Trip Naik Feeder Wira-Wiri Suroboyo Bareng Emak-Emak ke Benowo; Ngakak dan Bikin Perut Keram

Feeder Benowo-Tunjungan
Feeder Benowo-Tunjungan

Setelah tertunda beberapa saat, akhirnya saya bisa naik feeder wira-wiri Suroboyo ke Benowo.

Saat awal peluncurannya kemarin, saya gagal terus naik feeder ini karena waktu yang belum memungkinkan. Selain itu, rute ini merupakan rute gemuk. Artinya, rutenya cukup panjang dan banyak peminatnya karena melewati kantong-kantong pemukiman yang belum dilewati angkutan umum.

Beberapa kali saya melihat antrean panjang calon penumpang di sekitar Jalan Tunjungan dan Embong Malang mengular untuk naik feeder ini. Bahkan, seringkali beberapa calon penumpang tidak kebagian tempat duduk sehingga harus menunggu feeder berikutnya.

Baca juga: Cara Naik dan Rute Feeder Wira-Wiri Suroboyo

Nah, momen lebaran kemarin menjadi momen yang pas untuk menjajal feeder rute Benowo ini. Masih banyak warga Surabaya yang belum kembali mudik. Jalanan masih sepi sehingga saya bisa leluasa naik feeder yang menjadi tumpuan warga di sekitar Benowo tersebut.

Saya pun memulai perjalanan dari Halte Embong Malang. Halte ini menjadi halte permulaan feeder Benowo yang berada di sebelah utara dari Tunjungan Plaza 6. Saya naik Suroboyo Bus dulu dari Bungurasih dan turun di Embong Malang. Tiket Suroboyo Bus yang saya miliki bisa saya gunakan untuk naik feeder. Jadi, dari Bungurasih ke Benowo kita hanya perlu mengeluarkan uang 5.000 rupiah.

Murah bukan?

Rute Lengkap Feeder Embong Malang-Benowo

Saya penasaran feeder ini lewat mana saja. Selain itu, saya juga penasaran di manakah posisi halte feeder ini yang menuju arah Benowo. Untung saja, saya mendapatkan informasi mengenai lokasi halte feeder dari Instagram Wira-Wiri.

Berikut ini adalah posisi haltenya:

  • Embong Malang: sebelum dan sesudah hotel JW Marriot
  • Kedungdoro : Depan Variasi Mobil
  • Wonorejo : Depan Masjid Al Waqaf Maryam
  • Kupang Krajan : 10 m setelah Indomaret
  • Pasar Kembang : Sebelah Toko Gadai
  • Butulan : Sebelah Masjid I’tikaf
  • Simo Katrungan: 10 m setelah Toko Gadai Elektronik
  • Simo Jawar : sebelah toko Snapy
  • Tunjungsari : depan Indomaret
  • Bibis: Depan Apotek Prima Anugrah
  • Manukan Kulon: sebelah Toko Bus Baut
  • Kelurahan Kandangan : seberang kantor kelurahan
  • Polsek Benowo : seberang Polsek
  • Kecamatan Pakal: Depan Taman Cahaya
  • Stasiun Benowo: Depan stasiun
  • Terminal Benowo : Terminal Benowo 

Letak Halte Feeder Benowo
Letak Halte Feeder Benowo

 

 

Letak Halte Feeder Benowo
Letak Halte Feeder Benowo

Feeder Wira-Wiri arah Benowo ini hanya sampai di Terminal Benowo. Jika kita ingin kembali ke sekitar Jalan Tunjungan, maka kita harus feeder selanjutnya yang menuju Stadion Gelora Bung Tomo (GBT ) dulu. Dari sana, feeder akan kembali lagi melewati rute yang sama dengan feeder kea rah Benowo.

Jalan Bareng Emak-Emak Rempong

Nah, pengalaman unik saya dapatkan ketika naik feeder menuju Benowo ini. Ceritanya, saya berbarengan dengan 4 orang emak-emak yang mulanya tidak bisa naik dari Embong Malang. Mereka tidak tahu cara pembayaran feeder ini tidak bisa secara tunai.

Baca juga: Cara Pembayaran Feeder Wira-Wiri Suroboyo

Mereka hanya tahunya membayar secara tunai. Padahal, pembayaran feeder hanya bisa dilakukan melalui 2 cara. Pertama dengan KUE atau kartu uang elektronik. Biasanya, orang-orang menyebutnya sebagai kartu tol. Cara yang kedua, pembayaran bisa dilakukan dengan QRIS seperti Gopay, OVO, Dana, Shopee Pay, atau layanan mobile banking yang mendukung QRIS. Harga tiketnya hanya 5.000 rupiah.

Feeder di Terminal Benowo
 

Saat mereka akan mengurungkan niat, kondektur bertanya pada saya apa ada saldo KUE atau QRIS. Saya pun menjawab ada dan mereka bisa naik. Kasihan juga kalau karena tidak bisa melakukan pembayaran dengan QRIS maka mereka tak bisa naik padahal feeder dalam keadaan sepi penumpang.

Fenomena ini membuat saya sadar bahwa digitalisasi pembayaran transportasi umum belum berhasil dilakukan dengan baik. Masih banyak masyarakat yang tidak bisa melakukan pembayaran nontunai. Tidak semua masyarakat tahu bagaimana cara menggunakan QRIS atau KUE. Makanya, kalau bisa pembayaran feeder ini juga melayani pembayaran tunai agar bisa mengakomodasi warga masyarakat yag tidak bisa melakukan pembayaran secara nontunai.

Perut Keram Karena Jokes Emak-Emak

Keputusan saya untuk membayarkan mereka tepat. Saya tidak mati kutu sepanjang perjalanan. Mereka ternyata adalah kumpulan emak-emak yang heboh dan kocak. Ada saja celotehan dan jokes yang keluar dari mulut mereka membuat perut saya keram.

Mulai apa bisa membayar dengan surat gadai karena susah sekali membayar dengan nontunai. Saya juga langsung terpingkal begitu ada dari mereka yang mengatakan tidak takut diper**sa karena jumlah laki-laki di dalam mobil itu sedikit. Bahkan merekalah akan memper**sa saya.

Baca juga: Cara Naik Feeder Wira-Wiri Suroboyo dari Stasiun Wonokromo

Saya makin ngakak karena sudah membayarkan tiket mereka.  Nah, salah seorang dari mereka pun menyeletuk bahwa saya orang baik karena tidak pup di piring.

Hahahhahahahaha asli saya langsung ngakak. Apa hubungannya orang baik dengan tidak pup di piring?

Jokes pun kemudian menuju ke tahun politik. Ada yang mengatakan mereka tak mau memilih calon pada pemilu karena tidak mau membayarkan hutang mereka. Lah siapa juga yang mau membayarkan hutang? Ya jebol anggaran.



Celotehan yang bikin saya terpingkal ketika feeder sudah memasuki sebuah halte. Ada salah seorang diantara mereka berkata bahwa cepat sekali sudah sampai daerah tersebut. Emak yang lain menimpai ya pasti cepat kalau mbrangkang ambek melet (merangkak sambil melet) ya enggak bakal sampai.

Saya, sopir, dan kondektur auto ngakak. Kok ya muncul saja celotehan unik semacam itu. Ada saja celotehan yang tiba-tiba muncul. Mereka memang cocok main stand up comedy. Ketika diberi tahu seperti itu, mereka mengatakan tidak cocok untuk ikut steni ap.

Hahahhahaha asli saya ngakak lagi mendengar kata steni ap. Ada saja ulah mereka.

Perjalanan ditutup dengan umpatan Jancok yang mereka lontarkan setelah membahas suatu hal. Kalau kalian dari luar Surabaya mendengar ibu-ibu mengumpat Jancok pasti aneh dan tabu. Namun, bagi saya yang sudah 2 tahunan lebih ini di Surabaya seakan hal biasa dan malah bikin ngakak.

Apalagi, setelah mengumpa mereka baru sadar bahwa perjalanan sudah usai. Mereka kira perjalanan masih panjang. Jujur, bertemu orang-orang random seperti itu membuat saya bahagia meski tidak pernah saling kenal.  

Post a Comment

Next Post Previous Post