Keturutan Makan Selat Solo di Viens Pusat Surakarta

Vien Selat Solo
Vien Selat Solo

Diantara makanan khas Kota Solo, saya paling jarang makan selat. Paling-paling kalau ada resepsi nikahan. Itu pun saya  seringnya makan nasi goreng karena butuh nasi sekalian makan. Mau nambah makanan lain seperti selat ini kok sudah kenyang.

Nah akan tetapi, saya diracuni oleh beberapa teman blogger dan vlogger yang menampilkan saat mereka makan selat di Solo. Kok ya kepingin begitu. Apalagi, selat yang mereka makan berasal dari salah satu rumah makan yang paling enak katanya. Apalagi kalau bukan Viens Selat.

Saya mau ke sana harus menunggu libur panjang. Jadi, saat libur panjang kemarin, sebelum saya naik TJ rute baru, saya pun ke Solo sebentar hanya untuk makan selat. Saya naik KA Prameks yang jam 10 pagi dan sampai sana sekitar jam 11.

Rencananya sih, saya ngeMall dulu untuk makan nasi karena tidak mungkin saya langsung makan selat. Maklum, penyakit GERD saya nanti bisa kambuh. Sebetulnya, kalau mau ke selat ini, kita bisa turun ke Stasiun Solo Balapan dan tinggal berjalan kaki. Lantaran saya mau ngeMall dulu, maka saya pun turun di Stasiun Purwosari.

Dari stasiun ini, saya naik BST ke arah Mall Paragon. Untungnya sih BST hadir beberapa menit kemudian. Saya langsung naik dan turun di Solo Paragon. Eh di sana ternyata masih sepi. Saya baru tahu kalau di Solo anak-anak, ibu hamil, dan lansia dilarang masuk mall. Jadi, mall pun tak seramai mall di kota lain.

Saya langsung masuk ke Burger King untuk makan siang dan kemudian berjalan sebentar sekalian salat. Sekitar jam satu siang, saya pun memutuskan untuk keluar Mall dan cari bus lagi ke arah stasiun. Apes, hampir 30 menit BST yang saya tunggu tak kunjung tiba. Saya pun menyerah dan akhirnya memesan ojek daring.

Lantaran tidak cermat dalam menekan aplikasi tersebut, saya salah alamat. Harusnya saya ke Viens Pusat yang ada di dekat stasiun. Eh ternyata malah ke Viens cabang yang ada di daerah Tipes. Untungnya di tengah perjalanan saya masih bisa mengganti alamat. Tak lama, saya pun sampai di Viens Pusat.

Saya ternyata terlalu siang. Pengunjung sudah membeludak. Tak hanya itu, para babang gojek sudah amat banyak hilir mudik membeli pesanan. Meja dan kursi pun sudah mulai penuh. Aduh, bagaimana ini saya sudah jauh-jauh ke Solo masak gagal?

Tapi saya yakin kok bakal bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Ini tak lepas dari cepatnya pengelola restoran itu yang melayani pembeli. Jadi, pembeli harus memesan dan membayar dulu. Lalu, pembeli menunggu sebentar pesanan jadi. Mereka akan membawa sendiri makanan itu ke tempat yang diinginkan. Yah semacam di restoran cepat saji.

 

Vien Selat Solo
Antre dulu gaes.

Saya pun antre sambil mengamati dengan seksama menu apa saja yang dijual di sana. Memang andalan restoran ini adalah Selat Solo. Sebuah perpaduan masakan Eropa dan Jawa. Selat yang dijual ada 2 macam yakni dobel daging dan daging cacah. Perbedaannya kalau dobel daging kita akan mendapatkan cacahan daging sapi sebanyak dua buah. Kalau daging cacah ya hanya dapat 1 tapi sebagai gantinya adalah telur. Saya memilih memesan daging cacah saja dan teh hangat.

Selain menu selat, ada juga menu sup berbagai macam. Ada sup matahari, sup galantin, sup manten, dan sup makaroni. Untuk menu nasi sendiri ada menu nasi soto dan nasi timlo. Eh ada juga menu gado-gado, bubur ayam, bubur viens, ayam geprek, dan lain-lain. Walah, kok jadi banyak begini. Saya kira cuma menu selat saja.

Vien Selat Solo
Ini menunya gaes.

Harga menu di restoran ini tidak mahal kok. Berkisar 15.000 rupiah per porsi. Jadi, bagi yang berkantung kering tak perlu risau karena ya hampir sama dengan warung makan pada umumnya. Satu hal yang saya suka adalah kecepatan pelayanannya. Baru saja saya membayar, eh sekitar 2 menit kemudian makanan yang saya pesan sudah tersedia di baki beserta minum. Saya tinggal membawanya ke tempat kosong untuk saya makan sendirian.

Untunglah masih ada bangku kosong di tengah ramainya restoran. Saya pun langsung melahap selat daging cacah dan mulai merasakan sensasinya. Aduh, baru satu gigitan wortel pertama, saya langsung ketagihan. Bagi saya bumbunya enak. Meski lebih manis dari steak yang saya makan biasanya, tetapi rasa asam yang dimilikinya bisa berbaur dengan rasa manis. Saya jadi ingat tagline manis, asam, asin, yang dipopulerkan oleh produk permen. Ya begitulah cuma rasa gurihnya benar-benar menggigit.

Vien Selat Solo
Akhirnyaaaaaaa

Kata teman saya yang tidak suka manis akan eneg tetapi bagi saya enggak kok masih wajar. Saya memang memakan sayurnya dulu karena kebiasaan kalau makan steak. Sayurnya juga terasa segar apalagi seladanya. Aduh, setiap gigitan rasanya ingin terus mencoba. Hingga akhirnya saya mencoba telur dan daging. Saya beri nilai 9 untuk dagingnya yang empuk dan gurih. Irisan acar yang cukup asam juga menambah daya pikat rasa selat ini. Tenang, saya sudah siap obat lansoprazole jikalau perut saya mulai berontak. Ini demi selat paling enak se-Solo Raya.

Vien Selat Solo
Ini penampakan daginya gaes.

Saya tak bisa berlama-lama di sana karena tidak mau egois menggunakan tempat sementara masih banyak pengunjung yangh datang. Saya pun juga tak bisa leluasa memotret bagian restoran ini karena cukup padat dan takut mengganggu pengunjung lainnya. Belum lagi saat ini masih pandemic covid-19 ya. Jadi saya harus jaga jarak.

Vien Selat Solo
Jangan lupa cuci tangan ya.

 
Vien Selat Solo
Ada juga snack lo

Lain kali jika ke tempat ini lagi, saya mau coba sup matahari dan nasi timlonya. Saya juga penasaran sama bubur viensnya bagaimana itu enaknya. Namun, kalau saya sendirian ya mana muat perut saya. Jadi, kalau ada teman-teman di Solo, Klaten, Jogja, Sukoharjo, atau Boyolali yang mau kulineran di Solo dan mencoba selat ini, boleh sekali mengajak saya. Bisa DM di media sosial nanti kalau ada waktu insya allah saya usahakan. Itung-itung nambah teman ya, hehe.

Oke, sekian  dulu postingan dari saya, Mohon maaf saya jarang update karena fokus bekerja dan bersiap menghadapi erupsi Gunung Merapi. Sehat-sehat ya semuanya.  

18 Comments

  1. pertama kali saya dengar ada makanan selat, kalo saya liat liat seperti sup plus prekedel, sayur dan lain lain.. hmmm jadi penasaran

    ReplyDelete
  2. saya kemarin pas ke solo malah gak sempat makan ini dikarenakan waktu gak begitu mencukupi dan lagi-lagi karena perut kekenyangan banget kalau sudah terlalu banyak makan

    ReplyDelete
  3. Cuma 15K hidangan daging ?.
    Waaah, ini mah rekomended banget didatengin ...

    Semoga saja akan ada francise-nya dikotaku ��.

    Hati-hati selalu juga, mas.
    Saat ini gunung Merapi mulai nunjukin ada tanda-tanda erupsi.
    Dikotaku yang biasanya sejuk jadi terasa amat panas.
    Pernah kulihat dari layar ponsel sampai 31°Celcius !.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas muce banget ya
      sayang cuma di solo aja
      iy stay safe juga ya mas
      di magelang juga mulai ngungsi

      Delete
  4. Nama menu makanannya unik-unik banget, Kak 🤣. Namanya asing di telingaku, apalagi menu makanan Selat ini. Aku baru pertama dengar 😂
    Penampakannya mirip seperti Bistik Asam Manis dan asinan yaaa hahaha. Tapi sepertinya tidak akan cocok di lidahku karena aku lebih suka yang gurih dibanding manis 😭
    Ngomong-ngomong, harga menu makanannya murah-murah sekaliiii!

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin bisa dicoba sup mataharinya mba; hehe

      iya murah banget ini harganya

      Delete
  5. Hih harganya bikin merinding... bisa kalap ini mahh kalau kesana. Hahaha.. Saya tau makanan selat itu dari Youtuber Ria SW.. tak sangka awalnya selat ini menu semur daging.. tapi pas tak cobain ternyata beda rasanya dari semur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas kukira kayak semur gurih ternyata manis
      aku juga ngiler dari Youtuber si hehe

      Delete
  6. eh sama mas ikrom di tangerang juga pusat perbelanjaan atau mall ga oleh dimasuki bayi n lansia og...

    oh ya ampuuuun aku baca paragraf per paragraf adane mung ngencesss pingin puolll palagi baca deskripsi doble daging daripada cacah...alamak pas digigit wortele langsung kerasa mbi sause asem manis gurih nyammmmiiihhhh...during telore...
    dan sama biasane sik paling enak ya tak makan keri...hahhahah

    over all jadi penasaran ama viens nek sesok mampir solo...viens pusat tapu hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iya mbak ada larangan juga mbak biar mengurangi penulaan ya

      hahahah ngecese sampe ke ubun ubun ya mbak
      kalo dimakan duluan kurang nendang jug y mbak
      cus mampir klo ke solo

      Delete
  7. Yawla dari taun 2013 pengen selat tapi sampe 2020 mau abis blm pernah cobain. ngiler ih

    ReplyDelete
  8. Ibu saya bisa bikin selat. Karena beliau orang Solo.

    Itu selat murah amat harganya?? Gak salah tuh?

    ReplyDelete
  9. cita cita aku yang belum kesampaian yaitu explore solo.
    dulu aku mengira selat itu dari kambing, ternyata bukan ya. Noted dulu ahh kalau ke solo
    insyaalah ntar kabar kabar deh hehehe

    ReplyDelete
  10. Jadi penasaran uy ama rasa Selat Solo.
    Semoga nanti bisa nemu resto yang jual menu Selat Solo di Sumatera ini.

    Kalo nggak nemu, harus langsung ke Solo nih buat nyobainnya.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post