Lamban Membalas Komentar di Media Sosial, Saya Sering Dianggap Sombong

Dalam bermedia sosial, saya memang memiliki perilaku aneh.

Di satu sisi, saya gemar membuat postingan media sosial, entah status FB, twit, story dan feed IG, atau pun story WA. Di sisi lain, saya seakan enggan menanggapi komentar atau balasan dari status yang saya buat. Ini tidak berlaku pada satu orang saja tetapi pada hampir semua teman atau pengikut jejaring sosial yang saya miliki. Tidak hanya itu, saya pun jarang atau bahkan bisa dikatakan tidak pernah membalas unggahan media sosial orang lain. Jangankan demikian, melihat story Whats App atau IG orang lain saya hampir dikatakan tidak pernah sama sekali.

Atas alasan ini, saya sering dianggap sombong. Tidak menghargai mereka yang sudah rela meluangkan waktu untuk melihat apa yang saya unggah. Tentu, pada beberapa kesempatan ini mengusik pemikiran saya.

Tidak ingin terdistraksi di media sosial

Sebelum saya meneruskan, saya memiliki alasan untuk melakukan hal demikian. Bukannya saya sengaja untuk tidak membalas apa yang sudah mereka berikan kepada unggahan saya, tetapi memang saya memiliki kebiasaan untuk meninggalkan media sosial selepas saya mengunggah sesuatu. Jadi, meski banyak notifikasi di dalam layar ponsel, tetapi akan saya abaikan dan baru saya balas jika saya memiliki waktu luang. Entah sejam kemudian atau bahkan sehari kemudian.

Rekan-rekan yang sudah paham perilaku saya semacam ini tidak banyak terpengaruh. Mereka sudah hafal jika komentar atau balasannya baru saya tanggapi sehari atau dua hari kemudian. Yang jadi masalah adalah mereka yang tidak mengerti perilaku saya semacam ini. Kadang, saya di-DM oleh mereka, kenapa sih saya sombong sekali. Lah.

Makanya, pada suatu kesempatan, saya pun mengunggah story mengenai hal ini. Saya memang tidak ingin terdistraksi dengan media sosial secara berlebihan. Mulanya memang ingin membalas komentar dan like tapi lama-lama jadi ke mana-mana. Melihat feed artis lah, dunia perpageant-an lah, dsb. Waktu untuk membaca dan menulis pun  menjadi terpotong. Apalagi, saya  takjub melihat waktu harian penggunaan media sosial yang hingga beberapa jam. Sayang sekali kan?

Makanya, saya tetap membalas like dan komentar jika saya mengunggah postingan baru. Saya juga akan berkomentar dan memberi like siapa saja yang kebetulan nongol di beranda saya. Siapa yang kebetulan nongol ya itulah yang saya like. Apesnya, kini media sosial memiliki settingan untuk memperlihatkan siapa saja yang sering berinteraksi dengan kita. Semakin intens berinteraksi, maka ya orang tersebut yang sering muncul. Akhirnya, circle lu lagi lu lagi yang akan muncul.

Pernah ikut arisan like dan komentar Instagram

Saya pernah mengikuti semacam arisan like dan komentar untuk menambahkan follower. Walau menyenangkan, tetapi lama-lama saya kok capai sendiri ya. Memang baik demi menaikkan citra media sosial kita. Tetapi, ada titik di mana saya merasa bahwa pemberian kita bukanlah timbul dari keinginan yang paling dalam. Karena ada kewajiban yang mengikat dan tentunya kok kurang manusiawi. Terlebih, jika ada yang sampai hutang berapa likes dan komentar ke beberapa orang. Kok rasanya berat sekali ya. Tapi ini pendapat saya saja sih. Boleh sekali berbeda karena setiap orang memiliki pendapat masing-masing.

Jadi, prinsip saya, selama nongol di beranda saya, maka akan saya beri likes. Atau, siapa yang beberapa postingan sebelumnya memberi likes pada postingan saya, dengan senang hati akan saya buka profilnya dan saya beri likes. Sesimpel itu.

Membalas chat WA pun jarang

Tidak hanya dalam media sosial, saya juga dikenal jarang untuk membalas chat WA jika itu sangat tidak penting. Alasannya sama, saya takut waktu saya habis terdistraksi untuk kegiatan dan bercanda yang tidak penting. Kadang, saya harus menyimak pemberitahuan penting dan tidak ingin terlewatkan dengan membalas chat yang kurang penting. Yang paling parah sebenarnya saya mudah sekali hilang konsentrasi saat membalas WA sehingga sering salah kamar. Mau mengirim di mana jatuhnya ke mana.

Pengalaman paling memalukan saat dulu masih mengajar. Dari obrolan ngalor ngidul di grup alumni sekolah, meme JKT48 yang ingin saya kirim pun nyasar di WAG sekolah. Alhasil, saya pun malu karena di sana ada Bapak Kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan pengawas. Maklum saja, saya membalas saat berada di fotokopian walau saat jam istirahat tentu sangat memalukan. Makanya, sekarang ini kalau ada chat yang santai dan ringan tetapi masih jam kerja tidak akan saya balas. Saya menunggu jika benar-benar santai dan tenang semisal akan tidur.

Ini juga berlaku pada mereka yang membalas status WA saya. Kadang, balasan mereka saya balas beberapa hari atau bahkan satu minggu selepasnya. Tetapi, yang coba saya usahakan adalah, sebelum membuat status baru, maka segala balasan sudah saya balas dahulu. Entah mereka membalas lagi atau bagaimana, ya itu lihat situasi dan kondisi. Yang jelas saya salah satu tipe yang benar-benar tidak suka membalas status atau pun melihat status orang. Ini mungkin yang menjadi kesulitan saya dalam bermedia sosial.

Lebih banyak menghabiskan waktu untuk melihat YouTube

Selain itu, saya juga lebih banyak menghabiskan waktu untuk melihat tayangan YouTube daripada bermedia sosial. Entah video memasak, jalan-jalan, atau pun kontes kecantikan. Saat ada pesan masuk dan saya rasa tidak penting untuk dibalas, maka tidak akan saya balas sampai video yang saya tonton selesai. Jadi ya kembali ke poin pertama, harap bersabar.

Walau demikian, saya akan dengan senang hati bertemu atau melakukan panggilan video call dengan mereka yang memang ingin berbicara dengan saya. Dengan begini, saya lebih puas untuk mengatakan dan memberi banyak jawaban atas pertanyaan orang tersebut. Alasan terakhir, mata saya rasanya sudah lelah dengan seharian membaca, menulis, dan menonton video. Ingin barang beberapa saat tidak membuka ponsel dan melakukan berbagai aktivitas.

Jadi, jika dibilang saya sombong dan tidak manusiawi di media sosial, saya kembalikan lagi setiap orang. Saya menerimanya. Tetapi, jika orang tersebut sudah kenal dengan saya, maka akan sangat biasa saya balas dengan kalimat singkat: Y, ok, atau wkwk. Ini pengecualian bagi pihak yang baru menjalin hubungan komunikasi dengan saya. Tentu, saya tidak akan melakukannya.

Pada intinya, saya tetap lebih senang untuk mengacuhkan segala hal yang seakan kurang penting di media sosial. Saya juga berpirinsip seperti Anindya Kusuma Puteri, peraih gelar Puteri Indonesia 2015. Ia mengunggah ya apa yang ia suka selama tidak melanggar. Masalah komentar dan sebagainya ya tidak terlalu dipermasalahkan. Ada waktu luang dibalas kalau tidak ada ya tunggu dulu.


Salam.

13 Comments

  1. Akupun kadang kaya mas Ikrom. Ada fase dimana nggak pengen balas dan komen di medsos teman atau sekadar balas komen teman. Tujuannta hampir sama, takut ke distract saat moodku lg jelek karena jujur aku memiliki dua fase yg mood yg kadang so happy dan so produktif. Tp di satu sisi kadang sensitifnya nggak ketulungan smpe bikin aktivitas nggak maksimal. Tp alhmdulillah masih bisa mengendalikan. Hhh
    Kadang jg dibilang sombong dll tp ya bodo amat drpd nyiksa diri sendiri buat maksa balas2 komen di medsos. Tp kl di blog selalu q balas sih. Xixi

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iya mbak
      jadi bodo amat ya heheh
      cuma kalau bisa ya dibalas meski ya harap maklum lama

      Delete
  2. Wahahhaah, aku juga podo sih,
    Orang interaktifnya aja aku cuma di blog doang, media sosial lain ntah kenapa klo abis upload foto seringe langsung taktinggal, beda kalau blog, aku lebih sering mbukak blog sih wakakakk...tapi ada kalanya juga mbalesin komennya suwe juga alias nunggu mood dateng

    Perkara dicap sombong gegara lama bales komentar atau berkunjung balik ke lapak temen-temen sih biasane gak tak gagas alias ga aku pikirin

    Tapi nek diarani sombong di dunia nyata lah baru kupikirin sambil introspeksi diri wakak, tapi jarang deng aku dicap sombong di dunia nyata

    Kalau di media sosial embuh aku gak ruh hahha

    Wong ig ama fb aja saat ini jarang aku buka, jadi aku yo jelas ga pernah ngikuti updatean terbarunya temen2... kadang bukane ga mau support sesama, tapi aku ancene pake medsos ga pengen terlalu mantengin....soale aku juga sama mbi mas ikrom, yaitu seringe malah kur yutuban thok ahhahhahhahah, nek yutuban kan happy happy aja yekan, bar nonton uwes rampung, ga ada beban apa-apa..

    Jadi medsos mah buat have fun aja aku mah... ga mau terlalu sering mantengin juga... malah beberapa medsos udah kuuninstall...ya kadang ga perlu alasan juga kenapanya kuunistal, mung tergantung mood aja akunya wekekek..., pas asyik ya nggo dolanan, pas nggak ya ga kubuka, atau bar dibuka ga terlalu ngematin apa yang seliweran di timeline ahhahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iy mbak mood itu lo yang susah
      mau dibalesin apa ya tar habis dibales ya mbales lagi eh enggak kelatr kelar lah wkwkkw

      iya babahno tapi rata rata wis paham kok soale sering aku kacangi eh maskdunya lama balasnya hihi

      klo YT emang engga ada beban
      klo ada komen masuk di channelku kadang juga baru setahun aku balas hahah

      ya gimana ya

      klo blog emang seneng bales ya
      di Kompasiana juga auto aku balas soale emang asyik sih

      Delete
  3. Saya juga seringkali agak malas hanya untuk sekedar membalas komentar. Tapi \ saya cenderung masih memiliki sifat wuh pekewuh (kata orang jawa) yang tinggi, gak enak hati kalau gak bales.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga sih mas cuma klo cepet balasnya ya kayaknya susah sih hehe

      Delete
  4. Waduh. Saya juga pernah tuh dianggap sombong gara-gara enggak balas pesan di WhatsApp tapi main Twitter. Padahal suka-suka orang aja ya. Hehe.

    Baru tahu ada arisan like semacam itu. Hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lah ia suka suka kita ya

      aku juga twitteran mas
      tapi balasnya juga lama hehe

      iya sejak ikut beberapa komunitas jadi tau ada acar ginian

      Delete
  5. Enggak jauh beda ini. Beberapa teman saya pernah marah banget perkara media sosial yang saya responsnya telat seperti Mas Ikrom ataupun yang enggak saya ikuti balik akunnya. Habis gimana ya, dia enggak aktif di medsos itu, terasa percuma jika saya ikuti tapi enggak bisa melihat atau membaca unggahan darinya. Apalagi kalau teman dunia nyata yang sering ketemu, saling mengikuti di medsos justru takutnya bosan. Dia lagi, dia lagi. Terus kadang saya juga enggak sadar siapa aja yang mengikuti akun saya. Jarang mengecek angka-angka itu.

    Sepertinya kita mirip dalam urusan nyaris enggak pernah lihat InstaStory dan status WA itu. Saya juga enggak pernah bikin.

    Pernah dengar tentang arisan bloger, cuma enggak ada pikiran buat ikutan. Saya benci kepalsuan dan keterpaksaan semacam buat ganti-gantian memberi tanda suka dan komentar begitu. Saya mah akan melalukannya dengan senang hati ketika saya lagi pengin. Enggak mau terbebani cepat-cepat balas atau gantian berkunjung.

    ReplyDelete
  6. Saya juga,,, huhu. jadi maaf yah, kalau semisal nggak bales atau lama responnya. Soalnya pas abis kerja 10 jam, badan sakit. Jadi pas abis mandi langsung tidur.. Nggak cuma di blog, di medsos lain pun sama. di WA juga sama... sering banget dpet omongan "sombong dan lain-lain.." Padahal mah nggak gitu..

    ReplyDelete
  7. Kalau soal story atau status Whatsapp saya juga nggak pernah sengaja untuk cek. WA khusus komunikasi tok, nggak ngapa-ngapain lagi hahaha. Tapiii saya masih cukup aktif untuk berinteraksi di media sosial, khususnya Instagram dan Youtube. Ada yang sekedar sapa dengan teman-teman online, sisanya buat lihat-lihat aja. Di Youtube saya suka meninggalkan komentar kalau topik videonya menarik untuk dibahas, sekalian apresiasi si pembuat videonya aja sih.

    Tiga bulan terakhir ini saya malah lebih aktif balas-balas komentar di blog, yang mana dulu nggak serajin ini. Senang bisa ngobrol dengan teman-teman blogger walau sebatas kolom komentar :D

    ReplyDelete
  8. Kalau ada yang komentar di blog, biasanya sih saya akan coba balas secepatnya. Kadang agak lambat memang karena keterbatsan waktu.

    Cuma kalau di medsos mah, terus terang saya ga main sama sekali. Saya pikir lebih banyak buang waktunya dibandingkan manfaatnya, jadi saya jarang sekali posting atau update status di medsos. Kecuali sesekali di instagram majang hasil foto. Itu juga tidak berharap like.

    Kalau arisan like, walah, untuk apa mencari like yang tidak keluar dari hati. Teorinya sih bagus, tapi saya tidak mau like boong boongan seperti itu. Juga buat saya sih ga penting banget like d FB itu sebenarnya. Emang karena mungkin saya tidak sedang berdagang, jadi ga peduli banget deh sama yang namanya like

    Dan, bodo amat soal branding biar keliatan pro.. hahaha

    Maklum blogger bengal saya mah

    ReplyDelete
  9. Nunggu numpuk dulu baru dibales sekali waktu sekaligus. Hehe.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post