Mengelola Potensi Nyinyir agar Membawa Hoki

Hati-hati dengan kenyinyiran saya, hehe. - Puan.co

Wah, kalau ditanya hobi atau kelebihan yang berpeluang untuk dijadikan potensi masa mendatang saya mungkin akan kesulitan.

Bisa jadi, hobi nyinyir adalah salah satu kelebihan yang bisa berpotensi. Lah, kok malah nyinyir. Bukankah hal itu tidak baik dan merugikan diri sendiri serta orang lain? Hmm tunggu dulu. Walau saya punya kelebihan nyinyir dan suka komplain, saya masih belum setubir akun nyinyir kok. Saya juga tidak memanfaatkan hal ini untuk meraih banyak follower dengan nyinyir sepanjang hari.


Saya malah lebih mendalami nyinyir ini dalam bentuk tulisan panjang agar menjadi suatu permasalahan yang bisa dikaji dari berbagai sisi.


Halah, berat sekali bahasanya. Intinya seperti ini. Entah sejak kapan hobi dan kelebihan ini datang, saya kok gemes ya saat melihat hal-hal yang tidak sesuai semestinya. Tangan ini selalu gatal untuk menulis hal-hal yang menurut saya tidak seusai dengan perutukannya.

Entah mengenai sistem pendidikan, masalah sosial, hingga yang sering saya nyinyiri adalah masalah penggunaan fasiitas umum. Dalam dunia narablog, saya juga kerap nyinyir terutama kepada bloger yang menulis tanpa melihat kaidah kepenulisan yang baik. Bukan bermaksud sok sempurna atau apa, tetapi saya sering gatal jika menemukan tulisan yang ambigu dan tidak meletakkan tanda baca dengan semestinya. Inginnya kok nyinyir terus.

Setiap hari, saya bahkan bisa menemukan hingga lima topik kenyinyiran yang sudah saya rencanakan untuk saya tulis.


Nah, agar tulisan nyinyir ini tidak cenderung menyerang tendensius suatu pihak, maka saya harus banyak membaca mengenai apa yang saya nyinyirkan. Inilah yang coba saya terus kembangkan untuk tetap nyinyir dilengkapi dengan kajian pustaka yang baik.

Makanya, saya berpedoman bahwa suatu masalah yang terpecahkan sebenarnya timbul dari nyinyiran yang terstruktur. Berbagai pertanyaan pun akan timbul manakala ada suatu hal yang dianggap aneh datau tidak benar. Pertanyaan-pertanyaan ini saya olah sedemikian rupa, dengan melakukan studi pustaka atau pun wawancara, agar saya mendapatkan informasi yang utuh dan tidak mengalami sesat pikir.

Saya beranggapan, di era media sosial sekarang, orang mudah untuk nyinyir tanpa melihat fakta-fakta di baliknya. Orang akan mudah untuk menilai bahkan menghujat pihak lain yang belum tentu memiliki kesalahan. Saya mencoba untuk memberi suatu terobosan baru dalam hal kenyinyiran bahwa jika diolah dengan baik, nyinyir akan membawa banyak manfaat.

Salah satu fokus kenyinyiran saya adalah mengenai penggunaan transportasi umum terutama kereta api.


Euforia masyarakat yang cukup tinggi akan transportasi ini nyatanya masih menyimpan banyak masalah. Persepsi naik kereta yang aman dan nyaman tidak sepenuhnya benar. Saat saya menemukan hal-hal yang dirasa tidak sesuai dengan peraturan semestinya, maka saya pun akan nyinyir dan memutuskan untuk membuat tulisan.

Namun, saya tidak langsung menghadirkan kenyinyiran itu seketika. Saya melihat dulu dari sudut pandang yang berbeda, terutama dari pihak yang lebih berkompeten. Makanya, saya biasanya mengirim pesan kepada PT KAI untuk meminta penjelasan mengenai masalah yang terjadi. Jika perlu informasi lebih lanjut, maka saya akan membaca utasan diskusi rekan-rekan Railfans, terutama yang sudah berpengalaman. Bisa jadi, dari diskusi ini, kenyinyiran saya memiliki kekuatan yang lebih untuk dijadikan sebuah tulisan yang komperhensif.


Dan puji syukur, berkat kenyinyiran ini, saya bisa menerbitkan sebuah buku mengenai perjalanan kereta api pada tahun kemarin.


Di buku itu, saya coba ulas mengenai perilaku para pengguna kereta api yang kurang baik dan beberapa fasilitas yang perlu dibenahi. Kalau saya simpan kenyinyiran saya, mustahil buku itu bisa terbit. Makanya, saya sangat bersyukur mendapat hidayah nyinyir ini yang harus saya pergunakan sebaik-baiknya.

Berkat nyinyir ini, pada tahun kemarin saya masuk nomine Kompasiana Award untuk kategori Best in Citizen Journalism. Yah walau belum menang tapi saya sungguh terkejut. Kata rekan saya, ini buah dari kenyinyiran yang saya tulis di Kompasiana. Kategori itu kan dikenal sebagai kategori bagi laporan warga yang nyinyir, hehe. Dari pencapaian ini, saya akan bertekad untuk tetap nyinyir dengan berimbang untuk kehidupan yang lebih baik.

Untuk ke depannya, saya masih menggarap buku solo kedua mengenai traveling yang juga tak jauh dari nyinyir.


Lucunya, buku kedua ini malah diterima oleh penerbit mayor bahkan di luar ekspektasi saya yang tidak menaruh harapan besar. Apa sih yang menarik dari tulisan saya yang nyinyir?

Saya juga ingin mengembangkan channel YouTube saya untuk melaporkan berbagai kejadian yang tidak semestinya. Saya terinspirasi dengan sebuah channel yang konsisten mengunggah video nyinyir terhadap operasi lalu lintas oknum kepolisian yang tidak sesuai prosedur. Yah walau tak mungkin juga saya melakukan kegiatan itu karena alasan keamanan, tetapi saya akan mencoba sebisa saya dulu. Mungkin bisa saya mulai dari hal-hal sederhana dulu, semisal membuat video mengingatkan pengunjung minimarket yang membuang sampah sembarangan.

Entah bagaimana nantinya, saya tidak mau terlalu muluk-muluk dulu. Alasannya, ketika saya fokus untuk menikmati kegiatan yang saya sukai (baca: nyinyir), pada perjalanannya ada saja hal-hal di luar dugaan yang bisa saya dapatkan. Ada saja potensi yang bisa saya kembangkan. Tak hanya itu, ide untuk nyinyir kadang datang dengan tiba-tiba membuat saya tidak mampu memprediksinya. Jadi ya, jalani saja.

Lantas, bagaimana dengan kelebihan Anda? Cerita yuk.

14 Comments

  1. Bang, tolong kunjungi blog aku. Sepertinya butuh nyinyiran darimu, wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Haha...saya mudeng kok apa yang mas ikrom pengen ungkapin tuh, terkait tulisan yang kasarannya nyinyir tapi sebenarnya kritis dan mengundang diskusi untuk penentuan problem solving yang win win...ya biar tulisane berbobot gitu deh kayak tulisane admin blog ini #haha gw minta ditraktir ini, #kidding

    Tapi emang yo kadang gemez sih klo nemu pelayanan fasilitas publik yang ga sesuai jalur dan naga naganya gatal pingin mengeluarkan komplain, tapi ya bener kayak sampeyan bilang ditulise musti dengan cara yang elegan ben nda menuai konflik di suatu hari nanti

    Eh btw blogku ojok kena nyinyiran ya mas amarga tulisane ga sesuai eyd wakaka #just kidding

    ReplyDelete
    Replies
    1. wakakakakak bisa aja mbak
      ya begitulah ini tangan kok enggak bisa diem ya mbak bawaan dari lahir kali hehe yang penting tetep hati hati sih

      wkwkw blog nya mbak nita mah kece apalagi yg punya mantan wartawan...

      Delete
  3. E penerbit mayor gramedkah, kepoooo deh gw hahaha
    Btw congrats mas buat bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. belum mbak ini masih di storial tapi masih akan diusahakan buat naik cetak hehe

      Delete
  4. Manakala netizen nyinyir mengubah nyinyirannya menjadi karya

    hihihi

    Aduh mas aku satu buku aja belom jadi jadiii

    ReplyDelete
  5. Hhehe nyinyir boleh tapi yang ada manfaat nya yah bang, kaya bang ikrom nih apalagi abang bisa sampe masuk nomine Kompasiana Award untuk kategori Best in Citizen Journalism. Keren abang ikrom, semangat terus yah bang ;)

    ReplyDelete
  6. nyinyir membawa berkah ya mas. hehe. kalau saya sukanya diam. gimana tuh. untunglah yang bekerja bukan mulut. tapi tangan. jadi nyinyirnya jadi cerita. keren mas, bisa jadi buku segala.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkw udah bawaan dari orok ya mbak mau gimana lagi

      Delete
Next Post Previous Post