![]() |
Foto kenangan wisuda jaman SMA... |
Menjelang akhir tahun pelajaran, pro kontra kegiatan wisuda selalu saja ada.Banyak orang tua merasa keberatan atas biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan ini. Ada sebuah sekolah di Malang yang viral karena dikabarkan menarik uang untuk kegiatan wisuda sebesar 750 ribu rupiah. Padahal, sekolah tersebut masih tingkat SMP.
Banyak orang beranggapan bahwa kegiatan tersebut adalah hal sia-sia, Wisuda baru benar dilakukan saat jenjang kuliah, entah D1/D2/D3/D4/S1/S2/S3. Kalau masih tingkat sekolah, rasanya tidak perlu dan berlebihan. Belum lagi kondisi ekonomi saat ini yang lesu menjadi alasan utama wisuda meriah dengan lokasi di hotel adalah kegiatan mubazir.
Saya cenderung berada di tengah untuk masalah ini. Tentu, saya menolak tegas tindakan menarik biaya untuk wisuda. Cukup perpisahan di sekolah dengan kemasan yang menarik sehingga bisa menjadi kenangan indah. Lebih baik uangnya ditabung untuk kebutuhan ke jenjang berikutnya. Namun, saya tidak melarang jika ada sekolah yang menyelenggarakan wisuda dengan catatan sudah disetujui oleh semua orang tua, sekolah, dan komite. Artinya, tidak ada satu pun pihak yang keberatan.
Semisal, ada sekolah elit yang menyelenggarakan wisuda di hotel. Tentu, orang tua sudah paham jika mereka menyekolahkan anaknya di sana pasti siap dengan segala risikonya, termasuk biaya wisuda. Walau demikian, tentu kegiatan dengan porsi yang pas dan tidak terlalu mewah juga penting untuk dilakukan agar menumbuhkan kesadaran pada anak bahwa masih ada perjuangan yang harus dilakukan.
Saat sekolah, saya baru merasakan meriahnya wisuda di hotel saat SMA. maklum, SMA saya (tidak sombong) adalah SMA favorit elit di tengah kota. Tentu, kegiatan wisuda tidak dilakukan di area sekolah. Sama seperti SMA elit lain yang menyelenggarakan di hotel berbintang. Uniknya, tidak semua orang tua di SMA saya berkecukupan. Lalu, dari mana uang wisuda digunakan?
Ternyata, uang tersebut berasal dari uang SPP yang dibayar tiap bulan. Kalau tak salah, dulu saat kelas X dan XI uang SPP saya 100 ribu rupiah. Nah, saat naik ke kelas XII, uang SPP naik menjadi 120 ribu. Kenaikan uang tersebut digunakan untuk kegiatan kelas XII, semisal wisuda, membuat album kenangan, dan kebutuhan lainnya. Jadi, saat akhir tahun, sekolah tidak menarik biaya lagi karena sudah terkumpul tiap bulannya.
Saat kuliah, tidak ada uang wisuda yang harus saya bayar tiap semester. Alhasil, saya harus membayar uang wisuda sebesar 600 ribuan. Jumlah yang cukup banyak untuk saat itu karena memang digunakan untuk membayar baju wisuda, toga, dan tetek bengeknya. Namun, untuk level kuliah sih masih wajar karena memang sangat berkesan dan bisa jadi seumur hidup.
Saat masih SMP, tidak ada wisuda yang dilakukan di sekolah saya. Hanya acara perpisahan di sekolah. Meski begitu, kegiatannya sangat meriah. Banyak sekali atraksi dari para siswa yang ditampilkan. Bisa jadi, karena acaranya di sekolah, maka kegiatan bisa lebih leluasa karena tidak terpacu dengan waktu. Beda dengan kegiatan yang dilakukan di hotel.
Baju yang digunakan siswa yang lulus juga sederhana. Saya masih ingat hanya memakai baju putih dan celana hitam. Siswi perempuan pun sama. Belum ada kewajiban untuk memakai kebaya dan berdandan yang kadang merepotkan orang tua. Meski sederhana, rasanya sangat terkenang. Apalagi, saat itu saya mendapat uang 50 ribu rupiah karena mendapatkan nilai UN sempurna untuk matematika. Meski hampir satu kelas mendapatkannya, tetapi rasanya saya sangat senang sekali dan berkesan hingga sekarang.
Saat di bangku SD, acara perpisahan pun juga sederhana. Siswa kelas 6 menyanyikan lagu-lagu yang bikin mewek, mulai dari Hymne Guru, Syukur, dan Terima kasihku. Siswi perempuan juga hanya memakai atasan putih dan bawahan hitam. Mereka tidak mengenakan make up sehingga saat mewek, mereka tidak perlu kebingungan.
Segala kenangan ini membuat saya yakin bahwa sebenarnya, untuk bangku sekolah belum perlu ada wisuda. Cukup saja acara perpisahan di sekolah yang penting berkesan dan membuat anak sadar bahwa masih ada hal yang perlu diperjuangkan.
Tags
Catatanku
Lebih baik emang wisuda cukup di area sekolahan dan sederhana. Tidak semua orang tua mampu ikut sumbangan untuk wisuda yang penuh kemewahan
ReplyDelete