Serunya Menjadi Tentara Julid Fi Sabilillah Melawan Tentara Zionis Israel

Ilustrasi

Beberapa waktu terakhir, dunia dikejutkan dengan perang antara Hamas – Palestina dan Israel.

Perang yang sebenarnya sudah berlangsung sejak puluhan tahun tersebut sudah memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Seribuan warga Israel dilaporkan tewas sedangkan sudah lebih dari 15 ribu korban jiwa – hingga tulisan ini dibuat – dari rakyat Gaza dan Palestina.

Israel tanpa ampun menghancurkan Gaza dan sebagian Tepi Barat. Mereka tidak lagi melihat apakah yang mereka serang itu anak-anak dan wanita, pokoknya dihajar saja. Meski begitu, pihak Israel tetap bersikukuh bahwa mereka harus menyerang Gaza demi menghancurkan Hamas yang dianggap teroris. Hingga kini, Hamas tidak juga bisa dikalahkan bahkan banyak tentara Israel (IDF) terus bergelimpangan. 

Dukungan terhadap Palestina pun bergelora di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Nah, dalam hal dukungan terhadap Palestina, saya memilih untuk melakukan hal lain, selain berdoa dan beramal. Saya memilih untuk menjadi Tentara Julid Fi Sabilillah.

Tentara ini dibentuk atas dasar semangat membela Palestina di dunia maya. Mulanya, seorang ahli bahasa bernama Erlangga Greschinov mengunggah beberapa akun tentara IDF yang bisa diserang oleh netizen Indonesia. Lama-lama, gerakan ini menjadi masif dan terstruktur untuk menghancurkan mental dan komunikasi Isreal.

Walau banyak nyinyiran dan cibiran atas usaha ini, tetapi setidaknya sebagai sesama umat manusia yang memiliki hati nurani, cara ini cukup efektif agar Israel menghentikan kegilaannya melakukan genosida. Beberapa kali tentara IDF tampak frustasi setelah diserang habis-habisan tanpa ampun oleh tentara julid fi sabilillah. Terlebih, netizen Indonesia dikenal sebagai netizen paling julid di seluruh dunia. Netizen Indonesia selalu punya cara untuk membongkar berbagai hal dan membuat seseorang frustasi.

Lalu, apa yang dilakukan oleh tentara julid fi sabilillah?

Walau terkesan menyerang, tetapi ada beberapa hal yang dijadikan pedoman. Pertama, tidak menyebarkan semangat anti semitisme dan anti yahudi dalam penyerangan. Target yang dituju adalah zionisme yakni upaya untuk merampas tanah dan hak-hak milik warga Palestina demi mendirikan negara Yahudi. Tidak semua orang Yahudi setuju dengan zionisme.

Kedua, tidak menyinggung semangat genosida yang dilakukan oleh Adolf Hittler. Jika semangat ini dikobarkan, maka akan sama saja dengan Israel. Kekejaman Adolf Hittler dalam memusnahkan orang-orang Yahudi juga tidak bisa ditoleransi.

 

Gerakan julid fi sabilillah yang sudah mendunia.

Penyerangan bisa dilakukan dengan menghujat kebiadaban mereka, menggunakan meme yang berpotensi membuat tentara IDF marah, hingga tentunya, mengedit foto bendera Israel sejelek mungkin. Penyerangan juga bisa dilakukan dengan memberikan bendera Palestina atau dukungan moral terhadap Hamas dan Palestina.

Netizen Indonesia yang berhasil menyusup di sebuah grup berisikan tentara Israel.

Setiap hari, ada santapan pagi, siang, dan malam berupa akun-akun tentara IDF. Santapan semakin nikmat jika ada yang mengetahui nomor telepon tentara IDF. Banyak dari tentara julid fi sabilillah mengetahui nomor telepon mereka karena mereka sendiri yang memajangnya di akun IG atau twitter. Ada pula tentara julid fi sabilillah yang menyusup ke grup-grup yang diikuti tentara tersebut dan mendapatkan banyak nomor untuk diserang.

Bagaimana respon tentara IDF?

Kebanyakan dari mereka mulanya tidak menganggap serius terhadap serangan netizen Indonesia. Namun, lama-lama mereka akhirnya terganggu juga karena pesan yang masuk bisa sampai ribuan bahkan ratusan ribu. Telepon yang berdering juga terus masuk.

Para tentara julid fi sabilillah juga menyerang anggota dan privasi tentara IDF. Kebanyakan tentara IDF adalah para pemuda yang sedang melakukan wajib milter. Tentu, setelah penat melakukan penyerangan ke Gaza, mereka akan membuka ponsel dan media sosial mereka. Nah, kesempatan ini digunakan oleh tentara julid fi sabilillah untuk menyerang mental mereka. Tidak ada sejengkal kenikmatan yang bisa didapatkan oleh tentara IDF setelah menyerang Gaza. Begitulah prinsip para tentara julid fi sabilillah ini.

Tentara Israel yang menjadi target meme

Beberapa tentara IDF tampak mulai frustasi dan memohon agar nomor mereka tidak diserang lagi. Ada yang sampai menutup akun media sosialnya. Bahkan, ada pula yang sampai meminta bantuan polisi Israel agar nomor-nomor tak dikenal tersebut bisa dilacak.

Tentara Israel yang mulai kewalahan dengan serangan siber netizen Indonesia

Tentu, hal itu malah menjadi bahan olok-olok tentara julid fi sabilillah. Bagaimana mungkin polisi Israel bisa melacak nomor dengan kode depan +62?

Setelah berbagai penyerangan ini, saya baru tahu bahwa mental tentara IDF tidaklah sebaik yang kita kira. Mereka tidak akan berani melakukan konfrontasi secara terbuka dalam peperangan. Itu terlihat dari beberapa video yang dirilis oleh pejuang Qasam yang memborbardir tank-tank IDF saat mereka bersembunyi. Dari beberapa sumber, banyak tentara IDF yang berusia 25 tahun atau bahkan kurang meninggal akibat perang ini.

Seorang wartawan Israel yang tidak kuat menahan serangan tentara julid

Selain mati sia-sia, banyak tentara IDF yang dikabarkan mencoba untuk desersi alias mangkir dari tugas. Beban yang mereka emban rasanya sudah di luar nalar. Sebagai generasi Z, tentu dihajar Hamas di medan perang dan dibantai netizen julid di dunia maya adalah sesuatu hal yang sangat berat.

Dengan menjadi tentara julid fi sabilillah, saya jadi tahu watak orang Israel yang memandang rendah orang lain. Terbukti, banyak sekali diantara mereka yang suka memanggil orang dengan kata “kid” atau anak kecil. Mereka juga merasa sangat unggul di berbagai aspek kehidupan hingga mereka bertemu dengan netizen dari Indonesia. 

Percakapan saya dengan tentara zionis Israel

Salah satunya, ada seorang wartawan Israel yang mulanya dengan bangga mempertontonkan kematian orang-orang di Gaza. Tak lama, karena ia masuk radar target sasaran, netizen Indonesia pun menyerbunya. Netizen juga menyerbu keluarganya tanpa ampun 24 jam nonstop. Komunikasinya dengan keluarga menjadi terganggu. Akhirnya, ia meminta maaf di media sosial Tiktok yang tidak dianggap oleh para tentara netizen. Tidak ada kata gencatan senjata bagi antek zionis.

Penyerangan pun kemudian beralih kepada para wartawan dan tokoh Israel yang berperan dalam melakukan propaganda terhadap dunia internasional. Wartawan dan para politisi Israel menjadi sasaran berikutnya. Beberapa minggu lalu, tentara julid fi sabilillah melakukan serangan umum kepada orang-orang yang dianggap penting dalam melakukan propaganda tersebut.

Pernyataan seorang wartawan pro zionis keturunan Arab. Serangan netizen terhadap zionis keturunan Arab semakin gencar karena mereka dianggap tidak peduli dengan kondisi warga Arab di Palestina.

Ada salah satu wartawan Israel yang begitu gigih mengabarkan berita bohong soal genosida yang terjadi di Gaza. Tentara julid pun menghajarnya tanpa ampun. Walau awalnya ia masih mencoba bertahan, tetapi akhirnya pertahanannya runtuh juga. Ia berkeluh kesah bahwa algoritma mengenai pemberitaan perang di Gaza menjadi rusak dan berubah. Dengan begini, kekuatan para tentara julid tidak bisa dianggap remeh.

Entah sampai kapan perang ini akan berakhir, yang jelas Israel sebenarnya berada dalam posisi terjepit. Selain mendapat perlawanan tak henti dari Hamas, netizen dari Indonesia dan Malaysia juga akan terus menyerang. Serangan dari arah Libanon yang menghantam Israel Utara seperti Kota Haifa juga tak pernah surut. Terkahir, tentara Houti dari Yaman juga ikut menggasak kapal-kapal yang menuju Israel. Mereka tanpa ampun akan menghancurkan siapa pun yang mengirim logistik untuk Israel di Laut Merah.

Post a Comment

Next Post Previous Post