Rajin Berkirim Doa, Tanda Sayang Utama Kepada Keluarga yang Telah Tiada

Ilustrsi. - https://pxhere.com

Jika orang meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal.

Pertama adalah amal jariyah, kedua adalah ilmu yang bermanfaat, dan ketiga adalah anak soleh yang mendoakan orang tuanya. Dua hal tersebut menjadi amal dari yang bersangkutan. Sedangkan, untuk yang ketiga, amal ini bisa dilakukan oleh anak, cucu, maupun keturunannya. 

Atas alasan itulah, tentu sebagai seorang Muslim saya selalu mendoakan leluhir terutama kakek nenek dan saudara yang sudah meninggal selesai shalat. Namun, tentu saja pada lain kesempatan, saya juga mengirim doa kepada mereka yang telah tiada pada momen-momen tertentu.

Salah satunya adalah momen acara Khotmil Quran yang diselenggarakan oleh masjid di dekat rumah setiap bulan. Biasanya, takmir masjid akan menyebar undangan untuk kirim doa sekaligus amal untuk masjid. Jadi, jamaah yang ingin berkirim doa kepada leluhur atau keluarga yang telah meninggal sekalian bisa beramal jariyah di Masjid.

Tradisi ini mulanya hanya dilakukan saat malam Nuzulul Quran atau saat bulan puasa saja. namun, ternyata banyak jamaah yang ingin kegiatan ini dilakukan secara berkala setiap bulan. Alasannya adalah agar doa kepada keluarga atau leluhur yang telah meninggal bisa dilakukan secara lebih sering. Dengan lebih sering mengirimkan doa, maka kita bisa lebih sering untuk melapangkan kubur mereka.

Kegiatan ini bertujuan semata sebagai tanda cinta kasih sayang kepada orang yang kita kasihi yang sudah meninggal. Mereka tidak butuh lagi materi atau harta, melainkan hanya doa yang terus dipanjatkan setiap saat. Terlebih, jika doa tersebut juga dibacakan oleh banyak orang, maka akan lebih afdol rasanya.

Selain mengirimkan doa, tentu ziarah kubur juga menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan kasih sayang. Walau kegiatan ini masih menimbulkan pro kontra, tetapi bagi saya ziarah kubur sangat penting. Paling tidak, kita membersihkan secara berkala kuburan orang yang kita kasihi setiap bulan.

Kalau dalam masyarakat Jawa, biasanya ziarah kubur dilakukan setiap malam Jumat legi. Jumat legi merupakan pasaran jawa yang dianggap penting. Lantaran, menurut kepercayaan, waktu tersebut dianggap sebagai waktu yang mustajab. Kalau dalam Islam, sebenarnya malam jumat memang hari penting karena amal seseorang dilipiatgandakan. Meski demikian, keluarga saya mengikuti kepercayaan jawa-islam dengan membersihkan makam setiap malam jumat legi atau kamis sore.

Denagn membersihkan makam, kita bisa mengurangi kotoran yang ada di dalamnya. Tak hanya sekadar membersihkan, tetapi kegiatan tersebut juga merupakan bukti cinta seseorang pada keluarga atau orang yang terkasih yang sudah meninggal. Kalau makam jarang dibersihkan, biasanya akan muncul pertanyaan dan pendapat jika keluarga atau orang terdekatnya tidak mengasihinya.

Tidak hanya itu, saat ini lahan untuk makam sangat susah untuk didapatkan. Ketika ada makam yang tidak terawat, maka tak jarang jika ada orang yang meninggal akan dikuburkan di liang yang sama dengan makam yang tak terawat tersebut. Kata orang Jawa sih dilindih atau didesak.

Alhasil, banyak orang yang jarang ke makam saudara atau keluargaya kaget saat mendapati makam keluarganya tersebut sudah berganti dengan makam orang lain. Mereka akan menyesal karena jarang berkunjung ke makam. Padahal, jika mereka sibu, sebenarnya bisa meminta tolong kepada orang yang berada di dekat makam untuk membersihkan. Paling tidak sebulan sekali agar ada tanda bahwa makam tersebut masih terawat dengan baik.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan hal yang belum sempat dilakukan oleh orang yang kita sayangi. Mulai dari membangun rumah, bersedekah, atau apapun. Kalau saya dulu ada wasiat dari kakek untuk berkunjung ke rumah saudaranya di Magelang. Seringkali kakek ingin berkunjung ke sana tapi belum ada kesempatan.

Nah, ketika saya liburan ke Jogja, saya menyempatkan sehari penuh menuju Magelang. Ternyata, saudara kakek masih segar bugar meski sudah sangat renta. Beliau sangat senang dengan kehadiran saya meski awalnya bingung saya siapa. Setelah bercerita bahwa saya adalah cucu dari kakek, beliau sangat senang. Saya mengatakan bahwa kakek sudah meninggal dan sempat berkirim pesan agar ada anggota keluarga yang ke sana.

Saking senangnya, saya dimasakkan berbagai macam masakan. Sempat tidak enak juga, tapi akhirnya saya bisa menikmatinya sambil bercerita banyak. Saya sempat ditawari untuk menginap tapi sayangnya saya harus kembali ke Malang menggunakan kereta malam harinya. Dengan menjalin silaturahmi ini, rasanya juga sebagai tanda kasih sayang kepada orang yang meninggal.

Itulah beberapa cara sederhana untuk mengirim cinta dan tanda sayang kepada orang yang sudah meninggal. Tinggal bagaimana kita mau melaksanakannya yang jelas mereka masih layan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang dari kita.

Post a Comment

Next Post Previous Post