi administrasi lainnya. Apakah saya capek?

Tentu capek. Tapi saya mencoba untuk melakukannya dengan senang hati lantaran semua itu akan kembali kepada saya sendiri. Kala guru sejatinya hanya mengajar saja, namun saya pun mendapat ilmu baru di luar itu. Saya jadi tahu seluk beluk pengelolaan keuangan sekolah dan kemampuan manajerial yang harus dimiliki seorang kepala sekolah.

Walau, lagi-lagi saya bukanlah lulusan akuntansi tapi saya juga dituntut untuk cepat menguasai aneka pola laporan keuangan yang cukup rumit, alur kas dan berbagai laporan faktur pajak yang menyertainya. Apapun cara yang saya tempuh, selama itu baik tak masalah. Saya malah pernah mengikuti semacam kursus Akuntansi singkat agar saya bisa memahami dengan cepat berbagai model pembukuan rumit tersebut. Kalau kita tidak ingin dilindas oleh orang lain, maka kita harus melindas mereka. Caranya ya tak lain bisa menguasai ilmu baru dengan baik dan cepat.

Ketiga, tetap jaga kepercayaan orang yang telah memberi kepercayaan itu kepada kita.
Inilah yang cukup susah susah gampang. Jika kita telah mendapatkan posisi, pasti ada rasa puas dan bangga yang menjurus ke malas dan seenak sendiri. Saya yakin pasti ini ada.

Ketika pada posisi ini, bukannya rasa untuk meningkatkan kemampuan, namun rasa untuk menjaga kenikmatan atas apa yang kita peroleh yang sering dirasakan. Itulah alasan mengapa banyak (maaf) oknum PNS yang berbuat sesuka hati mereka.

Dengan dalih mereka mendapat posisi aman, mereka tidak bekerja dengan maksimal dan menjaga kepercayaan yang telah diberikan. Makanya, Kepala Sekolah saya dulu tak bisa jauh-jauh dari saya. Beliau memang telah mendekati masa purna tugas sehingga banyak kegiatan administrasi tidak bisa dijalankan dengan baik. Saya sangat maklum akan hal itu.

Namun uniknya, beliau tidak memberikan kepercayaan berbagai tugas penting kepada guru PNS yang juga banyak memiliki kemampuan baik. Entah, apa alasannya, ketika saya menanyakan suatu pekerjaan yang semestinya didampingi oleh Guru PNS, sang kepala sekolah tersebut berkata tidak ada guru PNS yang bisa dipercaya di sekolah saya. Sungguh, saya sempat bingung kala itu. Namun, satu hal yang perlu digarisbawahi, saya semakin yakin bahwa kepercayaan orang kepada kita sangatlah mahal.

Jika kita tidak sungguh-sungguh amanah dalam menjaga kepercayaan itu, maka selamanya kita tak akan dihiraukan. Makanya, pada pengerjaan SKP (penilaian bagi guru PNS oleh Kepala Sekolah), saya sampai rela mencetak dokumen di rental lantaran tidak ingin nilai tersebut diketahui oleh guru yang sedang dinilai.

Keempat, tetap kembangkan kemampuan kita sesuai bidang minat yang kita tekuni. Ini penting karena jika kita berfokus saja pada tugas harian, yang ada kejenuhanlah yang akan muncul. Dalam porsi yang wajar, kemampuan ini juga perlu kita kembangkan.

Meski tugas saya seabrek dan banyak kegiatan administrasi yang harus saya selesaikan, namun saya masih diberi kesempatan oleh sekolah untuk mendampingi anak-anak band berlatih musik karena saya juga sedikit bisa bermain piano. Saya juga tetap menjadi pelatih anak-anak yang akan maju lomba siswa berprestasi dan olimpiade MIPA karena bidang keilmuan saya dari Fakultas MIPA. Bersyukurnya, ekskul band sekolah saya kerap tampil dan beberapa kali anak-anak didikan saya menjuarai lomba siswa berprestasi di tingkat kota. Dalam hal kepenulisan, saya dorong siswa saya untuk terus menulis, baik cerpen datau esai. Salah satu diantara mereka kini telah menerbitkan cerpen anak saat duduk di bangku SMP. Jadi, tak ada alasan untuk tidak mempertajam kemampuan kita.

Kenang-kenangan bersama Kepala Sekolah saat mengantarkan dua siswa saya meraih juara 1 dan 2 Lomba siswa berprestasi tingkat Kecamatan Klojen. Layaknya Lomba Berprestasi, dalam menjual kemampuan kita ke perusahaan atau organisasi, ada banyak aspek yang menjadi penilaian
 Terakhir, terus beradaptasi dan rendah hati. Ini dua poin penting. Adaptasi ini menuntut kita tetap tangguh apapun kondisi yang menghimpit kita. Tetap berupaya dengan kemampuan dan daya dukung kita agar pekerjaan terselesaikan dengan baik. Saya selalu berprinsip untuk tidak membuat alasan bla bla bla kala mendapat pekerjaan sesulit apapun. Bahkan, saat mencoba menulis artikel setiap hari dengan konsisten, saya akan berusaha semaksimal mungkin mengerjakannya tepat waktu entah apapun kondisinya.

Dan yang paling penting, tetap rendah hati. Sehebat apapun kemampuan kita, tapi jika kita sombong maka orang tidak akan bisa respect. Segala hal yang kita jual kepada orang lain akan sia-sia. Terlebih, jika kita berani menyepelekan orang lain. Dalam hal narablog dan dunia media sosial, saya tidak melabeli diri saya dengan segudang sematan. Saya hanya menampilkan bahwa saya suka menulis. Mungkin, beberapa lomba blog yang saya menangkan dan buku yang saya tulislah yang saya pajang di halaman informasi pribadi.


Setiap orang memiliki hak masing-masing akan masalah ini. Namun, bagi saya, label yang banyak tidaklah menentukan keberhasilan kita. Saya lebih tertarik terus menulis dan mengasah kemampuan saya. Dengan karya yang saya pajang, maka orang lain akan sendirinya respect terhadap saya. Tidak perlu banyak label yang membuat kepala saya besar dan beban saya semakin berat.

Bagaimana dengan Anda?

Post a Comment

Next Post Previous Post