Ngeblog adalah Pelita Kehidupan

Ilustrasi - https://hellboundbloggers.com/

Saya takut jika pada suatu saat nanti saya benar-benar tidak bisa ngeblog lagi. Selain alasan kematian tentunya.


Entah, apa alasan yang mendasari ketakutan saya ini. Bagi saya, ngeblog sudah menjadi napas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan saya. Ini seperti gim daring bagi para pecintanya atau layaknya burung kenari bagi para penyukanya. Sampai-sampai, di suatu perjalanan mobil bersama keluarga besar, saya selalu membawa perangkat menulis, mulai notebook, pensil, dan buku.

Take dan Give

Mendapat dan memberi.


Barangkali itu yang menjadi alasan saya tidak bisa lepas dari dunia ini. Saya mendapat banyak hal yang tidak saya dapatkan selain ngeblog. Korelasinya, saya juga akan memberi manfaat dari tulisan-tulisan yang saya tulis. Sekecil apa pun dan seremeh apapun.

Dalam kaitannya dengan berbagi ini, ngeblog adalah kegiatan yang bisa diibaratkan sebagai sebuah pelita kehidupan. Kalau dulu kita mengenal pelita kehidupan dari seorang guru yang mengajar di sekolah, dalam porsi yang berbeda, ngeblog juga bisa dikatakan seperti itu.

Bukankah kita sebagai bloger juga memberikan pengajaran dari tulisan yang kita tulis? Bukankah kita juga memberi arti kehidupan dari kegiatan ini? Maka bisa dibilang, bagi seorang bloger ia juga adalah guru dan panutan bagi orang di sekitarnya.

Untuk itulah, sejak saya mulai konsisten ngeblog, saya akan bertekad untuk menulis apa yang saya kuasai mendalam sehingga bisa saya bagi kepada orang lain. Tak hanya itu, mengingat para pembaca blog saya berasal dari berbagai kalangan, saya juga ingin tulisan saya bisa dipahami oleh banyak orang. Semakin banyak orang yang paham dengan apa yang saya tulis di situlah kebahagiaan saya tercipta.

Selain itu, apa yang saya tulis saya usahakan tidak jauh dari lingkungan sekitar.


Permasalahan umum yang bisa jadi dialami oleh sebagian besar orang saya coba paparkan mendalam. Saya juga membuka ruang diskusi bagi siapa saja yang bertanya, menyanggah, memberi saran, atau bahkan menolak tulisan saya. Ini semua bermuara kepada proses pembelajaran yang saya lakukan dalam dunia blog ini.

Dalam perjalanan berbagi ini, saya sangat gembira ketika benar-benar ada orang yang secara utuh membaca tulisan saya dan ingin berdiskusi lebih dalam. Biasanya, mereka menghubungi saya secara japri melalui akun FB atau pun Instagram. Rata-rata, mereka menanyakan lebih lanjut mengenai tulisan yang saya tulis di blog.

Beberapa topik yang banyak ditanyakan oleh para pembaca blog saya adalah mengenai perjuangan saya menjadi penyintas penyakit GERD dan beberapa topik sejarah yang saya ulas dengan mendalam. Banyak penyintas GERD yang masih berusaha untuk sembuh sering menanyakan bagaimana usaha untuk mengurangi dampak buruk penyakit ini yang begitu menganggu di kehidupan sehari-hari.

Mengenai tulisan bertopik sejarah, saya malah sempat beberapa kali ditanya oleh beberapa mahasiswa sejarah yang akan melakukan penelitian. Mereka biasanya menanyakan bagaimana saya bisa mengakses literatur yang sudah saya baca untuk dijadikan bahan penelitian. Beberapa mahasiswa juga menanyakan mengenai lokasi situs atau bangunan bersejarah yang sulit ditemukan tetapi pernah saya kunjungi.

Namun, diantara berbagai topik yang saya tulis, topik mengenai suramnya dunia pendidikan di negeri ini merupakan topik yang paling saya minati. Mungkin, karena saya yang pernah masuk ke dalam sistem pendidikan secara langsung dan mengerti apa saja yang kurang di dalamnya, topik ini bagi saya terlihat seksi. Saya kerap menemukan apa saja hal-hal yang perlu perbaikan walau terlihat remeh. Tujuan saya bukan untuk menjatuhkan para petinggi di dalamnya atau pun agar terlihat buruk. Saya hanya ingin berbagi apa yang saya tahu agar bisa dijadikan acuan para pemangku kepentingan untuk mengelola pendidikan di negeri ini.

DM dari mahasiswa yang mencari referensi


Untuk masalah statistik, saya memang belajar dari rekan yang sudah paham SEO agar tulisan saya lebih banyak dibaca.


Namun, saya tidak akan terpacu pada masalah statistik blog karena waktu saya akan habis dan tidak bisa mengeksekusi ide-ide liar yang bisa saja datang. Saya juga merasa akan ada waktunya, cepat atau lambat tulisan saya dibaca banyak orang dan memberi manfaat di dalamnya.

Saya juga yakin, selama blog saya tidak dihapus, tulisan saya akan terus mengalir. layaknya pelita kehidupan yang menyala. Makanya, saya hanya terus menjaga agar pelita ini tidak mati dan kalau bisa terus bertambah terang dengan banyak mafaat yang bisa saya bagi.

8 Comments

  1. "Saya juga merasa akan ada waktunya, cepat atau lambat tulisan saya dibaca banyak orang dan memberi manfaat di dalamnya."

    Aku sepakat sekali mengenai ini, Mas.
    Aku mikir juga gitu. Nulis ya nulis saja karena memang prioritas ngeblog buat masing-masing personal memang beda, kan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mbak tergantung pribadi masing masing
      asal tetep happy ya....

      Delete
  2. Jadi pengen belajar banyak nih sama abang ikrom, semoga terus menginspirasi yaah bang terimakasih sudah berbagi banyak hal :)

    ReplyDelete
  3. setuju banget mas. Bikin tulisan itu memang lebih mengena kalau dari hati. mengalir apa adanya. tidak perlu takut akan dibaca orang atau tidak. karena pasti ada waktunya. saya juga masih harus banyak belajar. thanks you sharingnya. bermanfaat sekali.

    ReplyDelete
  4. Beda memang bagi orang2 yang ngeblog karena memang senang menulis dibanding yang dipaksakan untuk senang menulis, haha... Dari yang kita ketahui atau berurusan di dalamnya, memang asyik untuk ditulis. Untuk catatan diri sendiri dan berbagi dengan yang butuh infonya.

    ReplyDelete
  5. betul dan setuju sekali mas... kita naluriah saja tanpa paksaan

    ReplyDelete
Next Post Previous Post