Kota Bawah Surabaya Jadi Tempat Wisata? Hmmm Bisa Enggak ya?

Kota Bawah Surabaya
Jalan Rajawali Surabaya

Kota Bawah Surabaya adalah istilah yang merujuk pada kawasan di sekitar Jembatan Merah, Jalan Rajawali, dan beberapa jalan di sekelilingnya.

Kawasan ini menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan pertama di Surabaya sebelum berpindah ke wilayah Jalan Tunjungan. Di sini, berbagai bangunan bersejarah masih kokoh berdiri. Sebagian masih digunakan untuk berbagai perkantoran dan sebagian lainnya sudah menjadi bangunan terbengkalai.

Kawasan kota bawah Surabaya sempat menjadi salah satu buah bibir dengan hadirnya wisata kuliner malam Kya-Kya. Tidak hanya itu, penah ada tur keliling tempat bersejarah yang bernama Surabaya Heritage Track. Tur ini kerap diminati oleh banyak wisatawan, baik dari dalam maupun luar Surabaya untuk bisa menjelajahi dan belajar tentang sejarah Kota Surabaya terutama di wilayah kota bawah ini.

Baca juga: Kisah Tarik Ulur Pergantian Nama Jalan Darmo Surabaya

Sayangnya, pandemi covid-19 membuat aktivitas ini terhenti. Tidak hanya itu, dengan adanya berbagai pembatasan sosial membuat beberapa tempat di kota bawah menjadi terbatas. Salah satunya adalah ditutupnya Taman Sejarah yang berada di persimpangan jalan menuju Jembatan Merah. Taman yang letaknya persis di depan Jembatan Merah Plaza ini tak bisa dikunjungi warga karena masih dalam suasana PPKM.

Taman Sejarah Kota Bawah Surabaya
Taman Sejarah
 

Walau demikian, bukan berarti kita tidak bisa menjelajah dan berwisata sejenak di Kota Bawah Surabaya ini. Dengan berjalan kaki, kita bisa tetap berwisata sambil belajar mengenai berbagai bentuk gaya bangunan di sekitar Kota Bawah Surabaya. Kita juga masih bisa mengambil foto demi memuaskan hasrat eksis di Instagram. 

Baca juga: 

Pemerintah Kota Surabaya sudah menyediakan fasilitas Suroboyo Bus untuk bisa mencapai tempat ini. Setidaknya, ada 2 halte yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk bisa mencapai Kota Bawah Surabaya ini. Dua halte tersebut adalah Halte Rajawali yang terletak di depan SMP Negeri 5 Surabaya dan halte Jembatan Merah yang berada di depan sebuah bank.

Kota Bawah Surabaya
Pengunjung berfoto di pedestrian jalan

Oh ya, per Agustus ini, Suroboyo Bus sudah menerima pembayaran tiket menggunakan e-money. Akses untuk ke Kota Bawah Surabaya pun menjadi lebih mudah. Tak hanya itu, halte Suroboyo Bus juga berada tepat di depan beberapa bangunan cagar budaya yang masih utuh. Seperti, beberapa bank nasional yang kini masih beroperasi.

Baca juga: Menjejaki Rumah Kos Peneleh Surabaya, Tempat Kos Para Tokoh Politik Beda Aliran

Akses transportasi yang mudah juga didukung oleh beberapa moda transportasi lain seperi mikrolet dan bus kota. Walau keduanya tidak senyaman Suroboyo Bus, tetapi melayani penumpang hingga Jembatan Merah.  Jika ingin berkeliling, beberapa tukang becak yang mangkal di beberapa persimpangan jalan juga bisa jadi cara untuk menjelajahi Kota Bawah Surabaya.

Meski demikian, ada beberapa hal yang perlu menjadi perbaikan jika daerah ini benar-benar digunakan sebagai tem[at wisata.

Pertama, mengenai keamanan dan kenyamanan terkait penyebaran virus covid-19. 

Kota Bawah Surabaya mirip dengan Kota Lama Semarang yang merupakan kawasan luas dengan akses yang bebas. Orang-orang bisa keluar masuk karena juga merupakan kawasan ekonomi masyarakat yang masih eksis hingga kini. Berbeda halnya dengan kawasan Malioboro yang memang dikhususkan bagi wisatawan.

Tentu, dengan bebasnya akses tersebut maka upaya pencegahan covid-19 masih belum bisa berjalan maksimal. Masih banyak orang yang belum memakai masker di tempat tersebut.

Kedua, belum adanya informasi pendukung seputar bangunan bersejarah dan fakta unik yang terpasang di sekitar Kota Bawah Surabaya. Infrormasi ini amat penting untuk mendukung dan menarik para wisatawan untuk bisa belajar banyak dari apa yang mereka lihat. 

Akses masuk Kota Bawah Surabaya yang cukup bebas
 

Semisal, informasi mengenai tahun pendirian gedung bersejarah, peruntukannya pada masa kolonial, gaya bangunan, hingga proses alih kepemilikan bangunan tersebut. Infromasi mengenai bagaimana cara pemilik usaha atau instansi tempat tersebut berada dalam merawat gedung bersejarah itu juga cukup penting. Mengingat, ada beberapa gedung yang sengaja tetap dibiarkan dalam gaya klasiknya meski hingga kini masih dilakukan perbaikan. Seperti, gedung milik PTPN XII yang tetap dijaga keasliannya. 

Gedung milik PTPN yang masih terjaga baik

Kedua, belum adanya peta terpadu mengenai wilayah Kota Bawah Surabaya juga bisa menjadi panduan. 

Peta ini cukup penting agar wisatawan bisa mengetahui rute mana saja bisa mereka lalui kala datang ke tempat ini. Rute ini juga sekaligus memandu mereka saat turun dari transportasi umum dan saat akan menggunakannya kembali. Saya pernah menemui peta semacam ini ketika menjelajahi Kota Tua Jakarta dan Kota Lama Semarang. Jadi, saya tak perlu risau jikalau ingin menjelajah banyak tempat dalam satu hari saja.

Banyak persimpangan jalan di sekitar Kota Bawah Surabaya

Salah satu gedung Bank BUMD yang masih terawat

Ketiga, pedestrian yang belum mendukung secara keseluruhan. 

Pedestrian yang cukup apik memang sudah tersedia di sepanjang Jalan Rajawali hingga Jembatan Merah yang merupakan jalan utama. Namun, pedestrian di jalan sekunder penghubung Jalan Rajawali masih belum tertata dengan baik.

Pedestrian jalan yang cukup sempit di sekitar Penjara Kalisosok.

Salah satu contohnya adalah Jalan Kasuari tempat Penjara Kalisosok berdiri. Jalan ini belum memiliki pedestrian yang mendukung. Pengguna jalan yang berjalan kaki harus menepi dan berhati-hati saat melintas. Pengendara motor yang melaju di jalan ini cukup kencang. Belum lagi, jalanan ini cukup sempit dan terapit dengan bangunan tua. 

Bangunan gedung yang tak terawat

Meski demikian, Kota Bawah Surabaya cukup layak jika direncanakan menjadi pusat wisata sejarah di Surabaya. Ini tak lepas dari luasnya ruang terbuka di wilayah ini. Suka atau tidak, dengan adanya covid-19, berwisata di tempat terbuka dan luas masih menjadi pilihan dibandingkan berwisata di tempat tertutup. 

Warga berjalan-jalan di Kota Bawah Surabaya menggunakan Suroboyo Bus

Berbagai kuliner yang khas di sekitar Kota Bawah Surabaya juga menjadi nilai plus tersendiri. Sentra kuliner yang berada di Terminal Kasuari bisa jadi alternatif wisata kuliner selepas berwisata sejarah. Pemkot Surabaya perlu menata para PKL yang berjualan di sekitar Kota Bawah Surabaya agar bisa menempati lokasi yang enak untuk digunakan berjualan.

Terminal Kasuari dan sentra kuliner di dalamnya

Jika ingin berbelanja pakaian, maka Kota Bawah Surabaya juga memiliki Jembatan Merah Plaza (JMP). Jembatan ini berada tepat di pinggir Kalimas yang menjual berbagai pakaian dengan harga grosir. Ada juga beberapa toko pernak-pernik dan tekstil di sekitar JMP. Selain wisata sejarah dan kuliner, wisata belanja pun juga bisa dinikmati kala berkunjung ke Kota Bawah Surabaya.

Jembatan Merah Plaza
 

Dengan integrasi beberapa jenis kegiatan wisata tersebut, bukan tak mungkin jika Kota Bawah Surabaya nantinya menjadi sebuah tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Terutama, jika kasus covid-19 terus menurun dan capaian vaksinasi nasional bisa berjalan lancar. Harapan tersebut tentu perlu dukungan dari masyarakat dan pemerintah.  

Perlu banyak pembenahan agar bisa menarik wisatawan

 

  

Kita pasti ingin kan punya tempat wisata sejarah ala-ala bangunan Eropa tetapi tidak meninggalkan kegemaran kita dalam beriwisata belanja dan kuliner? Apalagi, kala bepergian ke luar negeri terutama ke Eropa menjadi hal yang sangat sulit dilakukan saat ini, mengapa tak melirik wisata lokal seperti Kota Bawah Surabaya ini?

12 Comments

  1. Halo mas ikrom :D
    Aku malah baru tahu sebutan kota bawah untuk area jembatan merah dan sekitarnya.

    Pengembangan area kota lama, semarang tidak lepas dari pemkot yang dibantu oleh pusat. Di kota lama juga ada badan pengelola kota lama. Jadi badan ini yang bertanggung di kota lama. Selain itu, komunitas, peneliti, dan tokoh masyarakat juga membantu pengembangan. Termasuk pendataan bangunan-bangunan sejarah yang ada di sana. Seperti pemiliknya siapa, renovasi bangunan, sejarah bangunan, dan perawatan bangunan.

    Tiap tahun selalu diadakan festival kota lama :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mas Rivai
      Nah bener memang harus direncanakan dan melibatkan semua pihak
      semarang bagus memang tata kelola kawasan kota lamanya
      aku pernah jalan ke sana dan memang mulai banyak yang dipuhgar
      pedestrian jalannya juga ditata

      Delete
  2. Wow lengkap dan keren membahasnya. Mulai dari bangunan yang unik dan sejarahnya, jembatan merah dan tempat kulinernya mantap. terima kasih sharingnya

    ReplyDelete
  3. Lihat bangunan nya jadi pengin ke kota bawah Surabaya, soalnya demen dengan rumah rumah lama, pasti banyak sejarahnya. Cuma sayangnya jauh dari Banten. Ke Semarang juga belum pernah, maklum jarang jalan-jalan mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo ke Surabaya mas
      nanti ke Malang juga mampir

      Delete
  4. Saya kemarin dari tempat kerja sampai bungi pakai surabaya bus. Tapi yang tempat wisata yang dilewati bus surabaya apa saja ya kak selain Kebun Binatang (berhenti di Joyo Boyo) sama di kota bawah Surabaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada banyak takam taman tapi masi tutup
      bisa juga ke kejeran tapi transit dulu ke tunjungan dan ITS

      Delete
  5. Zaman sekarang apa sih yang tidak bisa dijadikan destinasi wisata. Hanya butuh sedikit usaha promosi lewat media sosial dan branding, maka jalan itu bisa diubah menjadi tempat tujuan wisatawan.

    Bogor punya banyak tuh yang seperti itu.. wkwkwkwk bukan karena benar-benar tujuan wisata, tetapi ya karena memang "digaungkan" oleh banyak pihak, seperti Jalan Suryakencana yang sebenarnya hanya berisi pertokoan saja..

    Jadi, sering seringlah menulis tentang "jalan" mas.. perlahan tapi pasti akan membantu jalan tersebut menjadi sebuah lokasi kunjungan wisatawan

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener Pak personal branding sangat penting

      wah iya bogor juga banyak tempat hits baru
      bisa bisa nanti makin rame ya...

      Delete
  6. terakhir berwisata di Surabaya waktu mengunjungi House of Sampoerna.. ku sempat jalan-jalan sebentar ikut tur gratisnya dan membagikan di vlog https://youtu.be/ZHhJA_9wLa8

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga pernah ke sana taoi engga ikut turnya
      wah siap nanti aku meluncurr

      Delete
Next Post Previous Post