Deteksi Gejala Pikun Lebih Dini, Saatnya Peduli pada Penderita Alzheimer


Salah satu hal umum yang menjadi salah satu adagium masyarakat Indonesia adalah proses penuaan yang diiringi dengan pikun.

Pikun menjadi sebuah kelaziman bagi banyak orang yang sudah lanjut usia. Padahal, seringkali pikun merupakan salah satu gejala gangguan kesehatan yang menyebabkan seseorang tidak bisa lagi produktif di sekitarnya. Tidak hanya itu, pikun yang juga bisa disebabkan oleh penyakit demensia Alzheimer masih tidak dianggap penting dalam kehidupan kita.

Inilah yang membuat EISAI dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) menyelenggarakan Festival Digital Bulan Alzheimer. Dengan kampanye tagar #obatipikun, kegiatan ini dimaksudkan untuk menggalakkan pentingnya kesadaran dini untuk mencegah penyakit Alzheimer. 

Festival Digital Bulan Alzheimer

Salah satu kegiatan festival digital ini adalah seminar online mengenai Alzheimer yang diikuti oleh para dokter, masyarakat umum, dan media. Saya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan bermanfaat ini yang dilakukan pada Minggu (20/9/2020).

Acara dibuka oleh dr. Iskandar Linardi sekalu Presiden Direktur dari PT EISAI yang sudah dikenal sebagai perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Menurut dr. Iskandar, salah satu awal gejala pikun adalah saat pasien tidak mampu merawat dirinya sendiri. Bahkan, pikun yang disebabkan oleh demensia Alzheimer juga bisa menyebabkan kematian dengan angka yang cukup tinggi.

Untuk itulah, sebagai wujud dari human health care yang menjadi salah satu tujuan dari PT EISAI, maka Festival Digital Alzheimer ini diadakan. Dengan adanya festival ini, makla diharapkan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam menangani demensia Alzheimer. Terutama, jika gejala dari penyakit ini bisa dideteksi lebih dini.

Pentingnya pencegahan demensia Alzheimer juga dinyatakan oleh Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp. S(K) selaku Ketua PERDOSSI. Menurut ketua ikatan dokter yang menangani saraf ini, kini sudah terjadi pergeseran usia para penderita dimensia Alzheimer. Jika dulu banyak menyerang para manula, sekarang penyakit ini sudah banyak diderita oleh mereka yang sedang berada dalam usia produktif.

Menurut data statistik, di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1 juta orang dengan demensia pada tahun 2013, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050. Jika ini dibiarkan terus, maka akan menjadi masalah kesehatan nasional. Tidak hanya itu, jika jumlah penderita Alzheimer di usia produktif terus meningkat, maka akan berdampak pula pada kehidupan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi penderitanya.

Data penderita demensia Alzheimer. - alzi.or.id

Terlebih, selama ini penderita demensia sering terkendala oleh stigma masyarakat yang menganggap bahwa penyakit ini tidaklah begitu penting dibandingkan penyakit lain dan merupakan sebuah kewajaran. Nyatanya, stigma seperti ini sebenarnya akan menghambat diagnosis para penderita demensia Alzheimer untuk bisa penanganan medis dengan tepat. Edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting.

Lalu, apa sih yang dimaksud dengan demensia Alzheimer? Apa sih bedanya pelupa dengan pikun yang menjadi ciri dari penyakit ini?

Mengenal Lebih Dalam Demensia Alzheimer 

Menurut  dr. S.B. Rianawati, SpS (K), Pokdi Neurobehaviour Cabang Malang, pikun merupakan keadaan seseorang yang membutuhkan waktu lama untuk mengingat apa yang mereka lakukan sebelumnya. Dalam dunia medis, pikun berarti penurunan fungsi otak yang mempengaruhi kecepatan berpikir dan berperilaku.

Pelupa sendiri merupakan gangguan pemusatan yang bersifat sementara. Sementara pikun merupakan penurunan fungsi kognitif disertai gangguan aktivitas keseharian. Contoh pelupa adalah lupa nama orang yang jarang bertemu. Sementara orang yang pikun akan lupa nama orang yang sering bertemu, bahkan anggota keluarganya sendiri.

Orang yang pelupa masih bisa melakukan kehidupan sosial seperti biasa. Sedangkan orang yang pikun akan mengalami masalah dalam kehidupan sosial. Termasuk, minat untuk melakukan aktivitas sosial. Tidak jarang bahkan orang yang pikun akan tersesat di sekitar rumahnya sendiri.

Gejala pikun sendiri ada cukup banyak. Selain gangguan daya ingat tadi, ada pula sulit fokus, sulit membuat keputusan, gangguan berkomunikasi, dan sering meletakkan barang tidak pada tempatnya. Pikun ini menjadi gejala Alzheimer yang lebih mudah menyerang orang dengan kondisi tertentu.

Beberapa kondisi orang yang mudah terkena Alzheimer adalah usia lanjut, penderita diabetes meilitus tak terkendali, pengidap hipertensi, obesitas, dan penderita penyakit jantung koroner. Faktor keturunan juga menjadi penyebab dari munculnya penyakit ini. Selain itu, orang yang depersi, perokok, peminum alkohol, dan kurang olahraga juga bisa memicu risiko Alzheimer.

Nah yang perlu digarisbawahi adalah pikun bukanlah sesuatu yang normal dalam proses penuaan. Biasanya kan kita sering mendengar ucapan “Ah, sudah tua, pantas saja pikun!”

Ucapan seperti inilah yang merupakan stigma kurang baik. Lantaran, pikun berisiko menjadi penyakit demensia. Oh ya, jumlah orang yang mengalami dimensia ini juga  cukup banyak yakni 50 juta orang. Kebanyakan berasal dari negara berkembang yang masih menganggap pikun adalah hal biasa.

Mengatasi Gejala Pikun

Lantaran sebuah penyakit, maka pikun sebenarnya harus segera diobati. Tujuannya tak lain untuk meringankan gejala memperlambat penyakit yang semakin berat. Dalam konteks sosial, pengobatan pikun akan sangat berguna bagi penderita untuk hidup semandiri mungkin. Ada beberapa penanganan bagi orang yang sudah mengalami gejala pikun. Beberapa diantaranya adalah memberikan obat-obatan, terapi stimulasi kognitif, dan memberikan perawatan paliatif.     

Pemberian obat berfungsi untuk meningkatkan fungsi otak agar lebih baik lagi. Terapi stimulasi koginitif dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui permainan atau olahraga. Semisal, bermain kata, bermain TTS, membaca, menulis, dan lain sebagainya. Kalau saya sih suka membaca dan menulis.

Sementara, perawatan pada pasien yang sudah parah dilakukan dengan perawatan paliatif. Contohnya adalah pasien yang disebabkan kanker otak stadium akhir. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mengurangi rasa sakit dan membina psikis pasien. Biasanya, konseling dan dukungan dari keluarga sangat penting bagi perawatan ini.

Dukungan Keluarga dalam Mengobati Gejala Pikun

Dari penjelasan ini, maka salah satu poin penting adalah dukungan keluarga dan orang sekitar. Ini yang dipaparkan oleh dr. Junita Maya Pertiwi. Terlebih, saat ini kita sedang pada masa sulit yakni pandemic covid-19. Para penderia demensia Alzheimer amat membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Tentu, dengan pembatasan yang ada, kegiatan itu tidak bisa dilakukan. Jalan-jalan pagi misalnya.

Untuk itulah, beliau membagikan beberapa strategi dan tips hidup bersama orang dengan demensia (ODD) pada masa pandemi ini. Beberapa diantaranya adalah berinisiatif mencari perawatan ODD pada masa pandemi. Jika dirasa ada hal sulit, maka inisiatif untuk mencari bantuan pihak yang berkompeten, seperti dokter spesialis jiwa. Pembagian tugas dengan caregiver lain juga amat diperlukan agar kesehatan jiwa dan raga tetap terjaga.

Diantara semua itu, yang paling penting adalah refleksi diri melalui istilah fire together wire together. Otak akan selalu dapat bekerja dengan baik jika ada pengulangan. Untuk itulah, rasa syukur akan kehidupan yang telah dijalani adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga otak kita agar terhindar dari demensia Alzheimer. Dengan bersyukur, otak akan terus terstimulasi mengingat hal-hal baik yang sudah terpatri sebelumnya.

 
 

Deteksi Dini Gejala Pikun dengan Aplikasi  EMS Sahabat Kesehatan Otak Keluarga

Dengan kompleksitas penyakit demensia Alzheimer seperti itu, maka proses deteksi dini penyakit ini amat penting. Proses deteksi ini bisa menggunakan teknologi informasi sebagai penangulangan demensia Alzheimer. Itulah yang diungkapkan oleh dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp. S(K) yang merupakan dokter dari Departemen Medik Penyakit Saraf RSCM Jakarta.

Informasi yang dikelola baik melalui teknologi informasi akan mengubah paradigma masyarakat. Paradigma yang selama ini menganggap enteng pikun sebagai tanda demensia Alzheimer sebagai hal wajar atau normal saat seseorang memasuki masa tua. Untuk itulah, dengan berkembangnya TI sekarang ini, maka dibutuhkan edukasi terpercaya dari para ahli yang berbasis aplikasi.

Untungnya, kini ada aplikasi ponser pintar yang bernama EMS Sahabat Kesehatan Otak Keluarga. Aplikasi itu dicanangkan oleh Perdossi bersama PT EISAI Indonesia dalam mengatasi permasalahan demensia di Indonesia. Aplikasi yang bisa diunduh melalui Google Play Store tersebut berisi 3 fitur yakni artikel, screening AD8-INA, dan daftar RS rujukan dan dokter spesialis neuorlogis yang bisa dikunjungi dalam radius 50 km.

Untuk menggunakan aplikasi ini cukup mudah. Kita tinggal mengunduhnya dalam ponsel pintar dan mendaftar seperti banyak aplikasi lain melalui email. Nah setelah memasukkan data kita, maka kita mengisi beberapa pertanyaan sederhana mengenai memori otak kita. Nah, jika sudah selesai menajwab pertanyaan, maka akan muncul skor analisis jawaban kita. Untuk skor di atas 2, maka kita akan disarankan untuk ke RS rujukan terdekat untuk mendapatkan tindakan medis atau saran dari para ahli.

Tentu, dengan menggunakan aplikasi ini, kita akan dimudahkan dalam mendeteksi dini penyakit demensia Alzheimer. Terutama, bagi orang di sekitar kita yang sudah menunjukkan gejala. Aplikasi ini juga mudah  dan user friendly sehingga bisa digunakan secara luas. 

Sebagai penutup, mari kita peduli terhadap penyakit demensia Alzheimer ini. Jangan anggap remeh dan jangan pula buat stigma yang membuat penanganannya semakin sulit. Dan alangkah lebih baik jika kita juga ikut membantu orang di sekitar kita untuk #obatipikun dengan mendeteksi tanda penyakit ini lebih dini.

15 Comments

  1. eh kok keren banget aplikasinya mas, jadi pengen download deh.. soalnya akupun sering banget lupa. ternyata pelupa dan pikun beda ya mas, ku kira sama. wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah sama mbak
      takutnya ya kan masih muda ternyata bukan

      Delete
  2. Wah terima kasih infonya, mas. Makin canggih aja ya ada aplikasi keren semacam ini.mau coba tes diri sendiri ah... Soalnya kok ya sering lupa meletakkan benda-benda kecil di mana. Wkwkw padahal belum lama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak makin canggih aja dan bermanfaat
      coba aja mbak gampang kok caranya

      Delete
  3. Setidaknya setelah membaca artikel ini saya yakin bahwa saya tidak pikun, hanya pelupa 😫.

    Saya sulit mengingat nama orang yang batu dikenal. Saya kadang juga lupa warna baju yang dipakai orang lain pada hari ini. Atau mungkin lebih tepatnya, saya tidak memperhatikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mbak saya juga seperti itu
      makanya ngecek pakai aplikasinya biar memastikan :)

      Delete
  4. waah, dengan gejala seperti itu saya memang nampaknya pelupa mas

    ReplyDelete
  5. Sering kali dalam obrolan kalau pelupa dikaitkan dengan pikun. Makasih banyak ya, Mas, tulisan ini sungguh bermanfaat.

    ReplyDelete
  6. Jadi tau perbedaan paling fundamental antara pikun dan pelupa. Ternyata pikun juga bisa sangat parah ya. Dan ironisnya sering kita jumpai orang yang hilang karena faktor sakit pikun ini. Mari kita jaga orang-orang tersayang dari penyakit ini, meski keliatannya sepele, tapi efeknya juga bisa berbahaya... Terima kasih untuk info yang sangat berbobot ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas makanya deteksi dini sangat penting

      efeknya juga cukup berbahaya

      Delete
  7. Jadi sebenernya pikun itu bukan karena usia ya, bahkan yang masih muda aja bisa pikun. Saya sih lupa karena emang sering sembarangan naroh barang tapi alhamdulilah nggak sampai lupa jalan pulang😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mbak yang sering itu kunci ya hahahah soalnya engga bisa dimiscall kayal HP

      Delete
  8. Tadinya saya juga mengira pikun itu hal biasa yang menyerang yang sudah lanjut usia. Ternyata itu bukan kewajaran juga. Dan seremnya anak muda juga bisa mengalami. Harus aware ini. Hidup sehat dan aktif ya kuncinya. Ok, noted banget...

    ReplyDelete
Next Post Previous Post