![]() |
Ilustrasi |
Hingga sekarang, saya tidak mau dan tidak suka untuk memiliki hewan peliharaan.
Saat saya nongkrong dengan teman atau saudara memgenai hewan peliharaan, saya hanya bisa diam dan terpaku. Saya tidak menemukan kesenangan untuk memiliki hewan peliharaan. Padahal, ayah saya sangat suka sekali memelihara aneka hewan. Mulai burung, ikan, ayam, sampai kelinci pernah dirawat oleh ayah saya. Rupanya, kesukaan memelihara hewan ini menurun ke adik saya.
Ia sangat mencintai kucing dengan amat sangat. Berbagai jenis kucing sudah pernah ia pelihara. Semuanya berakhir tragis. Kalau tidak hilang ya meninggal karena sakit. Saya sepertinya ikut ibu saya yang anti dengan hewan peliharaan. Jadi, dulu rumah seakan terbagi dua kubu. Satu pro hewan peliharaan dan satu sangat kontra.
Selain tidak menemukan rasa bahagia dengan memelihara hewan, ada beberapa alasan saya tidak akan melakukannya.
Pertama, saya suka jijik dengan kotoran hewan
Ya, saya mudah sekali jijik dengan kotoran hewan. Segala jenis hewan pasti saya jijik dengan kotorannya.
Saat memelihara hewan, sudah pasti kita harus membersihkan kandangnya dengan rutin. Termasuk, membersihkan kotorannya. Saya langsung stress memikirkan harus rutin membersihkan hewan peliharaan saya. Bukannya senang malah tambah stress.
Pernah suatu ketika dulu ayah sedang keluar kota dan saya dititipi membersihkan kandangnya. Langsung dong saya meminta tetangga saya untuk melakukannya dan saya bayar karena saya tidak mungkin melakukannya.
Kedua, saya tidak punya banyak waktu dan uang untuk hewan peliharaan.
Jujur, saya eman waktu saya untuk mengurus hewan peliharaan. Tak hanya waktu, saya merasa sayang untuk menyisihkan uang saya untuk membeli makanan hewan.
Terlebih, kondisi ekonomi sekarang yang bagi saya lebih baik digunakan untuk hal lain. Bayangkan 100 ribu untuk makanan kucing yang habis dalam beberapa hari rasanya kok sayang. Belum lagi kebutuhan lain seperti vitamin, vaksin, dan aneka pernak-perniknya.
Ketiga, selain jijik saya juga tidak tegaan.
Usia hewan peliharaan lebih pendek dari manusia. Makanya, saya sering tak tegaan saat melihat mereka mati. Entah karena sakit, lingkungan tak cocok, atau kecelakaan.
Ada momen yang terekam dalam memori otak saya saat melihat 3 anak ayam milik sepupu mati karena tertimpa tiang tenda nikahan. Jadi, saat ada acara nikahan di rumah sepupu, tiba-tiba ada tiang tenda yang menimpa anak ayam yang sedang mencari makan.
Anak-anak ayam yang lucu tadi langsung penyok dan mati. Saya shock dan sepupu saya yang saat itu masih SD menangis karena ayam kesayangannya mati. Makanya, saya tak tega kalau hewan peliharaan mati atau sakit.
Meski demikian, saya menghormati orang yang memelihara hewan. Mereka punya kesenangan sendiri dan menjadi hiburan. Contohnya ayah saya yang suka mengikutkan burung peliharaannya untuk lomba di kabupaten.
Sudah berkali-kali burung peliharaannya juara. Kadang dapat piala, uang, atau pakan burung. Teman satu kontrakan yang nemelihara anjing juga sering mengikutkan anjingnya kontes di salah satu mall di Surabaya. Pendek kata, ada kesenangan tersendiri.
Kalau saya sih terima kasih ya. Tidak untuk saat ini.